Alkisah, ada seorang pria tua yang sedang sekarat dan merasa hidupnya
takkan bertahan lama lagi. Maka ia memanggil kedua anak laki-lakinya
yang sudah menginjak remaja. Dengan suara lemah ia berpesan, “Anakku,
sebelum ayah pergi, ayah ingin memberitahukan sesuatu yang penting. Di
halaman rumah kita, ayah menimbun harta yang sangat banyak. Ayah harap
kalian bisa mengolah dan menjaganya dengan baik untuk masa depan
kalian.”
Sepeninggal ayahnya, anak tertua segera mengajak adiknya untuk mulai menggali halaman rumah mereka yang sangat luas. Dengan semangat menggebu, mereka terus menggali dan menggali untuk menemukan tempat sang ayah mengubur hartanya. Sayangnya setelah berhari-hari mencangkul, hasilnya tetap nihil. Di halaman itu tidak ada apa pun kecuali pohon-pohon anggur yang masih muda dan belum berbuah.
Mereka, pada hari-hari berikutnya, terus mencoba dan mencoba. Namun sampai beberapa bulan tetap tidak ada hasil. Maka, dengan kecewa, mereka memutuskan menghentikan pencarian harta karun dan mulai merawat pohon-pohon anggur yang telah ditanam oleh sang ayah.
Seiring waktu, pohon-pohon anggur itu semakin tumbuh dan mulai berbuah. Saat masa panen tiba, kedua pemuda ini kewalahan. Mereka tidak mungkin menghabiskan anggur sebanyak itu. Maka, anggur-anggur itu pun dijual ke pasar terdekat. Tanpa disangka anggur mereka banyak diminati orang. Permintaan akan anggur pun meningkat.
Kakak beradik itu pun semakin rajin mengolah perkebunan dan dari keuntungan yang didapat. Mereka kemudian mampu membeli tanah dan memperluas tanaman pohon anggurnya. Hasil panen anggur pun semakin banyak dan dijual bukan hanya di dalam negeri, bahkan hingga ke luar negeri. Dan kakak beradik itu sukses sebagai pemasok anggur.
Saat itulah mereka sadar makna pesan wasiat ayahnya sebelum meninggal. Bahwa harta yang dimaksud bukan uang atau perhiasan yang ditimbun di tanah, melainkan pohon-pohon anggur yang ditanam.
Netter yang Luar Biasa,
Warisan sesungguhnya yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya, bukanlah harta benda berupa uang atau perhiasan semata. Karena sebanyak apa pun harta warisan yang diterima dari orang tua, tanpa moralitas yang baik dan kemampuan mengelola, pasti akan habis seiring waktu.
Mari terus belajar menggali potensi positif di dalam diri yang telah diwariskan kedua orang tua kita. Dengan semangat belajar yang tinggi, niscaya kita akan mampu berjuang untuk menemukan "harta" yang lebih bermakna, bermakna bagi diri sendiri dan bermakna bagi sesama
Sepeninggal ayahnya, anak tertua segera mengajak adiknya untuk mulai menggali halaman rumah mereka yang sangat luas. Dengan semangat menggebu, mereka terus menggali dan menggali untuk menemukan tempat sang ayah mengubur hartanya. Sayangnya setelah berhari-hari mencangkul, hasilnya tetap nihil. Di halaman itu tidak ada apa pun kecuali pohon-pohon anggur yang masih muda dan belum berbuah.
Mereka, pada hari-hari berikutnya, terus mencoba dan mencoba. Namun sampai beberapa bulan tetap tidak ada hasil. Maka, dengan kecewa, mereka memutuskan menghentikan pencarian harta karun dan mulai merawat pohon-pohon anggur yang telah ditanam oleh sang ayah.
Seiring waktu, pohon-pohon anggur itu semakin tumbuh dan mulai berbuah. Saat masa panen tiba, kedua pemuda ini kewalahan. Mereka tidak mungkin menghabiskan anggur sebanyak itu. Maka, anggur-anggur itu pun dijual ke pasar terdekat. Tanpa disangka anggur mereka banyak diminati orang. Permintaan akan anggur pun meningkat.
Kakak beradik itu pun semakin rajin mengolah perkebunan dan dari keuntungan yang didapat. Mereka kemudian mampu membeli tanah dan memperluas tanaman pohon anggurnya. Hasil panen anggur pun semakin banyak dan dijual bukan hanya di dalam negeri, bahkan hingga ke luar negeri. Dan kakak beradik itu sukses sebagai pemasok anggur.
Saat itulah mereka sadar makna pesan wasiat ayahnya sebelum meninggal. Bahwa harta yang dimaksud bukan uang atau perhiasan yang ditimbun di tanah, melainkan pohon-pohon anggur yang ditanam.
Netter yang Luar Biasa,
Warisan sesungguhnya yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya, bukanlah harta benda berupa uang atau perhiasan semata. Karena sebanyak apa pun harta warisan yang diterima dari orang tua, tanpa moralitas yang baik dan kemampuan mengelola, pasti akan habis seiring waktu.
Mari terus belajar menggali potensi positif di dalam diri yang telah diwariskan kedua orang tua kita. Dengan semangat belajar yang tinggi, niscaya kita akan mampu berjuang untuk menemukan "harta" yang lebih bermakna, bermakna bagi diri sendiri dan bermakna bagi sesama