Pernahkah dalam sebuah organisasi, Anda menemukan seseorang
yang merasa paling hebat, merasa paling tahu segalanya, paling banyak
memberikan kontribusi? Ia merasa dirinya tidak perlu lagi belajar,
bahkan merasa menjadi tulang punggung organisasi. Seolah-olah bila tidak
ada dia, maka roda bisnis perusahaan akan berhenti.
Dalam pengalaman memberikan training bagi sebagian perusahaan, saya kerap menerima sharing dari
peserta yang mengatakan mereka kerap menemukan orang-orang dengan tipe
yang di atas. Bahkan ada yang mengatakan mengatasi karyawan yang
kompetensinya kurang dan mau belajar masih jauh lebih mudah dibandingkan mengatasi karyawan yang kompetensinya baik tetapi merasa sombong dan menyepelekan aspek pengembangan diri.
Melakoni peran sebagai seorang fasilitator dan trainer pengembangan diri, saya pernah mendengar salah satu pesan yang selalu saya ingat yaitu “Kamu harus terus belajar” .Belajar
tidak semata-mata dari buku, melainkan mau belajar dari orang lain.
Prinsip ini yang mendasari perjalanan saya sebagai seorang trainer. Saya
belajar banyak dari peserta saya setiap kali sesi dalam kelas. Saya
jadi teringat akan sebuah kisah yang menceritakan tentang dua panglima
perang. Kedua panglima perang ini diberi tugas untuk memimpin beberapa
pasukan dalam penyerangan ke dua tempat yang berbeda. Yang satu
ditugaskan ke wilayah barat, dan yang satu lagi ditugaskan ke wilayah
timur.
Setelah pergi berperang selama kurang lebih tiga hari, kedua panglima
ini pulang memberikan kabar kepada Kaisar di istana. Sebelum kedua
panglima ini memberikan laporannya, Sang Kaisar sudah mengetahui
hasilnya lewat seorang pengintai yang dikirim ke wilayah barat dan
timur. Sampailah pada saat panglima pertama memberikan laporannya, ia
mengutarakan dengan sangat baik, diplomatis, dan mengucapkan terima
kasih atas kepercayaan yang diberikan Kaisar kepada dirinya. Giliran
panglima kedua menyampaikan laporannya tiba, ia memulainya dengan
menyombongkan kemampuan dirinya yang berhasil memimpin pasukannya, dan
ia menganggap tanpa dirinya, pasukannya pasti sudah meninggal semua. Ia
menganggap dirinyalah sebagai kunci keberhasilan penyerangan.
Seolah-olah tidak ada panglima lain yang lebih baik dari dirinya.
Di atas kertas, Kaisar ini memuji keberhasilan kedua panglima ini dalam
memimpin sebuah misi istana. Akan tetapi pada saat penyampaian
informasi dari kedua panglima ini, sang Kaisar lebih terkesan dengan
panglima yang pertama dibandingkan yang kedua. Sang Kaisar akhirnya
berkata kepada panglima yang kedua, “Kamu memang pintar dalam
strategi, kamu juga baik dalam memimpin pasukan, tapi keberhasilan ini
bukan karena satu orang yaitu dirimu sendiri, melainkan kekompakan
pasukan Anda yang membuat ini berhasil. Kesombonganmu hari ini akan
menjatuhkan reputasimu di masa yang akan datang. Anda akan kehilangan
kepercayaan dari pasukan Anda, jika Anda masih berperilaku seperti ini!"
Banyak orang pintar, tapi ada yang mengatakan pintar saja tidak cukup.
Kemampuan Anda membawa diri dalam sebuah komunitas lewat tutur kata,
perilaku, di situlah kepintaran Anda diuji dan dilihat. Panglima kedua
memang pintar, akan tetapi di mata Kaisar hal itu tidak menjadi nilai
yang penting lagi karena perilakunya yang arogan dan menganggap dirinya
yang terbaik. Jangan merendahkan siapapun dalam hidup. Jangan menganggap
karena kepintaran, kehebatan, pengalaman, lantas kita boleh meremehkan
orang lain. Akan tetapi jadilah pribadi yang dapat menunjukkan
penghargaan kepada orang lain. Banyak orang pintar, tapi sedikit yang
rendah hati. Jadilah rendah hati dan mau belajar dari orang lain. Selalu
ada tempat bagi yang rendah hati, tapi tidak bagi yang sombong.
Hampir beberapa petinggi perusahaan yang pernah berdiskusi dengan saya
mulai dari jajaran manager, general manager, bahkan sampai CEO
sekalipun, mereka memiliki kerendahan hati yang luar biasa untuk mau mendengarkan dan belajar dari orang lain.
Tidak sekalipun terlihat sisi kesombongan yang ditunjukkan lewat sikap
dan perilakunya. Mereka tidak merasa pintar, tapi mereka hanya ingin
berbagi apa yang pernah menjadi pengalaman mereka kepada orang lain, dan
tidak segan-segan mereka juga mau belajar dari staf maupun
supervisor-nya.
Apapun jabatan Anda saat ini, apapun gelar yang Anda miliki saat ini, setinggi apapun pendidikan Anda saat ini, jadilah pribadi yang memiliki nilai tidak hanya dari sisi intelektual tapi dari sikap dan perilaku yang baik.
Perusahaan tidak semata-mata mencari orang pintar saja, melainkan orang
yang memiliki karakter yang positif. Perusahaan tidak mencari robot
yang bisa mengerjakan sesuatu dengan cepat, melainkan mencari manusia
yang bisa berinteraksi positif dan kaya akan sikap mental yang baik.
Yang menghantarkan seseorang ke puncak keberhasilan dalam karier bukan
kompetensi saja, tapi juga elemen karakter yang positif.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan