10 Julai, 2014

MELIHAT PELUANG

 

Alkisah pada abad ke-19 di Negeri Tiongkok, Toko Buah Yu di Shanghai kulakan nanas dari perkebunan di tetangga desa. Karena menempuh perjalanan yang cukup jauh, sebagian nanas ada yang mulai membusuk dan tidak bisa dijual. Nanas-nanas tersebut dibuang dan ditumpuk begitu saja di sudut depan toko mereka.
Di seberang Toko Buah Yu, tinggallah sepasang suami istri yang miskin. Melihat tumpukan sampah nenas, mereka meminta ijin memungut nanas-nanas itu dan kemudian mengupasnya dengan teliti, memilih bagian yang masih baik, memotongnya kecil-kecil, diberi sedikit bumbu dan kemudian menjualnya. Ternyata, dagangan itu laris manis.
Karena menghasilkan uang, suami istri tersebut meminta ijin membeli nanas yang tidak terjual.  Pemilik Toko Buah Yu menyambut dengan senang hati dan menjualnya dengan harga sangat murah.
Pasangan suami istri itu, memulai usaha kecilnya dengan tekun. Selain berkeliling memasarkan, mereka jg membuka kios sederhana di depan rumah. Setelah itu, mereka melakukan pengembangan produk dengan membuat camilan dodol nanas. Siapa sangka, dodol nanas buatan mereka sangat disukai penduduk setempat. Malahan nantinya dodol nanas menjadi makanan khas daerah Tiongkok Selatan dan bahkan dikenal sampai ke kerajaan.
Pemilik Toko Buah Yu pun iri atas keberhasilan bisnis suami istri yang tinggal di depan tokonya. Nanas dari tokonya yang tidak bisa dijual lagi malah menghasilkan uang lebih banyak darinya. Maka suatu malam, Tuan Yu menulis tiga aksara : 天知道 (Tian Zhi Dao)/ “Tuhan Tahu” di sehelai kertas, lalu menempelnya di pintu toko kue dodol nanas.
Esok harinya, suami istri tersebut kaget melihat tulisan itu, dan tahu kalau ada orang yang ingin merusak bisnis mereka. Tiba-tiba timbul ide. Sang suami tertawa dan berucap lantang, “Saya kebetulan sedang mencari nama toko, dan hari ini ada orang yang menuliskan nama toko dan mengirimnya ke depan pintu. Bagus sekali!” Katanya lagi, “Kaisar sendiri, pernah memakan dodol nanas dari tokoku. Kaisar adalah Putra Langit di masa ini, jadi memang sudah seharusnya kalau memakai nama 天知道 (Tian Zhi Dao)! )/ Tuhan Tahu” Tulisan nama yang dianggap restu dari langit, mengakibatkan bisnis kue dodol nanas ini menjadi semakin melejit.
Tuan Yu bukan main berangnya. Suatu malam, dia melukis di dinding toko itu seekor kura-kura yang menyembunyikan kepala di dalam tempurung dan tulisan, “Tidak tahu malu!”
Keesokan harinya, melihat lukisan kura-kura ini, sepasang suami istri itu terdiam, namun sejenak kemudian sang istri berucap, “Mari kita gunakan kura-kura sebagai logo produk. Kue dodol nanas memang dapat menyembuhkan batuk dan memperpanjang usia. Sementara kura-kura adalah hewan yang panjang usianya.” Sejak saat itu, logo kura-kura menjadi logo yang terkenal di Shanghai.
Netter yang Luar Biasa,
Di kehidupan ini, persaingan bisa terjadi di mana pun dan oleh siapa pun.  Tetapi, bagi orang-orang kreatif, tekun dan bijaksana, mereka mampu melihat dan mengubah sebuah masalah menjadi peluang dan akhirnya menjadikannya sebagai sukses penuh berkah. Mari selalu meningkatkan kualitas diri. Karena produk yang sesungguhnya adalah diri kita sendiri, yang akan menciptakan berbagai macam inovasi hingga mencapai sukses yang tertinggi.

MARAH DENGAN BIJAK

 

Alkisah, suatu pagi  yang senyap, raja memutuskan untuk pergi berburu ditemani burung elang kesayangannya yang terlatih dalam berburu. Di persimpangan jalan, raja ingin menikmati waktunya dan sengaja memilih arah yang berbeda dan berpisah dengan pengawalnya. Tak lama, mentari bersinar dengan terik. Raja pun mulai merasa kehausan. Gerakan kuda melambat dan si elang pun terbang meninggalkannya.
Betapa gembiranya sang raja ketika melihat ada air yang mengalir dari celah-celah bebatuan di tempatnya melintas. Ia segera melompat turun dari kuda, mengeluarkan piala perak berukuran kecil dari tas berburunya, dan menempelkan pialanya pada aliran air yang begitu pelan.

Setelah piala itu nyaris penuh dan air hendak diminum, tiba-tiba terdengar suara desing di udara. Dalam sekejap piala di tangan raja jatuh dan seluruh airnya tumpah di tanah! Kaget sejenak, sang raja segera  menengadah, ingin tahu apa gerangan yang terjadi. Ternyata, itu ulah elang kesayangannya..

Dengan tersenyum, raja memungut dan membersihkan piala, kemudian kembali menampung aliran air di celah bebatuan. Ketika sudah penuh dan hendak diminum, lagi-lagi si elang terbang menukik dan menjatuhkan piala itu dari tangan sang raja. Dengan perasaan gusar, tetapi karena haus yang menyengat, sang raja kembali melakukan hal yang sama dan ketika si elang kembali menukik dan menjatuhkan piala untuk ketiga kalinya.

Dengan gerakan secepat kilat, raja mencabut dan mengayunkan pedangnya dengan cepat. Elang malang itu pun terluka dan terjatuh. “Itulah hukumanmu!” ujar sang raja. Ia bertambah geram saat tahu pialanya terpental dan terjepit di antara bebatuan yang tidak terjangkau.

”Ah.. Minum dari sumber mata air pasti lebih segar,” kata raja sambil mulai mendaki tebing curam menuju mata air itu. Ketika tiba di tujuan, raja terperangah karena di tengah sana terlihat bangkai ular besar dari jenis yang sangat berbisa. Seketika, sang raja lupa akan dahaganya. ”Elang kesayanganku terluka karena mau menyelamatkan nyawaku,” serunya. Bergegas raja kembali turun untuk membawa elangnya pulang. Ada sesal yang menggantung di hati dan pikirannya, “Aku mendapat pelajaran yang berharga, bahwa keputusan yang diambil dalam keadaan marah bisa berakibat fatal.”

Netter yang Bijaksana,
Saat amarah sedang memanas, kita merasakan adrenalin yang mengalir kencang. Ambil napas sejenak. Saat kesadaran melingkupi, puncak kemarahan akan perlahan menurun. Kita pun bisa berpikir lebih tenang dan membuat keputusan lebih bijak.
Mari, kelola kemarahan dengan kesadaran dan kebijaksanaan agar tiada sesal yang menyertai di kemudian hari.

BERBUAT BAIK SETIAP HARI

 Dikisahkan, ada seorang pemuda berusia menjelang 30 tahun, tetapi memiliki kemampuan berpikir layaknya anak berusia di bawah 10 tahun sederhana dan apa adanya. Ibunya dengan penuh kasih memelihara dan mendidik anaknya agar kelak bisa hidup mandiri dengan baik.



Suatu hari, si anak yang sangat mencintai ibunya, berkata, "Ibu, aku sangat senang melihat ibu tertawa. Wajah ibu begitu cantik dan bersinar. Bagaimana caranya agar aku bisa membuat ibu tertawa setiap hari?"
"Anakku, berbuatlah baik setiap hari. Maka, ibu akan tertawa setiap hari," ujar sang ibu.
"Bagaimana caranya berbuat baik dan bagaimana harus setiap hari?" tanya si anak.
"Berbuat baik adalah bila kamu bekerja, bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Bantulah orang lain terutama orang-orang tua yang perlu dibantu, sakit, atau kesepian. Kamu bisa sekadar menemaninya atau membantu meringankan pekerjaan mereka. Perlakukanlah orang-orang tua itu sama seperti kamu membantu ibumu. Pesan ibu, jangan menerima upah. Setelah selesai membantu, mintalah sobekan tanggalan dan kumpulkan sesuai urutan angkanya. Kalau angkanya urut artinya kamu sudah berbuat baik setiap hari. Dengan begitu ibu pun setiap hari pasti akan senang dan tertawa," jawab sang ibu sambil membelai sayang anak semata wayangnya itu.
Beberapa waktu berlalu dan ibu dari si anak meninggal. Namun karena kenangan dan keinginannya melihat ibunya tertawa, setiap hari sepulang kerja, dia berkeliling kampung membantu orang-orang tua. Kadang memijat, menimba air, memasakkan obat, atau sekadar menemani dengan senang dan ikhlas. Bila ditanya orang kenapa hanya sobekan tanggalan yang diterimanya setiap hari? Dia pun menjawab, "Karena setiap hari, setibanya di rumah, sobekan tanggalan yang aku kumpulkan, aku susun sesuai dengan nomor urutnya. Maka setiap hari aku seakan bisa mendengar ibuku sedang melihat aku dan tertawa bahagia di atas sana."
Si pemuda yang berpikiran sederhana itu pun telah menjadi sahabat banyak orang di desa. Sehingga suatu ketika, atas usul dari seluruh warga, karena kebaikan hatinya, dia dianugerahi oleh pemerintah bintang kehormatan dan dana pensiun selama hidup untuk menjamin tekadnya, yakni setiap hari bisa membantu orang lain.
Netter yang Luar Biasa,
Untuk kehidupan sekarang ini, memang terasa sulit ditemukan orang yang membantu orang lain tanpa ada keinginan untuk menerima balasan. Namun sebenarnya, esensi kehidupan manusia adalah saling bantu membantu, menolong, dan ditolong.
Malah sering kali bisa berbuat baik dan membantu orang lain sesuai dengan yang dibutuhkan, akan terasa rasa yang nikmat sekali. Tentu, untuk konsisten berbuat baik dan membantu orang lain membutuhkan kesadaran, latihan, dan membiasakan diri terus menerus.
Mari kita praktikkan pepatah sederhana ini: 每天做一件好是 mei tian zuo yi jian hao shi, “Melakukan (minimal) satu kebaikan setiap hari.”