Dalam beberapa kesempatan, saya kadang mengutip ungkapan bijak Bruce Lee,
"Jadilah air"! Lentur, bisa berubah bentuk sesuai wadahnya, tapi juga
bisa melubangi batu jika menetes pada satu titik sasaran terus-menerus.
Inilah sebuah perumpamaan yang sangat luar biasa tentang bagaimana kita
harus bersikap.
Dalam budaya Jawa, kita sering menyaksikan bagaimana seorang penari yang tampil sangat luwes. Gerakannya lemah gemulai, lembut, tidak kaku, tapi punya nilai keindahan. Keluwesan ini bagi saya juga merupakan sebuah pembelajaran, bagaimana kita bisa menjadi seseorang yang mampu bergerak dengan segala potensi secara tidak kaku, lincah, namun “enak” dinikmati.
Layaknya seorang penari, kita pun bisa menjadi insan yang luwes. Apa manfaatnya? Dalam menghadapi berbagai hal, kita bisa bergerak secara adaptif, bahkan dalam kondisi halangan dan tantangan yang sangat sulit sekali pun. Luwes di sini akan menjadi sebuah kekuatan yang mampu menjadi penyeimbang di setiap tindakan yang kita lakukan. Jika terlalu kaku, kita bisa segera melenturkan diri—pikiran, jiwa, tindakan—sehingga lebih mudah menyesuaikan pada hal yang memang harus diselaraskan. Sebaliknya, ketika berada pada kondisi yang serba-idealis, kita tetap bisa menjadi insan yang penuh prinsip untuk memegang kendali penuh terhadap apa yang kita lakukan.
Dalam gerak yang luwes, terkandung keindahan dan kemampuan menguasai keadaan. Saat kondisi sulit menjepit, tubuh bisa berkelit. Ibarat pohon yang mengakar kuat, lentur menggeliat saat angin hebat menerpanya.
Keluwesan inilah yang menurut saya menjadi salah satu hal yang bisa kita lakukan untuk meraih kesuksesan. Luwes dalam pergaulan, membuat kita bisa masuk dalam segala lini kehidupan. Saya mengenal beberapa pengusaha sukses—yang sudah sangat maju dan bahagia kehidupannya—punya sikap keluwesan yang luar biasa. Dalam pergaulan sehari-hari, ia bisa dengan mudah bercengkerama akrab bersama para karyawan yang paling bawah sekali pun. Tak ada jarak. Begitu pula saat berada pada forum pemimpin puncak. Ia dengan mudah bisa bersikap adaptif sehingga dihormati dan disegani oleh semua pihak.
Beberapa waktu belakangan, kita juga kerap disuguhi oleh kisah blusukan yang mulai tren dilakukan oleh banyak pejabat. Bagi saya, itu adalah bentuk keluwesan yang memang harus dimiliki oleh para pemimpin negeri kita. Bisa kita lihat, begitu banyak hal yang dapat dilakukan saat para pejabat itu luwes dengan rakyatnya. Jalanan rusak segera bisa diperbaiki. Infrastruktur yang belum bisa disebut layak, segera dikebut untuk bisa jadi tempat yang memudahkan segala aktivitas. Keluhan rakyat seputar kebijakan yang dianggap belum sesuai, bisa segera ditanggapi. Begitu banyak hal bisa diselesaikan dengan keluwesan dalam pengabdian pemimpin pada yang dipimpinnya.
Karena itu, pada bulan Oktober ini, saat pemimpin baru kita dilantik; Saat wakil-wakil rakyat kita—yang terpilih pada pemilu 2014 ini—mulai bekerja, kita berharap sikap luwes tersebut bisa menjadi salah satu sikap pilihan yang mendekatkan mereka pada rakyatnya.
Kita tahu, beban pemerintah baru nanti sangat berat. Subsidi yang harus diberikan kepada rakyat menjadikan beban keuangan negara terlihat rapuh. Apalagi, kalau sudah bicara soal korupsi yang harus terus dibasmi. Menghadapi kondisi tersebut, keluwesan pemerintah dituntut bisa menjadi jawaban atas banyak persoalan. Tentu, semua butuh waktu agar apa yang direncanakan dan diperjuangkan bisa mengarahkan Indonesia lebih maju dan sejahtera. Begitu juga kita sebagai rakyat. Keluwesan kita dalam menyikapi berbagai kebijakan pemerintah perlu kita kedepankan. Sinergisitas pemerintah dan rakyat, jika disertai oleh kelenturan dan kelincahan untuk berbuat yang terbaik bagi bangsa, niscaya akan melahirkan kebaikan yang membawa banyak pencerahan.
Mari, kita dukung pemerintahan baru. Kita sambut mereka dengan kerja keras bersama-sama. Jadikan diri sebagai insan yang luwes, lincah bergerak, tegas bertindak, lentur dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi. Bersama, kita bangun Indonesia!
Dalam budaya Jawa, kita sering menyaksikan bagaimana seorang penari yang tampil sangat luwes. Gerakannya lemah gemulai, lembut, tidak kaku, tapi punya nilai keindahan. Keluwesan ini bagi saya juga merupakan sebuah pembelajaran, bagaimana kita bisa menjadi seseorang yang mampu bergerak dengan segala potensi secara tidak kaku, lincah, namun “enak” dinikmati.
Layaknya seorang penari, kita pun bisa menjadi insan yang luwes. Apa manfaatnya? Dalam menghadapi berbagai hal, kita bisa bergerak secara adaptif, bahkan dalam kondisi halangan dan tantangan yang sangat sulit sekali pun. Luwes di sini akan menjadi sebuah kekuatan yang mampu menjadi penyeimbang di setiap tindakan yang kita lakukan. Jika terlalu kaku, kita bisa segera melenturkan diri—pikiran, jiwa, tindakan—sehingga lebih mudah menyesuaikan pada hal yang memang harus diselaraskan. Sebaliknya, ketika berada pada kondisi yang serba-idealis, kita tetap bisa menjadi insan yang penuh prinsip untuk memegang kendali penuh terhadap apa yang kita lakukan.
Dalam gerak yang luwes, terkandung keindahan dan kemampuan menguasai keadaan. Saat kondisi sulit menjepit, tubuh bisa berkelit. Ibarat pohon yang mengakar kuat, lentur menggeliat saat angin hebat menerpanya.
Keluwesan inilah yang menurut saya menjadi salah satu hal yang bisa kita lakukan untuk meraih kesuksesan. Luwes dalam pergaulan, membuat kita bisa masuk dalam segala lini kehidupan. Saya mengenal beberapa pengusaha sukses—yang sudah sangat maju dan bahagia kehidupannya—punya sikap keluwesan yang luar biasa. Dalam pergaulan sehari-hari, ia bisa dengan mudah bercengkerama akrab bersama para karyawan yang paling bawah sekali pun. Tak ada jarak. Begitu pula saat berada pada forum pemimpin puncak. Ia dengan mudah bisa bersikap adaptif sehingga dihormati dan disegani oleh semua pihak.
Beberapa waktu belakangan, kita juga kerap disuguhi oleh kisah blusukan yang mulai tren dilakukan oleh banyak pejabat. Bagi saya, itu adalah bentuk keluwesan yang memang harus dimiliki oleh para pemimpin negeri kita. Bisa kita lihat, begitu banyak hal yang dapat dilakukan saat para pejabat itu luwes dengan rakyatnya. Jalanan rusak segera bisa diperbaiki. Infrastruktur yang belum bisa disebut layak, segera dikebut untuk bisa jadi tempat yang memudahkan segala aktivitas. Keluhan rakyat seputar kebijakan yang dianggap belum sesuai, bisa segera ditanggapi. Begitu banyak hal bisa diselesaikan dengan keluwesan dalam pengabdian pemimpin pada yang dipimpinnya.
Karena itu, pada bulan Oktober ini, saat pemimpin baru kita dilantik; Saat wakil-wakil rakyat kita—yang terpilih pada pemilu 2014 ini—mulai bekerja, kita berharap sikap luwes tersebut bisa menjadi salah satu sikap pilihan yang mendekatkan mereka pada rakyatnya.
Kita tahu, beban pemerintah baru nanti sangat berat. Subsidi yang harus diberikan kepada rakyat menjadikan beban keuangan negara terlihat rapuh. Apalagi, kalau sudah bicara soal korupsi yang harus terus dibasmi. Menghadapi kondisi tersebut, keluwesan pemerintah dituntut bisa menjadi jawaban atas banyak persoalan. Tentu, semua butuh waktu agar apa yang direncanakan dan diperjuangkan bisa mengarahkan Indonesia lebih maju dan sejahtera. Begitu juga kita sebagai rakyat. Keluwesan kita dalam menyikapi berbagai kebijakan pemerintah perlu kita kedepankan. Sinergisitas pemerintah dan rakyat, jika disertai oleh kelenturan dan kelincahan untuk berbuat yang terbaik bagi bangsa, niscaya akan melahirkan kebaikan yang membawa banyak pencerahan.
Mari, kita dukung pemerintahan baru. Kita sambut mereka dengan kerja keras bersama-sama. Jadikan diri sebagai insan yang luwes, lincah bergerak, tegas bertindak, lentur dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi. Bersama, kita bangun Indonesia!
Casino Slot Machine (Pragmatic Play) - JeT Hub
BalasPadamThis online slot game 서귀포 출장안마 from Pragmatic Play has a 96.5% RTP. It 부천 출장마사지 comes with a jackpot 김포 출장샵 of up to £100000. Click 토토사이트 here to play at our 포천 출장안마 website!