MINDA ADALAH KEBERANIAN DAN KEKUATAN UNTUK MENGHADAPI SEGALA CABARAN !
28 Ogos, 2013
RAHSIA KESEMPATAN
Suatu pagi tidak jauh dari sebuah pasar, tampak seorang pemuda sedang tidur bermalas-malasan. Walau pasar dipenuhi oleh para penjual dan pembeli yang berlalu lalang, namun si pemuda tampak tenang-tenang saja dengan kemalasannya...
Kebetulan lewatlah seorang pedagang yang baru saja berhasil menjual dagangannya. Si pedagang tampak keheranan melihat tingkah pemuda tadi. Ia menghampiri dan bertanya, "Anak muda, pagi begitu indah. Semua orang sibuk bekerja, tapi mengapa engkau hanya tidur-tiduran di sini?" Sambil memicingkan sebelah mata, si pemuda menjawab dengan suara malas, "Aku sedang menunggu kesempatan."
Mendengar jawaban seperti itu, si pedagang tampak keheranan. "Apakah kau tahu seperti apa bentuk kesempatan yang kamu tunggu itu?" Pemuda itu menggelengkan kepala. "Kata orang, aku harus menunggu kesempatan datang, baru kemudian nasibku bisa berubah baik. Lalu aku bisa kaya, bisa sukses, bisa memiliki apa saja yang aku mau. Karena itulah aku dengan sabar menunggu kesempatan datang di sini," jelas si pemuda.
"Bentuknya saja kamu tidak tahu, buat apa kamu tunggu? Lebih baik ayo ikut membantu aku melakukan hal berguna. Kelak nasibmu akan berubah jika kau mau belajar mengikuti jejakku," bujuk si pedagang.
"Ahh, omong kosong.. Pergi sana! Jangan menggangguku lagi!" teriak si pemuda, kesal. Karena dihardik, si pedagang buru-buru pergi meninggalkan si pemuda itu sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Sesaat kemudian, datang seorang kakek tua menghampiri si pemuda. Kakek tua masih sempat memandangi langkah kepergian si pedagang. Lalu ia menoleh kepada si pemuda. "Hai.. anak muda. Aku perhatikan, sudah lama kamu tidur-tiduran menunggu kesempatan di tempat ini. Apa kau sudah mendapatkan kesempatan itu?"
Si pemuda dengan malas menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lho, bukankah kesempatan itu baru saja menghampirimu? Mengapa tidak kau tangkap, tapi malah kau usir? Orang yang kau usir tadi adalah seorang pedagang besar dari negeri seberang yang kaya raya. Mengapa tidak kau terima ajakannya..?" si kakek keheranan. Mendengar ucapan itu, si pemuda seolah baru tersadar dari mimpinya. Ia bergegas bangkit dan berteriak-teriak memanggil si pedagang tadi. Namun sayang, pedagang itu sudah tidak tampak lagi. Walau begitu, si pemuda tetap memanggil-manggil dia.
"Percuma teriak-teriak. Kesempatan itu sudah berlalu," ujar si kakek. Pemuda itu tampak sedih dan ingin menangis. Ia tertunduk lesu dan tak tahu harus berbuat apa untuk mendapatkan kesempatan. Karena pikirannya yang sempit, kesempatan berlalu begitu saja dan penantiannya pun sia-sia belaka. "Aku harus bagaimana, Kek? Apakah seumur hidup aku tidak akan memiliki kesempatan lagi?" tanya si pemuda penuh penyesalan.
"Kesempatan datang pada setiap orang tidak hanya sekali seumur hidup. Bila yang satu terlewatkan, suatu ketika pasti akan datang kesempatan lain," jawab si kakek dengan bijak. "Tetapi dia tidak datang dengan sendirinya. Kesempatan harus diciptakan dan diperjuangkan! Kau juga harus tahu, tidak ada satu saat pun yang benar-benar tepat untuk memulai mencari dan menemukan kesempatan. Makanya anak muda, jangan hanya menunggu. Mulailah berusaha, bekerja, berjuang. Kesempatan pasti akan tiba pada waktunya. Dan saat kesempatan tiba di hadapanmu, kamu telah siap!"
Dengan gembira, si anak muda mengucapkan terima kasih. Walau di dalam hatinya ada penyesalan karena telah kehilangan kesempatan, tapi dia tahu bahwa bila dirinya mulai berusaha dan berjuang, maka suatu hari nanti kesempatan pasti datang padanya.
Netter yang luar biasa,
Hidup adalah pilihan. Kita sebagai manusia mempunyai hak untuk memilih, termasuk memilih kesempatan apa saja yang kita inginkan, dengan cara memutuskan, menciptakan, dan memperjuangkan kesempatan itu.
Memutuskan berarti menciptakan komitmen untuk mendapatkan kesempatan melalui keaktifan kita. Menciptakan berarti mengambil langkah-langkah pasti supaya peluang-peluang tercipta atau mendatangi kita karena sikap proaktif. Sementara memperjuangkan berarti membuat usaha-usaha yang benar supaya kesempatan dapat dimanfaatkan dan memberikan hasil seperti yang kita inginkan.
Kadangkala, kesempatan itu pada awalnya tampak sepele sekali. Tapi jangan remehkan kesempatan sekecil apa pun. Seringkali pencapaian besar justru diawali dari kesempatan-kesempatan kecil, yang umumnya dilewatkan banyak orang. Dan benar, hanya orang-orang yang mampu mengenali kesempatan saja yang bakal mendapatkan manfaat terbesar darinya. Mereka yang berhasil biasanya jeli memanfaatkan kesempatan-kesempatan kecil dan kemudian melakukan tindakan-tindakan yang tepat untuk mendapatkan manfaat terbesar. Merekalah yang disebut sebagai orang-orang yang beruntung. Semoga Anda termasuk orang yang beruntung itu!
SECANGKIR KOPI
Alkisah, sebuah liburan panjang diisi oleh sekumpulan sahabat untuk
melakukan reuni. Sudah dua puluh tahun lebih mereka berpisah dan baru
tahun itu mereka bisa berkumpul. Untuk itu, mereka sepakat untuk menemui
gurunya ketika bersekolah dulu. Mereka hendak berterima kasih, bahwa
dengan ajaran dari sang guru, mereka kini telah sukses dengan bidangnya
masing-masing.
Maka, di sebuah sore yang hangat, mereka pun datang bersama-sama mengunjungi sang guru. Mereka saling bercanda, mengenang masa kenakalan ketika remaja. Kemudian satu sama lain mulai berkisah tentang perjuangan hidup yang mereka lalui. Ada yang sudah jadi bos besar di perusahaan multinasional. Ada pula yang menjadi pengusaha sukses di bidang transportasi. Ada pula yang mengaku sudah melanglang buana ke hampir semua benua untuk memenuhi impiannya.
Melihat percakapan seputar kesuksesan yang sudah hampir melampaui batas, sang guru pun meminta izin untuk ke belakang rumah. Rupanya, ia mengambil beberapa cangkir kopi dan satu teko berisi kopi panas yang siap diseduh. Uniknya, cangkir yang diberikan terdiri dari beragam bentuk dan terdiri pula dari beragam bahan. Ada yang dari keramik, kristal, kaca, melamin, dan ada pula yang hanya terbuat dari plastik biasa.
“Sudah, sudah.. Ngobrolnya berhenti dulu. Ini Bapak sudah siapkan kopi buat kalian,” sebut sang guru memecah keasyikan obrolan mereka.
Hampir serempak, mereka kemudian berebut cangkir terbaik yang bisa mereka dapat. Akhirnya, di meja yang tersisa hanya satu buah cangkir plastik yang paling jelek. Lantas, setelah semua mendapatkan cangkirnya, sang guru pun mulai menuangi cangkir itu dengan kopi panas dari teko yang telah disiapkannya.
“Mari, silakan diminum,” ajak sang guru, yang kemudian ikut mengisi kopi dan meminum dari cangkir terakhir yang paling jelek. “Bagaimana rasanya? Nikmat kan? Ini dari kopi hasil kebun keluarga saya sendiri.”
“Wah, enak sekali Pak.. Ini kopi paling sedap yang pernah saya minum,” timpal salah satu murid yang langsung diiyakan oleh teman yang lain.
“Nah, kopinya enak ya? Tapi, apakah kalian tadi memperhatikan. Kalian hampir saja berebut untuk memilih cangkir yang paling bagus hingga hanya menyisakan satu cangkir paling jelek ini?” tanya sang guru.
Murid-murid itu pun saling berpandangan. Mereka bertanya-tanya, apa maksud gurunya bertanya seperti itu. Maka sang guru pun kembali meneruskan ucapannya. “Tak salah memang untuk memilih apa saja yang terbaik. Malahan, itu sangat manusiawi. Tapi masalahnya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus, perasaan kalian mulai terganggu. Kalian melihat cangkir yang dipegang orang lain dan mulai membandingkannya. Akibatnya, pikiran kalian terfokus pada cangkir. Padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkir, melainkan kopinya. Dan, kalian sendiri mengaku bahwa kopi ini adalah kopi terenak. Jadi, tolong pikirkan baik-baik. Hidup kita seperti kopi dalam cangkir tersebut. Sedangkan cangkirnya adalah pekerjaan, jabatan, dan harta benda yang kalian miliki.”
Sang guru pun kembali meneruskan wejangannya. “Karena itu, jangan pernah biarkan cangkir memengaruhi kopi yang kita nikmati. Cangkir bukanlah yang utama, sebab kualitas kopi itulah yang terpenting. Jangan berpikir bahwa kekayaan yang melimpah, karier yang bagus, dan pekerjaan mapan yang kalian banggakan tadi merupakan jaminan kebahagiaan. Namun sejatinya, kualitas hidup kita ditentukan oleh ‘apa yang ada di dalam’ bukan ‘apa yang kelihatan dari luar’. Apa gunanya kita memiliki segalanya, namun kita tidak pernah merasakan damai, sukacita, dan rasa bahagia dalam kehidupan kita? Itu sangat menyedihkan, karena itu sama seperti kita menikmati kopi basi yang disajikan di sebuah cangkir kristal yang mewah dan mahal. Jadi, kunci menikmati kopi bukanlah seberapa bagus cangkirnya, tetapi seberapa bagus kualitas kopinya.”
Semua murid itu pun tertunduk malu. Mereka merasakan inilah reuni yang membuat mereka kembali “membumi”. Mereka pun berjanji, akan menjadikan pembelajaran cangkir kopi tersebut untuk menjadikan sukses yang diraih memberi kemanfaatkan kepada lebih banyak orang, dan bukannya menjebak mereka dalam kesombongan.
Sahabat Luar Biasa...,
Status, pangkat, kedudukan, jabatan, kekayaan, kesuksesan, keterkenalan, adalah sebuah predikat yang disandang. Tak salah jika kita mengejarnya. Tak salah pula bila kita ingin memilikinya. Namun, semua itu tak akan kita miliki selamanya. Semua hanya akan langgeng jika kita sebagai subjek—alias pemilik sejati kekayaan yang sebenarnya—memiliki kualitas dalam diri yang bersih, bernilai, bermartabat, dan penuh kebersahajaan.
Ibarat pepatah, manusia mati meninggalkan nama, maka nama seperti apa yang akan dikenang orang, itulah cerminan sejati apa yang sudah kita berikan pada sekeliling kita selama ini. “Nama” itulah “isi kopi” sesungguhnya yang harus kita jaga, rawat, dan sekaligus kita bagi untuk mendatangkan kemanfaatan pada lebih banyak orang.
Mari, kita jadikan “isi” dalam diri kita sebagai cerminan positif yang bisa selalu kita hadirkan untuk mendatangkan keberkahan, kebahagiaan, dan kesuksesan sejati
Maka, di sebuah sore yang hangat, mereka pun datang bersama-sama mengunjungi sang guru. Mereka saling bercanda, mengenang masa kenakalan ketika remaja. Kemudian satu sama lain mulai berkisah tentang perjuangan hidup yang mereka lalui. Ada yang sudah jadi bos besar di perusahaan multinasional. Ada pula yang menjadi pengusaha sukses di bidang transportasi. Ada pula yang mengaku sudah melanglang buana ke hampir semua benua untuk memenuhi impiannya.
Melihat percakapan seputar kesuksesan yang sudah hampir melampaui batas, sang guru pun meminta izin untuk ke belakang rumah. Rupanya, ia mengambil beberapa cangkir kopi dan satu teko berisi kopi panas yang siap diseduh. Uniknya, cangkir yang diberikan terdiri dari beragam bentuk dan terdiri pula dari beragam bahan. Ada yang dari keramik, kristal, kaca, melamin, dan ada pula yang hanya terbuat dari plastik biasa.
“Sudah, sudah.. Ngobrolnya berhenti dulu. Ini Bapak sudah siapkan kopi buat kalian,” sebut sang guru memecah keasyikan obrolan mereka.
Hampir serempak, mereka kemudian berebut cangkir terbaik yang bisa mereka dapat. Akhirnya, di meja yang tersisa hanya satu buah cangkir plastik yang paling jelek. Lantas, setelah semua mendapatkan cangkirnya, sang guru pun mulai menuangi cangkir itu dengan kopi panas dari teko yang telah disiapkannya.
“Mari, silakan diminum,” ajak sang guru, yang kemudian ikut mengisi kopi dan meminum dari cangkir terakhir yang paling jelek. “Bagaimana rasanya? Nikmat kan? Ini dari kopi hasil kebun keluarga saya sendiri.”
“Wah, enak sekali Pak.. Ini kopi paling sedap yang pernah saya minum,” timpal salah satu murid yang langsung diiyakan oleh teman yang lain.
“Nah, kopinya enak ya? Tapi, apakah kalian tadi memperhatikan. Kalian hampir saja berebut untuk memilih cangkir yang paling bagus hingga hanya menyisakan satu cangkir paling jelek ini?” tanya sang guru.
Murid-murid itu pun saling berpandangan. Mereka bertanya-tanya, apa maksud gurunya bertanya seperti itu. Maka sang guru pun kembali meneruskan ucapannya. “Tak salah memang untuk memilih apa saja yang terbaik. Malahan, itu sangat manusiawi. Tapi masalahnya, ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus, perasaan kalian mulai terganggu. Kalian melihat cangkir yang dipegang orang lain dan mulai membandingkannya. Akibatnya, pikiran kalian terfokus pada cangkir. Padahal yang kalian nikmati bukanlah cangkir, melainkan kopinya. Dan, kalian sendiri mengaku bahwa kopi ini adalah kopi terenak. Jadi, tolong pikirkan baik-baik. Hidup kita seperti kopi dalam cangkir tersebut. Sedangkan cangkirnya adalah pekerjaan, jabatan, dan harta benda yang kalian miliki.”
Sang guru pun kembali meneruskan wejangannya. “Karena itu, jangan pernah biarkan cangkir memengaruhi kopi yang kita nikmati. Cangkir bukanlah yang utama, sebab kualitas kopi itulah yang terpenting. Jangan berpikir bahwa kekayaan yang melimpah, karier yang bagus, dan pekerjaan mapan yang kalian banggakan tadi merupakan jaminan kebahagiaan. Namun sejatinya, kualitas hidup kita ditentukan oleh ‘apa yang ada di dalam’ bukan ‘apa yang kelihatan dari luar’. Apa gunanya kita memiliki segalanya, namun kita tidak pernah merasakan damai, sukacita, dan rasa bahagia dalam kehidupan kita? Itu sangat menyedihkan, karena itu sama seperti kita menikmati kopi basi yang disajikan di sebuah cangkir kristal yang mewah dan mahal. Jadi, kunci menikmati kopi bukanlah seberapa bagus cangkirnya, tetapi seberapa bagus kualitas kopinya.”
Semua murid itu pun tertunduk malu. Mereka merasakan inilah reuni yang membuat mereka kembali “membumi”. Mereka pun berjanji, akan menjadikan pembelajaran cangkir kopi tersebut untuk menjadikan sukses yang diraih memberi kemanfaatkan kepada lebih banyak orang, dan bukannya menjebak mereka dalam kesombongan.
Sahabat Luar Biasa...,
Status, pangkat, kedudukan, jabatan, kekayaan, kesuksesan, keterkenalan, adalah sebuah predikat yang disandang. Tak salah jika kita mengejarnya. Tak salah pula bila kita ingin memilikinya. Namun, semua itu tak akan kita miliki selamanya. Semua hanya akan langgeng jika kita sebagai subjek—alias pemilik sejati kekayaan yang sebenarnya—memiliki kualitas dalam diri yang bersih, bernilai, bermartabat, dan penuh kebersahajaan.
Ibarat pepatah, manusia mati meninggalkan nama, maka nama seperti apa yang akan dikenang orang, itulah cerminan sejati apa yang sudah kita berikan pada sekeliling kita selama ini. “Nama” itulah “isi kopi” sesungguhnya yang harus kita jaga, rawat, dan sekaligus kita bagi untuk mendatangkan kemanfaatan pada lebih banyak orang.
Mari, kita jadikan “isi” dalam diri kita sebagai cerminan positif yang bisa selalu kita hadirkan untuk mendatangkan keberkahan, kebahagiaan, dan kesuksesan sejati
23 Mei, 2013
PINTAR ATAU SOMBONG
Pernahkah dalam sebuah organisasi, Anda menemukan seseorang
yang merasa paling hebat, merasa paling tahu segalanya, paling banyak
memberikan kontribusi? Ia merasa dirinya tidak perlu lagi belajar,
bahkan merasa menjadi tulang punggung organisasi. Seolah-olah bila tidak
ada dia, maka roda bisnis perusahaan akan berhenti.
Dalam pengalaman memberikan training bagi sebagian perusahaan, saya kerap menerima sharing dari
peserta yang mengatakan mereka kerap menemukan orang-orang dengan tipe
yang di atas. Bahkan ada yang mengatakan mengatasi karyawan yang
kompetensinya kurang dan mau belajar masih jauh lebih mudah dibandingkan mengatasi karyawan yang kompetensinya baik tetapi merasa sombong dan menyepelekan aspek pengembangan diri.
Melakoni peran sebagai seorang fasilitator dan trainer pengembangan diri, saya pernah mendengar salah satu pesan yang selalu saya ingat yaitu “Kamu harus terus belajar” .Belajar
tidak semata-mata dari buku, melainkan mau belajar dari orang lain.
Prinsip ini yang mendasari perjalanan saya sebagai seorang trainer. Saya
belajar banyak dari peserta saya setiap kali sesi dalam kelas. Saya
jadi teringat akan sebuah kisah yang menceritakan tentang dua panglima
perang. Kedua panglima perang ini diberi tugas untuk memimpin beberapa
pasukan dalam penyerangan ke dua tempat yang berbeda. Yang satu
ditugaskan ke wilayah barat, dan yang satu lagi ditugaskan ke wilayah
timur.
Setelah pergi berperang selama kurang lebih tiga hari, kedua panglima
ini pulang memberikan kabar kepada Kaisar di istana. Sebelum kedua
panglima ini memberikan laporannya, Sang Kaisar sudah mengetahui
hasilnya lewat seorang pengintai yang dikirim ke wilayah barat dan
timur. Sampailah pada saat panglima pertama memberikan laporannya, ia
mengutarakan dengan sangat baik, diplomatis, dan mengucapkan terima
kasih atas kepercayaan yang diberikan Kaisar kepada dirinya. Giliran
panglima kedua menyampaikan laporannya tiba, ia memulainya dengan
menyombongkan kemampuan dirinya yang berhasil memimpin pasukannya, dan
ia menganggap tanpa dirinya, pasukannya pasti sudah meninggal semua. Ia
menganggap dirinyalah sebagai kunci keberhasilan penyerangan.
Seolah-olah tidak ada panglima lain yang lebih baik dari dirinya.
Di atas kertas, Kaisar ini memuji keberhasilan kedua panglima ini dalam
memimpin sebuah misi istana. Akan tetapi pada saat penyampaian
informasi dari kedua panglima ini, sang Kaisar lebih terkesan dengan
panglima yang pertama dibandingkan yang kedua. Sang Kaisar akhirnya
berkata kepada panglima yang kedua, “Kamu memang pintar dalam
strategi, kamu juga baik dalam memimpin pasukan, tapi keberhasilan ini
bukan karena satu orang yaitu dirimu sendiri, melainkan kekompakan
pasukan Anda yang membuat ini berhasil. Kesombonganmu hari ini akan
menjatuhkan reputasimu di masa yang akan datang. Anda akan kehilangan
kepercayaan dari pasukan Anda, jika Anda masih berperilaku seperti ini!"
Banyak orang pintar, tapi ada yang mengatakan pintar saja tidak cukup.
Kemampuan Anda membawa diri dalam sebuah komunitas lewat tutur kata,
perilaku, di situlah kepintaran Anda diuji dan dilihat. Panglima kedua
memang pintar, akan tetapi di mata Kaisar hal itu tidak menjadi nilai
yang penting lagi karena perilakunya yang arogan dan menganggap dirinya
yang terbaik. Jangan merendahkan siapapun dalam hidup. Jangan menganggap
karena kepintaran, kehebatan, pengalaman, lantas kita boleh meremehkan
orang lain. Akan tetapi jadilah pribadi yang dapat menunjukkan
penghargaan kepada orang lain. Banyak orang pintar, tapi sedikit yang
rendah hati. Jadilah rendah hati dan mau belajar dari orang lain. Selalu
ada tempat bagi yang rendah hati, tapi tidak bagi yang sombong.
Hampir beberapa petinggi perusahaan yang pernah berdiskusi dengan saya
mulai dari jajaran manager, general manager, bahkan sampai CEO
sekalipun, mereka memiliki kerendahan hati yang luar biasa untuk mau mendengarkan dan belajar dari orang lain.
Tidak sekalipun terlihat sisi kesombongan yang ditunjukkan lewat sikap
dan perilakunya. Mereka tidak merasa pintar, tapi mereka hanya ingin
berbagi apa yang pernah menjadi pengalaman mereka kepada orang lain, dan
tidak segan-segan mereka juga mau belajar dari staf maupun
supervisor-nya.
Apapun jabatan Anda saat ini, apapun gelar yang Anda miliki saat ini, setinggi apapun pendidikan Anda saat ini, jadilah pribadi yang memiliki nilai tidak hanya dari sisi intelektual tapi dari sikap dan perilaku yang baik.
Perusahaan tidak semata-mata mencari orang pintar saja, melainkan orang
yang memiliki karakter yang positif. Perusahaan tidak mencari robot
yang bisa mengerjakan sesuatu dengan cepat, melainkan mencari manusia
yang bisa berinteraksi positif dan kaya akan sikap mental yang baik.
Yang menghantarkan seseorang ke puncak keberhasilan dalam karier bukan
kompetensi saja, tapi juga elemen karakter yang positif.
SUKSES ADALAH APA YANG ANDA RASA
Ketika ditanya apa itu sukses, pasti sebagian besar orang akan
mengaitkannya dengan pencapaian materi atau harta. Itulah yang terjadi
di zaman yang serba materialistis ini.
Tidak heran, karena kita sudah terpengaruh oleh berbagai media, baik itu media cetak atau televisi (terutama film dan drama), di mana orang yang sukses itu adalah mereka yang populer, terkenal, punya sederet mobil mewah, rumah segede lapangan bola, dan uang yang tak terhitung banyaknya.
Lalu apa arti sukses yang sebenarnya?
- Kalau sukses diukur dari banyaknya uang, berarti orang yang uangnya sedikit tidak dikatakan sukses.
- Kalau sukses diukur dari rumah mewah dan besar, berarti orang yang rumahnya kecil bukan orang yang sukses.
- Kalau sukses diukur dari istri yang cantik atau suami yang tampan, berarti mereka yang punya istri kurang cantik atau suami kurang tampan dikatakan tidak sukses.
- Kalau sukses diukur dari ada tidaknya mobil, berarti orang yang tak punya mobil, tapi keluar ke mana-mana naik helikopter dan pesawat jet pribadi tidak bisa dikatakan sukses. Aneh, kan?
- Kalau sukses diukur dari banyaknya uang, berarti orang yang uangnya sedikit tidak dikatakan sukses.
- Kalau sukses diukur dari rumah mewah dan besar, berarti orang yang rumahnya kecil bukan orang yang sukses.
- Kalau sukses diukur dari istri yang cantik atau suami yang tampan, berarti mereka yang punya istri kurang cantik atau suami kurang tampan dikatakan tidak sukses.
- Kalau sukses diukur dari ada tidaknya mobil, berarti orang yang tak punya mobil, tapi keluar ke mana-mana naik helikopter dan pesawat jet pribadi tidak bisa dikatakan sukses. Aneh, kan?
Sukses bagi orang yang satu pasti berbeda dengan yang lain. Inilah yang harus kita pahami. Masalahnya adalah kebanyakan dari kita mengukur kesuksesan itu dari penilaian dan keinginan orang lain. Akibatnya kita sendiri tak tahu apa sukses yang sebenarnya bagi diri kita sendiri.
Contohnya, seorang pemuda yang menjadi dokter karena keinginan orang
tuanya. Orang tuanya begitu bangga karena keinginannya melihat anaknya
menjadi dokter akhirnya terpenuhi. Orang tuanya membanggakan anaknya
pada orang lain. Tapi pemuda itu sendiri tidak suka menjadi dokter,
bahkan benci jadi dokter. Semua itu dilakukan karena desakan atau
paksaan orang tuanya. Pertanyaannya, apakah itu sukses? Sukses bagi
orangtuanya, tapi gagal bagi pemuda itu. Inilah yang disebut
keberhasilan semu, kesuksesan palsu, pencapaian yang hampa.
Bagaimana dengan diri kita? Apa arti kesuksesan bagi diri kita sendiri? Kesuksesan adalah apa yang kita rasakan saat meraih sesuatu. Apakah itu membuat kita merasa bangga, bahagia dan antusias atau malah sebaliknya tidak merasakan apapun, merasa biasa-biasa saja bahkan tidak bahagia sama sekali?
Kalau kita merasa bangga, bahagia dan antusias, itu berarti kita meraih
apa yang benar-benar kita inginkan dari lubuk hari kita yang terdalam.
Kalau kita merasakan sebaliknya, bisa jadi semua itu karena desakan dan
keinginan dari pihak luar yang menginginkan kita seperti itu.
Saya juga pernah melihat keluarga kaya, tapi rumah tangganya terus dilanda masalah karena sang suami suka mendekati wanita lain dan bahkan sampai terperangkap dalam narkoba. Apakah itu kesuksesan? Bagi kita yang melihat sekilas, pasti menganggap mereka sukses dan kaya. Ini benar. Tapi bagi sang istri, itu adalah kegagalan besar. Baginya, lebih baik punya suami biasa-biasa tapi baik daripada punya suami kaya tapi berkelakuan buruk seperti itu.
Ingat, kesuksesan bukan apa yang orang lain rasakan, tapi apa yang Anda rasakan sendiri.
Hidup adalah hidup Anda dan sukses adalah sukses Anda. Tidak ada yang
berhak ikut campur menentukan bagaimana seharusnya Anda sukses. Untuk
apa Anda dianggap sukses bagi orang lain, tapi dianggap gagal oleh diri
sendiri? Untuk apa orang lain kagum dengan apa yang Anda capai, tapi
Anda sendiri tidak pernah bahagia menikmati hasil pencapaian Anda. What for? Ini namanya membohongi diri sendiri.
Mungkin Anda sudah mendengar ini ribuan kali. Miliki impian Anda sendiri sebelum melangkah menuju kesuksesan. Benar, kesuksesan bermula dari impian. Semua pencapaian dan hal-hal yang luar biasa di dunia ini dimulai dari impian dan hasrat yang membara. Semua itu datangnya dari apa yang Anda inginkan. Kalau impian itu datang dari apa yang orang lain inginkan, artinya Anda tidak pernah menjalani hidup Anda sendiri dengan sebaik-baiknya.
Maka dari itu, miliki impian Anda sendiri. Perjuangkan dan raihlah
kesuksesan sejati yang Anda dambakan. Pasti bisa tercapai dan
membahagiakan!
DUA PEMANCING YANG HEBAT
Diceritakan tentang sebuah kejadian yang dialami dua orang
pemancing yang sama-sama hebat, berinisial A dan B. Kedua pemancing itu
selalu mendapatkan banyak ikan. Pernah kedua pemancing tersebut
didatangi oleh 10 pemancing lain ketika memancing di sebuah danau.
Seperti biasa, kedua pemancing itu mendapatkan cukup banyak ikan.
Sedangkan 10 pemancing lainnya hanya bisa gigit jari, karena tak satu
pun ikan menghampiri kail mereka.
Kesepuluh pemancing amatir itu ingin sekali belajar cara memancing kepada kedua pemancing hebat tersebut. Tetapi keinginan mereka tidak direspon oleh pemancing berinisial A. Sebaliknya, pemancing berinisial A tersebut menunjukkan sikap kurang senang dan terganggu oleh kehadiran pemancing-pemancing amatir itu.
Tetapi pemancing berinisial B menunjukkan sikap yang berbeda. Ia bersedia menjelaskan tehnik memancing yang baik kepada ke-10 pemancing lainnya, dengan syarat masing-masing di antara mereka harus memberikan seekor ikan kepada B sebagai bonus jika masing-masing di antara mereka mendapatkan 10 ekor ikan. Tetapi jika jumlah ikan tangkapan masing-masing di antara mereka kurang dari 10, maka mereka tidak perlu memberikan apa pun.
Persyaratan tersebut disetujui, dan mereka dengan cepat belajar tentang tehnik memancing kepada B. Dalam waktu dua jam, masing-masing di antara pemancing itu mendapatkan sedikitnya sebakul ikan. Otomatis si B mendapatkan banyak keuntungan. Di samping mendapatkan ‘bonus’ ikan dari masing-masing pemancing bimbingannya, si B juga mendapatkan 10 orang teman baru. Sementara pemancing A, yang pelit membagi ilmu, tidak mendapatkan keuntungan sebesar keuntungan yang didapatkan oleh si B.
Pesan:
Kisah di atas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan akan jauh lebih bermanfaat bila diamalkan. “Hanya dengan cara kita mengembangkan orang lain yang membuat kita berhasil selamanya,” kata Harvey S. Fire Stone. Karena tindakan tersebut di samping menjadikan kita lebih menguasai ilmu pengetahuan, kita juga mendapatkan keuntungan dari segi finansial, pengembangan hubungan sosial, dan lain sebagainya. “Jika Anda membantu lebih banyak orang untuk mencapai impiannya, impian Anda akan tercapai,” imbuh Zig Ziglar, seorang motivator ternama di Amerika Serikat.
Bentuk pemberian tak harus berupa uang, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya, melainkan juga dalam bentuk kasih sayang, perhatian, loyalitas, motivasi, bimbingan dan lain sebagainya semampu yang dapat kita berikan. “Make yourself necessary to somebody. – Jadikan dirimu berarti bagi orang lain,” kata Ralph Waldo Emerson. Kebiasaan memberi seperti itu selain memudahkan kita memperluas jalinan hubungan sosial, tetapi juga membangun optimisme karena merasa kehidupan kita lebih berarti.
Kesepuluh pemancing amatir itu ingin sekali belajar cara memancing kepada kedua pemancing hebat tersebut. Tetapi keinginan mereka tidak direspon oleh pemancing berinisial A. Sebaliknya, pemancing berinisial A tersebut menunjukkan sikap kurang senang dan terganggu oleh kehadiran pemancing-pemancing amatir itu.
Tetapi pemancing berinisial B menunjukkan sikap yang berbeda. Ia bersedia menjelaskan tehnik memancing yang baik kepada ke-10 pemancing lainnya, dengan syarat masing-masing di antara mereka harus memberikan seekor ikan kepada B sebagai bonus jika masing-masing di antara mereka mendapatkan 10 ekor ikan. Tetapi jika jumlah ikan tangkapan masing-masing di antara mereka kurang dari 10, maka mereka tidak perlu memberikan apa pun.
Persyaratan tersebut disetujui, dan mereka dengan cepat belajar tentang tehnik memancing kepada B. Dalam waktu dua jam, masing-masing di antara pemancing itu mendapatkan sedikitnya sebakul ikan. Otomatis si B mendapatkan banyak keuntungan. Di samping mendapatkan ‘bonus’ ikan dari masing-masing pemancing bimbingannya, si B juga mendapatkan 10 orang teman baru. Sementara pemancing A, yang pelit membagi ilmu, tidak mendapatkan keuntungan sebesar keuntungan yang didapatkan oleh si B.
Pesan:
Kisah di atas menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan akan jauh lebih bermanfaat bila diamalkan. “Hanya dengan cara kita mengembangkan orang lain yang membuat kita berhasil selamanya,” kata Harvey S. Fire Stone. Karena tindakan tersebut di samping menjadikan kita lebih menguasai ilmu pengetahuan, kita juga mendapatkan keuntungan dari segi finansial, pengembangan hubungan sosial, dan lain sebagainya. “Jika Anda membantu lebih banyak orang untuk mencapai impiannya, impian Anda akan tercapai,” imbuh Zig Ziglar, seorang motivator ternama di Amerika Serikat.
Bentuk pemberian tak harus berupa uang, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya, melainkan juga dalam bentuk kasih sayang, perhatian, loyalitas, motivasi, bimbingan dan lain sebagainya semampu yang dapat kita berikan. “Make yourself necessary to somebody. – Jadikan dirimu berarti bagi orang lain,” kata Ralph Waldo Emerson. Kebiasaan memberi seperti itu selain memudahkan kita memperluas jalinan hubungan sosial, tetapi juga membangun optimisme karena merasa kehidupan kita lebih berarti.
19 Mei, 2013
KEKUATAN DOA DAN USAHA
Suatu pagi di sebuah perkampungan miskin, tampak seorang ibu dengan
penuh semangat sedang mengolah adonan untuk membuat tempe. Pekerjaan
membuat dan menjual tempe telah digelutinya selama bertahun-tahun,
sepeninggal suaminya.
Saat membuat adonan, sesekali pikirannya menerawang pada sepucuk surat yang baru diterima dari putranya yang sedang berada jauh di daerah lain, untuk menuntut ilmu. Dalam surat itu tertulis, “Bunda tercinta, dengan berat hati, ananda mohon maaf harus mohon dikirim uang kuliah agar dapat mengikuti ujian akhir. Ananda mengerti bahwa bunda telah berkorban begitu banyak untuk saya. Ananda berharap secepatnya menyelesaikan tugas belajar agar bisa menggantikan bunda memikul tanggung jawab keluarga dan membahagiakan bunda. Teriring salam sayang dari anakmu yang jauh.”
Dua hari lagi adalah ‘hari pasaran’. Saat itulah, biasanya tempe hasil
buatan si ibu dibawa ke pasar untuk dijual. Kali ini, ia berencana
membuat tempe dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya. Harapannya,
ia bisa mendapatkan lebih banyak uang sehingga bisa mengirimkan biaya
kuliah ke anaknya.
Sehari menjelang hari pasar, hati dan pikiran si ibu panik karena tempe
buatannya tidak jadi. Entah karena konsentrasi yang tidak penuh atau
porsi tempe yang dibuat melebihi biasanya. Kemudian si ibu pun sibuk
berdoa dengan khusyuk di sela-sela waktu yang tersisa menjelang
keberangkatannya ke pasar. Ia memohon kepada Yang Maha Kuasa, agar
diberi mukjizat: tempenya siap dijual dalam keadaan jadi. Tetapi sampai
tibanya dia di pasar, tempenya tetap belum jadi.
Sepanjang hari itu, dagangannya tidak laku terjual. Si ibu tertunduk
sedih. Matanya berkaca-kaca membayangkan nasib anaknya yang bakal tidak
bisa mengikuti ujian. Saat hari pasar hampir usai, para pedagang lain
pun mulai meninggalkan pasar. Tiba-tiba, datanglah seorang ibu. Ia
berjalan dengan tergesa-gesa.
“Bu, saya lagi nyari tempe yang belum jadi,” sapanya. “Dari tadi kok nggak ada, ya... Ibu tahu, saya harus cari ke mana?”
“Lho untuk apa, tempe belum jadi kok dicari?” tanya si ibu penjual tempe terheran-heran.
“Saya mau membeli untuk dikirim ke anak saya di luar kota. Dia sedang ngidam tempe khas kota ini!” kata si ibu calon pembeli.
Ibu penjual tempe ternganga mendengar kata-kata yang baru didengarnya.
Ia seakan tak percaya pada nasib baiknya, seolah tangan Tuhan memberi
kemurahan kepadanya. Akhirnya tempe dagangannya diborong habis tanpa
sisa. Dia begitu senang, bersyukur, dan bertambah yakin bahwa Tuhan
tidak akan pernah meninggalkan umatnya selama manusia itu sendiri tidak
putus asa dan tetap berjuang.
Netter yang LuarBiasa,
Pepatah kuno menyatakan, “Ora et labo`ra”, alias “Berusaha dan
berdoa.” Memang, doa dan usaha harus seiring dan sejalan dalam
perjalanan hidup setiap manusia. Doa dibutuhkan untuk mengingatkan kita
agar senantiasa menapak langkah di jalan benar, yang direstui oleh Yang
Maha Kuasa dan tetap mampu bersikap sabar, gigih, dan ulet saat
menghadapi segala macam halangan, rintangan dan cobaan. Doa juga mampu
memelihara antusiasme dalam memperjuangkan apa yang telah kita tetapkan
demi mewujudkan kesuksesan.
Mari, dengan segenap kekayaan mental yang optimis dan aktif, kita singsingkan lengan baju—siap bekerja keras untuk mengisi setiap hari dengan harapan baru! Semangat baru! Agar tercapai sukses yang lebih gemilang! Sukses lebih luar biasa!!
RESEPI MEMPERTAHANKAN KASIH SAYANG
Dikisahkan, di sebuah keluarga besar, ada sepasang kakek yang tampak
serasi dan selalu harmonis satu sama lain. Suatu hari, saat berkumpul
bersama, para cucu bertanya mendatangi mereka berdua.
“Kakek, nenek...., tolong beritahu kepada kami resep akur dan cara mempertahankan cinta selama ini, agar kami yang masih muda ini bisa belajar,” kata seorang cucu.
Mendengar itu, sesaat kakek dan nenek beradu pandang sambil saling
melempar senyuman mengasihi yang begitu kentara menyelimuti di antara
mereka. “Nenek yang akan bercerita dan menjawab pertanyaan kalian,”
kata kakek.
Sambil menerawang ke masa lalu, nenek pun memulai. “Ini pengalaman kakek dan nenek yang tak mungkin terlupakan dan rasanya perlu kalian dengar dengan baik”.
“Suatu hari, kami berdua terlibat obrolan tentang sebuah artikel di
majalah yang berjudul ‘Bagaimana Memperkuat Tali Pernikahan’. Di situ
dituliskan, masing-masing dari kita sebaiknya mencatat hal-hal yang
kurang disukai dari pasangan kita. Kemudian, dibahas cara untuk
mengubahnya agar ikatan tali pernikahan bisa lebih kuat dan bahagia.
Nah, malam itu, kami sepakat berpisah kamar dan mencatat apa saja yang
tidak disukai.
Esoknya, selesai sarapan, Nenek memulai lebih dulu membacakan daftar ‘dosa’ kakekmu sepanjang kurang-lebih tiga halaman. Pikir-pikir, ternyata banyak juga ya dan herannya lagi, segitu banyak yang tidak disukai tetapi tetap saja kakek kalian menjadi suami tercinta nenekmu ini,” kata nenek sambil tertawa sekaligus mata tuanya tampak berkaca-kaca mengenang kembali saat itu.
Lalu lanjut nenek, “Nenek membacanya hingga selesai dan kelelahan! Dan Sekarang giliran kakekmu yang lanjut bercerita”.
Dengan suara perlahan,si kakek meneruskan, “Pagi itu, kakek membawa kertas juga, tetap kosong. Kakek tidak mencatat sesuatu pun di kertas itu. Kakek merasa nenekmu adalah wanita yang kakek cintai apa adanya, kakek tidak ingin mengubahnya sedikit pun. Nenekmu cantik, baik hati, dan mau menikahi kakekmu ini, itu sudah lebih dari cukup bagi kakek.”
Nenek segera melanjutkan, “Nenek sungguh sangat tersentuh oleh
pernyataan kakekmu itu sehingga sejak saat itu, tidak ada masalah atau
sesuatu apapun yang cukup besar yang dapat menyebabkan kami bertengkar
dan mengurangi perasaan cinta kami berdua”.
Pembaca yang Luar Biasa!
Pembaca yang Luar Biasa!
Seringkali di kehidupan ini, kita lebih banyak menghabiskan waktu dan energi untuk memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan, dan yang menyakitkan. Pada hal, pada saat yang sama kita pun sebenarnya punya kemampuan untuk bisa menemukan banyak hal indah di sekeliling kita.
Saya yakin dan percaya, kita akan menjadi manusia yang berbahagia jika kita mampu berbuat, melihat dan bersyukur atas hal-hal baik di kehidupan ini. Juga, senantiasa mencoba untuk melupakan yang buruk yang pernah terjadi. Dengan demikian, hidup kita bisa dipenuhi dengan keindahan, pengharapan, dan kedamaian
KEBIASAAN MENYIAPKAN DIRI
Perencanaan adalah separuh dari
keberhasilan, sisanya adalah bagaimana kita bertindak. Namun, bertindak
saja belum cukup. Kita pun harus menyiapkan diri sepenuhnya, agar dalam
bertindak bisa memaksimalkan semua potensi yang ada.
Menyiapkan diri sepenuh dan seutuhnya berarti: kita harus siap
berhasil, siap pula jika terjadi kegagalan. Untuk itu, kita harus
membiasakan diri untuk menguatkan mental, pikiran, sekaligus tindakan,
sehingga setiap daya dan upaya yang dilakukan—apa pun hasil dan kondisi
yang terjadi—tetap selalu kita perjuangkan.
Menyiapkan diri memang bukan sebatas menyiapkan peralatan “perang”.
Namun, sekaligus kita menyiapkan berbagai macam kemungkinan, dari yang
terbaik hingga terburuk, sehingga kita bisa mengantisipasi semua
kejadian. Kalau baik, kita tak akan jadi jemawa dan tetap waspada. Kalau
pun buruk, kita tak akan patah arang dan tetap mau berusaha.
Mari, biasakan diri menyiapkan diri sepenuhnya. Kuatkan tekad, fokuskan niat, sadarkan diri untuk terus berbuat, yang terbaik, yang kita bisa, yang kita yakini. Apa pun hasilnya, dengan kesiapan diri, kita telah menjadi sang pemenang sejati. Salam sukses, Luar Biasa!!
CAHAYA KEHIDUPAN
Alkisah, Putri diterima di perguruan tinggi dan harus pindah ke luar
kota. Orangtuanya membelikan sebuah rumah mungil yang sudah
direnovasi—selain untuk investasi, juga untuk membantu kelancaran putri
semata wayangnya yang sekarang mulai duduk di bangku kuliah. Sebagai
anak tunggal, semua kebutuhan Putri disediakan oleh orangtuanya, bahkan
tanpa diminta sekalipun.
Setelah pindah beberapa hari, Putri sadar, di sebelah tempat tinggalnya ada rumah yang tampak sangat sederhana, dengan tiga orang penghuni di dalamnya—seorang ibu muda dengan dua anaknya.
Suatu malam, terjadi hal yang tidak diinginkan. Lampu mati! Putri
segera meraih telepon genggamnya dan menyalakan layar untuk menerangi
sekitarnya. “Huuh…..apa-apaan nih! Mana mau ngerjain tugas, pakai mati
lampu segala!” keluh Putri dengan perasaan jengkel.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu berulang-ulang diikuti teriakan nyaring, “Kakaaak... Kakaaak!” Putri membalas berteriak dari dalam, “Hai… Siapaaaa?”
“Saya. Kak. Anak sebelah rumah. Kakak punya lilin..?”
Sambil berjalan menghampiri pintu, Putri sempat berpikir, “Anak sebelah tuh, jangan-jangan mau minta-minta. Nanti jadi kebiasaan minta deh.” Jadi segera dijawab, “Tidak punyaaa!”
“Tolong buka pintunya Kak,” kata anak itu mengulang, bertepatan ketika si Putri telah di ambang pintu, dan membukanya.
“Kak, saya dan mama khawatir.. Di sini kan sering mati lampu. Kakak orang baru, pasti belum tersedia lilin. Ini Kak, mama menyuruh saya untuk membawakan lilin untuk kakak,” seraya tangan mungilnya mengangsurkan 2 batang lilin ke arah Putri.
Putri sejenak terpana, dia segera jongkok dan memeluk tubuh mungil di
hadapannya sambil mengeluarkan suara tercekat. “Terima kasih, adik
kecil. Tolong sampaikan ke mamamu ya, terima kasih..”
Putri malu pada dirinya sendiri yang telah berpikiran jelek dan tidak menyangka bahwa tetangganya yang tampak begitu sederhana justru menunjukkan kebesaran jiwa dengan mengkhawatirkan dirinya dan bahkan memberi lilin, seolah cahaya kehidupan. Bukan seperti pemikirannya, bahwa si miskin yang datang mengetuk pintu pasti bertujuan untuk mengganggu dan meminta tolong atau menyusahkan kita saja.
Perasaan tidak nyaman dan prasangka buruk sering kali menguasai saat teman atau kerabat yang tidak mampu mengetuk pintu rumah kita atau menghubungi kita. Jangan-jangan.. cuma mau minta tolong. Sesungguhnya, jika ada teman atau kerabat yang sedang kesusahan, bukankah kita sedang diberi kesempatan untuk berbuat baik? Seperti hukum alam mengajarkan filosofi "tabur-tuai". Tanpa menabur kebaikan, bagaimana mungkin kita berharap bisa menuai kebaikan di masa depan? Mari kita melatih dan membiasakan jika ada kesempatan membantu orang lain. Tentu merupakan suatu kebahagiaan jika ada kesempatan untuk meringankan beban orang lain
23 Mac, 2013
TAKDIR DI TANGAN KITA
Di sebuah desa, ada seorang tua yang sangat dikenal.
Namanya disebut-sebut sebagai seorang yang sangat bijaksana, tempat
banyak orang bertanya tentang hal apa saja. Petuah dan nasihat si orang
tua tersebut juga dianggap selalu tepat, sehingga ia sangat dihormati
dan disegani.
Suatu ketika, ada dua orang pemuda yang penasaran dengan kebijaksanaan orang tua tersebut. Sebab, mereka mendengar bahwa petuah dan wejangan si orang tua selalu manjur untuk mengatasi berbagai macam persoalan hidup. Mereka saling adu argumentasi tentang benar tidaknya berita tersebut. Maka, mereka pun ingin membuktikan kehebatan orang tua, apakah sesuai dengan yang dibicarakan orang atau tidak.
Hingga, pada sebuah sore yang cerah, mereka mendatangi orang tua bijak tersebut di kediamannya. Salah satu pemuda nampak membawa sesuatu yang sepertinya disembunyikan di tangannya. Ia menggenggam benda tersebut erat-erat, dan menaruhnya di belakang badannya, seolah tidak ingin memperlihatkannya pada orang tua tersebut.
"Wahai Paman. Bolehkan aku bertanya?"
Si orang tua yang saat itu sedang bersantai kemudian menjawab, "Apa yang bisa kubantu?"
"Kami yang muda ini ingin belajar mengetahui banyak hal sebagai bekal hidup nanti. Sayang, sampai saat ini kami belum menemui guru yang kami anggap tepat yang bisa memuaskan dahaga pengetahuan kami. Nah, kami mendengar Paman adalah orang paling bijaksana di desa ini," tutur salah satu pemuda. "Karena itu, kami ingin bertanya kepada Paman."
Si orang tua hanya tersenyum mendengar ungkapan pemuda tadi. "Aku hanya orang biasa. Aku tak bisa mengajarkan apa-apa kepadamu Anak muda," jawab si orang tua merendah. "Aku hanya mencoba menjawab sebisa mungkin pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan orang kepadaku."
Mendengar jawaban tersebut, maka pemuda yang dari tadi menyembunyikan sesuatu di tangannya segera bertanya, "Kalau Paman memang bisa menjawab semua pertanyaan, cobalah jawab pertanyaanku ini. Aku sedang membawa burung kecil di genggamanku. Apakah burung di tanganku ini dalam keadaan mati atau hidup, wahai Paman?"
Sejenak, si orang tua menatap wajah pemuda itu dalam-dalam. Sembari tetap menebar senyum, ia pun lantas menjawab, "Anak muda, mati atau hidup burung itu ada di tanganmu. Kalau aku katakan burung itu hidup, dengan mudah kau pencet burung itu hingga mati. Tapi, kalau aku katakan burung itu mati, dengan mudah pula kamu melepaskannya untuk hidup bebas ke angkasa. Sama juga dengan kehidupan. Semua sebenarnya ada dalam genggaman tangan kita sendiri. Melalui tangan kita sendirilah nasib ini ditentukan."
Mendengar jawaban penuh makna tersebut, si pemuda langsung melepaskan burung yang sedari tadi dalam genggamannya. Ia dan temannya segera meminta maaf pada si orang tua karena lancang telah mencoba mengujinya. Mereka juga meminta agar bisa belajar lebih banyak tentang ilmu kehidupan pada si orang tua bijak.
Pembaca yang bijaksana,
Ada sebuah ajaran yang menyebutkan bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri yang mengubahnya. Ini adalah sebuah ajaran sangat mulia yang menjadi cerminan bahwa sebenarnya kita sendirilah yang menentukan nasib. Apakah baik atau buruk, senang atau susah, gembira atau sedih, semua itu bergantung pada bagaimana kita menyikapi hidup dan kehidupan.
Seperti filosofi yang terus saya sebutkan, "Success is my right!" Sukses adalah hak setiap orang dan hak siapa saja yang menyadari, menginginkan, dan memperjuangkan dengan sepenuh hati. Unsur menyadari, menginginkan, dan memperjuangkan inilah sebenarnya yang menentukan nasib kita sendiri. Dengan sebuah kesadaran penuh tentang arti kesuksesan, serta dengan menjadikannya sebagai sebuah keinginan atau target besar yang menantang, kemudian memperjuangkan sepenuh hati, maka kesuksesan pasti akan kita raih.
Oleh karena itu, kita sebenarnya mempunyai nasib atau takdir laksana sang burung dalam genggaman. Hanya dengan tangan sendirilah kita bisa menentukan apa saja yang dapat kita raih. Melalui kekuatan diri sendiri pulalah kita bisa mewujudkan semua impian.
Maka, mari kita perkaya mental dengan terus berjuang tanpa henti untuk menentukan nasib sendiri! Kita lepaskan belenggu keinginan bergantung pada orang lain, dan menggantinya dengan tekad dan keyakinan diri sendiri, guna meraih sukses seperti yang kita dambakan
MIMPI SANG RAJA
Alkisah, suatu hari seorang raja terbangun dari tidurnya. Rupanya, sang raja baru saja mendapat mimpi buruk yang penuh teka-teki. Dengan napas masih terengah-engah, sang raja berteriak memanggil hulubalang kerajaan. "Hulubalang... panggil peramal istana sekarang juga. Cepaaat...!" Hulubalang tergopoh-gopoh pergi menunaikan perintah raja tanpa berani bertanya siapa peramal yang dikehendaki raja.
Tak lama, seorang peramal kerajaan menghadap. Raja langsung membeberkan mimpinya dan meminta si peramal mengartikannya. "Aku bermimpi aneh sekali. Dalam mimpi itu, gigiku tanggal semua. Hah... pertanda apa ini?" tanya sang raja.
Setelah mengadakan perhitunga dan penanggalan secara cermat dan teliti, dengan sedih si peramal berkata, "Mohon ampun, Baginda. Dari penerawangan hamba, mimpi itu membawa pesan, bahwa kesialan akan menimpa Baginda. Karena, setiap gigi yang tanggal itu berarti seorang anggota keluarga kerajaan akan meninggal dunia. Jika semua gigi tanggal, berarti kesialan besar, semua anggota keluarga kerajaan akan meninggal dunia!"
Bagai disambar geledek, raja langsung merah padam mukanya. Perlambang buruk yang disampaikan si peramal itu membuatnya marah besar. Raja langsung memerintahkan supaya peramal itu dihukum. Walau begitu, kegundahan hati sang raja tidak juga mereda. Raja masih gelisah dan merasa tidak puas. Lalu sang raja memerintah hulubalang untuk memanggil peramal yang lain. Segeralah seorang peramal baru datang menghadap sang raja.
Kali ini, setelah mendengar penuturan mimpi sang raja, peramal itu tersenyum. "Baginda Raja, dari penerawangan hamba, mimpi itu membawa pesan bahwa Baginda adalah orang yang paling beruntung di dunia. Paduka berumur panjang dan akan hidup lebih lama dari semua sanak keluarga Baginda," kata peramal dengan nada riang dan bersemangat.
Mendengar perkataan peramal tersebut, mendadak secercah senyum mengembang di muka sang raja. Tampaknya, sang raja sangat senang dengan perkiraan peramal tadi. "Kamu memang peramal yang pandai dan hebat. Dan sebagai hadiah atas kehebatanmu itu, aku hadiahkan 5 keping emas untukmu. Terimalah..."
Setelah peramal kedua itu pergi, sang raja bertanya kepada penasihat istana tentang kualitas dan keakuratan kedua peramal tadi. Penasihat istana yang telah menyaksikan peristiwa tersebut, dengan berani dan bijaksana berkata,"Baginda. Menurut hamba, peramal pertama mengartikan tanggalnya gigi baginda sama artinya dengan meninggalnya kerabat Baginda. Sementara peramal kedua mengartikan Baginda berumur lebih panjang dibandingkan kerabat Baginda. Sesungguhnya, kedua peramal itu menyatakan hal yang sama. Yaitu, semua kerabat Baginda akan meninggal lebih dulu, dan Baginda seoranglah yang hidup lebih lama."
Kemudian, penasihat istana menyimpulkan, "Jadi sebenarnya, kedua peramal tadi mempunyai kualitas yang setara. Yang membedakan hanyalah cara penyampaian mereka. Peramal pertama berbicara apa adanya tanpa memikirkan dampak negatifnya. Sementara peramal kedua menjawab dengan cerdik dan bijak sehingga Baginda merasa senang dan memberinya hadiah."
Pembaca yang budiman dan bijaksana,
Keterampilan berkomunikasi (communication skill) sangat penting dalam meraih kemajuan. Baik dalam bidang bisnis, politik, sosial-kemasyarakatan, hubungan antar pribadi, atau hubungan dalam rumah tangga, keterampilan berkomunikasi memegang peran sangat vital.
Secara sederhana, pola komunikasi bisa dibedakan menjadi dua, yaitu pola komunikasi positif dan pola komunikasi negatif. Pola komunikasi positif (seperti sikap kooperatif, kerjasama, kesepahaman, ketulusan, dan toleransi) hampir dipastikan mendatangkan output positif. Sebaliknya, pola komunikasi negatif (seperti kesalahpahaman, kebencian, kecurigaan, keragu-raguan, permusuhan dan dendam) hampir dipastikan membawa akibat-akibat negatif pula.
Keterampilan berkomunikasi secara positif merupakan "syarat mutlak" bagi kesuksesan kita dalam bidang apa pun. Maka, mari kita mulai mengembangkan pola komunikasi positif dengan orang-orang terdekat kita, dengan teman-teman, rekan kerja, relasi bisnis, dan pihak-pihak lain yang relevan dengan aktivitas kita sehari-hari, agar kualitas pergaulan kita terpelihara dengan baik.
Tak lama, seorang peramal kerajaan menghadap. Raja langsung membeberkan mimpinya dan meminta si peramal mengartikannya. "Aku bermimpi aneh sekali. Dalam mimpi itu, gigiku tanggal semua. Hah... pertanda apa ini?" tanya sang raja.
Setelah mengadakan perhitunga dan penanggalan secara cermat dan teliti, dengan sedih si peramal berkata, "Mohon ampun, Baginda. Dari penerawangan hamba, mimpi itu membawa pesan, bahwa kesialan akan menimpa Baginda. Karena, setiap gigi yang tanggal itu berarti seorang anggota keluarga kerajaan akan meninggal dunia. Jika semua gigi tanggal, berarti kesialan besar, semua anggota keluarga kerajaan akan meninggal dunia!"
Bagai disambar geledek, raja langsung merah padam mukanya. Perlambang buruk yang disampaikan si peramal itu membuatnya marah besar. Raja langsung memerintahkan supaya peramal itu dihukum. Walau begitu, kegundahan hati sang raja tidak juga mereda. Raja masih gelisah dan merasa tidak puas. Lalu sang raja memerintah hulubalang untuk memanggil peramal yang lain. Segeralah seorang peramal baru datang menghadap sang raja.
Kali ini, setelah mendengar penuturan mimpi sang raja, peramal itu tersenyum. "Baginda Raja, dari penerawangan hamba, mimpi itu membawa pesan bahwa Baginda adalah orang yang paling beruntung di dunia. Paduka berumur panjang dan akan hidup lebih lama dari semua sanak keluarga Baginda," kata peramal dengan nada riang dan bersemangat.
Mendengar perkataan peramal tersebut, mendadak secercah senyum mengembang di muka sang raja. Tampaknya, sang raja sangat senang dengan perkiraan peramal tadi. "Kamu memang peramal yang pandai dan hebat. Dan sebagai hadiah atas kehebatanmu itu, aku hadiahkan 5 keping emas untukmu. Terimalah..."
Setelah peramal kedua itu pergi, sang raja bertanya kepada penasihat istana tentang kualitas dan keakuratan kedua peramal tadi. Penasihat istana yang telah menyaksikan peristiwa tersebut, dengan berani dan bijaksana berkata,"Baginda. Menurut hamba, peramal pertama mengartikan tanggalnya gigi baginda sama artinya dengan meninggalnya kerabat Baginda. Sementara peramal kedua mengartikan Baginda berumur lebih panjang dibandingkan kerabat Baginda. Sesungguhnya, kedua peramal itu menyatakan hal yang sama. Yaitu, semua kerabat Baginda akan meninggal lebih dulu, dan Baginda seoranglah yang hidup lebih lama."
Kemudian, penasihat istana menyimpulkan, "Jadi sebenarnya, kedua peramal tadi mempunyai kualitas yang setara. Yang membedakan hanyalah cara penyampaian mereka. Peramal pertama berbicara apa adanya tanpa memikirkan dampak negatifnya. Sementara peramal kedua menjawab dengan cerdik dan bijak sehingga Baginda merasa senang dan memberinya hadiah."
Pembaca yang budiman dan bijaksana,
Keterampilan berkomunikasi (communication skill) sangat penting dalam meraih kemajuan. Baik dalam bidang bisnis, politik, sosial-kemasyarakatan, hubungan antar pribadi, atau hubungan dalam rumah tangga, keterampilan berkomunikasi memegang peran sangat vital.
Secara sederhana, pola komunikasi bisa dibedakan menjadi dua, yaitu pola komunikasi positif dan pola komunikasi negatif. Pola komunikasi positif (seperti sikap kooperatif, kerjasama, kesepahaman, ketulusan, dan toleransi) hampir dipastikan mendatangkan output positif. Sebaliknya, pola komunikasi negatif (seperti kesalahpahaman, kebencian, kecurigaan, keragu-raguan, permusuhan dan dendam) hampir dipastikan membawa akibat-akibat negatif pula.
Keterampilan berkomunikasi secara positif merupakan "syarat mutlak" bagi kesuksesan kita dalam bidang apa pun. Maka, mari kita mulai mengembangkan pola komunikasi positif dengan orang-orang terdekat kita, dengan teman-teman, rekan kerja, relasi bisnis, dan pihak-pihak lain yang relevan dengan aktivitas kita sehari-hari, agar kualitas pergaulan kita terpelihara dengan baik.
PANGERAN BONGKOK
Alkisah, di sebuah kerajaan, sang raja memerintah dengan bijaksana dan
dicintai oleh rakyatnya. Raja mempunyai seorang putra berwajah tampan
dan cerdas, tetapi sayang tubuhnya agak bungkuk. Akibatnya, pangeran
menjadi pendiam, minder, dan tidak percaya diri. Keadaan ini membuat
Raja risau dan sedih karena bila kelak tiba saatnya sang pangeran harus
naik tahta, dia pasti tidak dapat memerintah rakyatnya dengan baik dan
bijaksana.
Para penasihat raja yang setia sangat memahami kegundahan hati
junjungannya. Maka setelah berembuk berulangkali, diam-diam para
penasihat memesan sebuah patung kepada pemahat istana yang akan
dihadiahkan kepada sang pangeran kelak di hari ulang tahunnya.
Saat tiba hari itu, hadiah diberikan kepada sang pangeran. Di dekat
hadiah itu, ada tulisan: "Untuk calon pemimpin kami, atas nama seluruh
rakyat yang mencintai pangeran."
Kemudian kain penutup dibuka dan tampak sungguh menakjubkan, sebuah
patung berwajah tampan sang pangeran dengan tubuh tegak dan tegap, penuh
wibawa. Dan ukuran patung itu pun persis dengan postur tubuhnya.
Pangeran senang sekali menerima hadiah itu. Ia meletakkannya di taman
belakang istana kerajaan. Setiap kali melihat patung dirinya, sang
pangeran dalam hati pangeran berkata, "Patung pemberian ini tentu
melambangkan keinginan rakyatku, untuk memiliki raja bertubuh normal dan
tegap. Sudah tentu aku ingin menjadi seperti yang diharapkan oleh
mereka!"
Menyadari akan hal itu, setiap hari pangeran dengan semangat berjalan
mengelilingi taman dengan patung yang berdiri tegak sebagai fokusnya,
berlatih dengan meniru berdiri tegap dan berjalan tegak. Kebiasaan
berlatih seperti itu dijalani secara konsisten, hari ke hari, minggu ke
minggu, bulan ke bulan
Tidak terasa, tahun pun telah berganti. Latihan terus-menerus yang
dilakukan sang pangeran ahkirnya membuahkan hasil yang menakjubkan.
Dengan wajah yang sama tampannya, tubuhnya setegap dan setegak patung
yang berdiri di taman itu.
Raja sangat gembira dengan perubahan ini. Sang pangeran seolah-olah
lahir menjadi manusia baru. Wajahnya berseri-seri, sedangkan tubuhnya
tegap, penuh percaya diri, dan siap mengemban tanggung jawab sebagai
raja yang baru.
Netter yang bijaksana,
Dari cerita tersebut, saya menyimpulkan betapa kekuatan dari
kebiasaan yang terlatih dan fokus pada tujuan, ternyata mampu mengubah
apa yang semula tampak tidak mungkin menjadi mungkin, apa yang tidak
bisa menjadi bisa.
Sama halnya di dalam kehidupan kita. Jika ingin mengubah sebuah mimpi
menjadi nyata, mengganti kebiasaan jelek menjadi baik, membuat harapan
menjadi wujud nyata, membuat sesuatu yang sudah mundur menjadi maju
kembali, maka kita harus berani mengambil keputusan untuk menentukan
fokus sasaran, dan sekaligus membangun kebiasaan-kebiasaan positif
secara ketat, keras dan berkesinambungan.
Dengan kekuatan kebiasaan-kebiasaan baru yang positif, terlatih dan
konstruktif, saya yakin, kita semua bisa mencapai puncak kesuksesan yang
gemilang.
BAHAGIA DALAM DIRI SENDIRI
Bahagia adalah sebuah rasa yang setiap makhluk Sang
Pencipta berhak memiliki dan merasakannya. Karena itu, bahagia
sebenarnya selalu ada dalam diri. Bahagia bisa kita rasakan setiap saat,
jika kita mengizinkannya selalu mengisi relung hati, pikiran, dan
perasaan
Sayangnya, banyak orang yang "mengejar" kebahagiaan dari luar diri.
Merasa materi, panggung penuh kehormatan, dan jabatan bisa jadi solusi
yang mendatangkan kebahagiaan. Mereka tak pernah merasa bahagia jika
semua itu belum menjadi miliknya. Di sinilah rasa bahagia bisa jadi
hanya "mampir" sekelebatan mata. Sebab, materi atau jabatan hanya
predikat yang tak bisa setiap saat melekat.
Teman-teman..., mari jadikan bahagia muncul dari dalam diri sendiri.
Caranya, dengan mensyukuri segala kondisi : bahagia bisa hidup, bahagia
bisa berbagi, bahagia dalam setiap "jalan" yang kita lalui. Bahagia yang
muncul dari dalam diri ini akan menjadi kebahagiaan yang hakiki, karena
bisa datang setiap waktu
PEMBURU ARNAB
Di tepi sebuah hutan, tinggallah seorang pemburu dengan
anak semata wayangnya. Melihat hasil buruan ayahnya, si anak tertarik
untuk belajar menggunakan busur dan anak panah. Dia merengek kepada sang
ayah untuk membuatkan busur dan anak panah dalam ukuran lebih kecil
untuk berlatih dan suatu hari nanti bisa mengikuti jejak sang ayah
menjadi seorang pemburu.
Hari yang dinanti-nantikan itu pun akhirnya tiba. Dengan gembira, si
anak membawa busur dan anak panahnya, memulai hari pertamanya pergi
berburu ke dalam hutan. Dia pun dengan teliti memperhatikan setiap
gerakan di semak-semak sambil mengikuti tanda petunjuk yang di buat sang
ayah agar tidak tersesat di dalam hutan. Tiba-tiba, hampir bersamaan
tampak dua kelinci keluar dari semak-semak. Pemburu muda segera
mengarahkan busurnya ke arah kelinci sebelah kiri. Tetapi saat dia
melirik ke kanan, tampaklah seekor kelinci yang lebih gemuk. Dia pun
ganti mengarahkan busurnya ke sebelah kanan. Tapi saat itu, si kelinci
sudah kabur ke semak. Maka dengan terburu-buru dia pun mengarahkan
busurnya ke kiri, dan kelinci itu pun sudah menghilang ke semak-semak.
Ketika bertemu dengan ayahnya, dengan kesal si pemburu muda berseru,
"Ayah, saya belum mendapatkan satu buruan pun. Tadi ada dua ekor
kelinci, tetapi kelinci-kelinci itu lincah sekali! Belum sempat saya
lepaskan anak panah, mereka sudah hilang di semak-semak. Wah, padahal
saya sudah berusaha bergerak dengan cepat. Saat saya beralih sasaran ke
kelinci yang lain, dia juga sudah kabur. Saya gagal di perburuan pertama
ini. Apa yang salah, Ayah?"
Si ayah tersenyum dan berkata, "Kegagalanmu kali ini adalah sebuah
pelajaran yang sangat berharga buatmu, anakku. Kelinci-kelinci itu
adalah sasaran yang bagus. Salahnya bukan karena kelincinya yang kecil
dan lincah, tetapi karena kamu tidak fokus pada titik sasaran! Sebentar
mengarah ke kiri dan sebentar ke kanan. Ingat! Kamu tidak mungkin dapat
melakukan dua pekerjaan sekaligus di saat yang bersamaan. Kamu harus
menentukan satu pilihan dan fokus untuk menyelesaikannya.
Andai tadi kamu membidik dengan fokus hanya pada satu titik sasaran,
tentu hasilnya akan berbeda. Mungkin saat ini kamu sudah berhasil
membawa pulang kelinci lincah itu."
Netter yang luar biasa,
One rabbit in hand is batter than two rabbits in the bush.
Satu kelinci di tangan lebih baik daripada dua kelinci di semak-semak.
Demikian peribahasa yang tepat untuk menggambarkan kisah ilustrasi di
atas. Begitu pula di dalam kehidupan ini, untuk sukses dalam
mengembangkan karier atau bisnis kita. Jangan mudah berganti-ganti
bidang pekerjaan; sebentar mengerjakan bisnis ini, sebentar beralih ke
pekerjaan atau bisnis yang lain. Atau ingin menguasai semua pekerjaan.
Untuk berhasil, kita harus fokus pada titik sasaran yang akan kita raih.
Titik sasaran itu bisa diartikan fokus pada bakat, keterampilan, pekerjaan atau pada bisnis yang benar-benar kita kuasai. Hanya dengan fokus kita akan dapat meraih kesuksesan secara maksimal
2 PERTANYAAN RAJA
Alkisah, di sebuah kerajaan, sang raja mempunyai kesibukan
yang sangat padat. Suatu ketika, raja merasa resah dan tidak tenang.
Penyebabnya, karena sang raja sangat ingin tahu, apakah dengan kegiatan
rutin yang sudah sungguh-sungguh dikerjakannya demi rakyat, telah
benar-benar membuat rakyatnya sejahtera dan bahagia?
Untuk mencari jawaban atas pertanyaan itu, para petinggi di kerajaan
tersebut dimintai nasihat dan pendapat. Tetapi, jawaban yang diberikan
sangat beragam dan tidak memuaskan raja. Maka sang raja pergi dari
istana guna mengunjungi seorang bijak yang terkenal, yang bertempat
tinggal di bawah kaki gunung.
Setibanya di sana, si orang bijak terlihat sedang mencangkul tanah,
penuh perhatian dan konsentrasi. Raja menghampirinya dan berkata, "Saya
rajamu, datang kemari ingin bertanya kepada Anda, orang bijak."
Setelah ditunggu beberapa saat dan tidak ada komentar, raja tiba-tiba
mengambil sekop, membantu pekerjaan si orang tua sambil melanjutkan
berkata, "Baiklah. Entah kamu mendengar atau tidak, aku, rajamu, tetap
akan bertanya demi kelangsungan kehidupan kerajaan dan rakyatku.
Pertanyaanku adalah apakah yang telah kulakukan selama ini bermanfaat untuk kesejahteraan rakyatku? Selain itu, kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan hal-hal yang bermanfaat bagi rakyatku?" Namun, si orang tua tetap membisu.
Dalam kesunyian mereka bekerja, tiba-tiba tampak seorang pemuda berlari
limbung ke arah mereka. Sekujur tubuhnya berlumur darah karena diserang
oleh serigala yang berkeliaran di sekitar sana. Raja dan si orang tua
segera berlari memberi pertolongan, membawanya masuk ke dalam rumah,
menghentikan pendarahan, membersihkan luka, dan mengganti baju yang
robek terkoyak.
Tak lama, raja pun kelelahan dan tertidur lelap setelah bekerja
mencangkul tanah dan mengobati si pemuda yang terluka. Keesokan hari,
saat terbangun, raja yang penasaran belum mendapat jawaban sekali lagi
mengajukan pertanyaan, sebelum pergi dari sana. Dengan senyum bijak, si
kakek menjawab, "Maafkan hamba yang tidak melayani baginda dengan baik.
Sebenarnya apa yang baginda tanyakan telah terjawab semuanya. Yang
dilakukan baginda dan bermanfat untuk rakyat adalah sikap dan perasaan
baginda setiap kali berbuat sesuatu, apapun juga, dengan tulus dan
dilandasi dengan belas kasih demi kesejahteraan rakyat dengan adil.
Kemudian, kapan itu harus dilaksanakan? Jawabannya adalah saat ini.
Karena yang kemarin merupakan masa lalu, dan besok sekadar harapan. Dan
terbukti, baginda tidak segan-segan membantu saya mencangkul tanah dan
tidak canggung pula saat harus menolong pemuda yang sedang terluka
parah. Membantu sesama, tanpa pamrih, serta dilakukan saat ini dengan
landasan hati belas kasih adalah tugas kita sebagai manusia."
Raja sangat puas mendengar jawaban tersebut. "Terima kasih atas jawaban
Anda. Saya berjanji akan memerintah dengan cinta kasih agar setiap saat
selalu bermanfaat untuk kesejateraan rakyatku." Raja pun berpamitan
untuk kembali ke istana.
Pembaca yang bijaksana,
Sebagai manusia, siapapun kita hari ini, entah menjadi si kaya, si
hebat, atau si pandai serta entah berkedudukan atau sedang menjabat
sebagai apapun, jangan pernah lupa bahwa kita tercipta tidak sendiri.
Kita semua diciptakan oleh Yang Mahakuasa dengan segala tanggung jawab
yang menyertainya, termasuk untuk saling membantu dan saling memberi.
Karena itu, jika ada kesempatan berbuat baik, tidak perlu
nanti, tidak harus menunggu besok, segera singsingkan lengan baju,
berbuatlah yang terbaik bagi sekitar kita. Namun, jangan
berbuat baik dengan perhitungan atau pandang bulu, apalagi sampai ada
pamrih tertentu. Sebab, sebuah tindakan jika berlandaskan niat yang
salah, akan menghasilkan hasil yang tidak bermanfaat, bagi diri sendiri,
maupun orang lain.
Berbuat baiklah kepada sesama dengan penuh ketulusan yang mendalam dan
tidak dibuat-buat. Dan, lakukan itu di setiap kesempatan yang ada, maka
hidup akan terasa lebih indah. Sebab, laksana bibit yang kita tabur,
sebuah kebaikan yang kita tanam kelak buahnya kita sendiri yang akan
menuainya.
Ingat: jangan pernah meremehkan niat baik dan
perbuatan baik sekecil apapun. Semoga kebaikan membantu sesama
membuahkan kebahagiaan untuk kita bersama
KITA BERUSAHA, TUHAN MELAKUKAN BAHAGIANNYA
Ungkapan "Manusia berusaha, Tuhan menentukan" dapat kita
maknai: seberapa keras usaha yang kita lakukan, apa pun hasilnya, kita
seharusnya pasrah dan berserah, karena pasti ada "hukum alam" yang luar
biasa indah di balik semua hasil yang didapat.
Alkisah, ada seorang pemburu yang tengah memburu mangsanya di hutan.
Namun, karena suatu sebab, ia mengalami kecelakaan. Bukannya mendapatkan
buruan, ia malah mendapatkan musibah terperosok ke dalam lubang jebakan
yang dibuat oleh pemburu lainnya. Kakinya pun terluka parah sehingga
harus diamputasi sebatas paha.
Tentu, ia bersedih. Bukan karena sekadar kehilangan kaki, tapi karena
kini ia mengalami kesulitan dalam berburu mangsa di hutan. Apalagi,
hanya dari berburu itulah ia bisa menghidupi keluarganya. Sebab, sebelum
kejadian itu, ia selalu menjual sebagian besar buruannya ke pasar dan
mendapatkan uang yang cukup untuk memberi makan keluarganya.
Hari demi hari berlalu, waktu demi waktu berjalan. Meski berusaha
sekuat tenaga untuk bisa pulih dan kembali berburu dengan bantuan kaki
palsu, ia tak bisa selincah dulu lagi. Sehingga, si pemburu itu pun tak
bisa memenuhi kebutuhan keluarganya seperti dulu. Beruntung, keluarganya
selalu mendukungnya.
Maka, untuk menambal kebutuhan hidup, mereka pun bercocok tanam dan
berkebun di ladang yang selama ini kurang dimaksimalkan. Bahu-membahu
mereka saling bantu. Di tengah kesedihannya karena tak bisa berburu,
pelan tapi pasti si pemburu kini mulai menemukan semangat baru. Apalagi,
keluarganya pun ikut membantu. Sehingga, tanpa dirasa, hasil tanaman
dan panenan kebun itu ternyata cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Bahkan, karena makin mahir dan tahu teknik terbaik,
hasilnya pun makin lama makin berlimpah.
Tanpa terasa, waktu berlalu. Si pemburu dan keluarganya kini menjadi
petani yang sukses. Mereka hidup berkecukupan dari hasil berkebun. Bukan
itu saja. Jika dulu sering meninggalkan keluarga karena harus berburu
selama beberapa lama di hutan, kini si pemburu selalu berada dekat
dengan keluarganya. Ia bebas bercanda dan mendidik anaknya sehingga
semua tumbuh dengan sehat. Karena itulah, meski dulu sangat menyesal
kakinya cacat ketika berburu dulu, kini si pemburu berterima kasih pada
nasib. Sebab, dengan kondisi saat ini, ia malah makin dekat dengan
keluarga dan makin bisa membahagiakan mereka karena bisa selalu berada
dekat dengan istri dan anaknya.
Itulah sepenggal kisah "keindahan" di balik musibah. Si pemburu yang
menyesal kakinya harus hilang dan tak bisa lagi berburu, ternyata
mendapat "skenario" indah dalam kehidupannya. Ia malah bisa lebih
bahagia saat menjadi petani tanpa harus meninggalkan keluarganya ke
hutan. Melalui kisah ini, kita bisa belajar, bahwa memang manusia berusaha, Tuhan yang menentukan. Dan, pasti ada banyak hikmah di balik ketentuan Sang Mahakuasa.
Namun selain itu, jangan dilupakan juga, bahwa sebelum Tuhan menentukan, manusia wajib berusaha.
Kalimat "manusia berusaha" yang berada di depan kalimat "Tuhan
menentukan", harus kita perhatikan. Sebab, tanpa usaha, tanpa bekerja,
tanpa berupaya, kita hanya akan jadi manusia tanpa daya. Karena itu,
jangan pernah tidak berusaha ketika mengharap sesuatu. Jangan berkata
pasrah dan berserah pada ketentuan Sang Mahakuasa jika kita belum
mengusahakan semaksimal yang kita bisa. Sebab sejatinya, yang terbaik dari-Nya hanya akan diberikan kepada mereka yang mau berbuat yang terbaik pula untuk diri dan lingkungannya.
22 Mac, 2013
BERI LAYANAN TERBAIK
Dikisahkan, ada sebuah toko bakpao yang sangat terkenal. Setiap
hari di sana, terlihat antrean orang yang akan membeli bakpao. Bahkan
banyak pelanggan dari luar kota pun sengaja datang, hanya sekadar untuk
membeli bakpao yang terkenal karena kelezatannya itu. Walaupun harga
bakpaonya terbilang mahal, tetapi orang-orang tetap saja mau antre untuk
membeli.
Suatu hari, tampak seorang berpakaian lusuh seperti pengemis, ikut
antre untuk membeli bakpao. Saat tiba gilirannya dilayani, tiba-tiba
sang pemilik toko mendekati dan menyapa dengan ramah. Kemudian ia
melayani sendiri pembeli itu.
"Ada yang bisa saya bantu Pak? Anda ingin bakpao dengan cita rasa apa?"
Sambil matanya menatap lapar, dengan tangannya orang itu menunjuk ke
bakpao yang diinginkannya. Sang majikan dengan penuh senyum melayani
sambil menyerahkan kantong berisi bakpao, lalu berkata "Terima kasih,
Pak atas pembelian bakpaonya. Lain kali datang lagi ya."
Si pengemis membayar dengan uang kumal sambil berkata, "Akhirnya saya
bisa menikmati bakpao lezat yang saya inginkan." Lalu ia pun pergi
meninggalkan toko. Setelah itu, dari kejauhan dan dengan tatapan takjub,
sang majikan toko memperhatikan si pengemis berteduh sambil memakan
bakpao dengan nikmatnya.
Malam harinya, saat para karyawan hendak pulang, salah seorang dari
mereka dengan penasaran bertanya ke majikannya, "Tuan, kenapa seorang
pengemis yang hanya membeli dua bakpao, mendapat pelayanan yang istimewa
dari tuan sendiri? Padahal selama ini kan kami yang melayani semua
pembeli?"
Dengan senyum bijak, si majikan menjawab, "Anakku, memang pelangan kita pada umumnya adalah orang orang mampu, tetapi hari ini kita kedatangan pembeli yang istimewa! Seorang pengemis! Tahukah kalian, butuh berapa lama dia harus mengumpulkan uang agar bisa membeli bakpao kita? Ingat, setiap pelanggan, termasuk pengemis tadi layak menerima layanan yang sama baiknya seperti kita melayani pelanggan lainnya. Apakah kalian mengerti?"
Seluruh karyawan pun merasa puas atas pengertian yang diuraikan oleh
sang majikan. Dan mereka siap, untuk melayani setiap pelanggan sama
baiknya seperti teladan yang telah ditunjukkan oleh majikan mereka.
Pembaca yang luar biasa,
Semangat melayani untuk memuaskan pelanggan seperti majikan dalam
cerita di atas, patut kita simak dan teladani. Seperti teori marketing
pada umumnya, intinya adalah kita mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (customer‘s needs and wants).
Bila kebutuhan dan keinginan konsumen mendapat kepuasan, selanjutnya
akan lahir loyalitas konsumen pada produk atau jasa yang kita berikan.
Ingat, siapapun konsumen kita, layak kita layani dengan sebaik-baiknya. Mari, if you can do better, please do it! Jika Anda mampu melakukan dengan lebih baik, lakukanlah!
KEBIASAAN MENJAGA KERAPIAN
Dalam keseharian, kita sering kali disibukkan oleh berbagai
kegiatan. Kadang, bahkan untuk sekadar istirahat pun tak memiliki
kesempatan. Untuk itu, kita butuh manajemen waktu, manajemen diri, dan
manajemen pikiran untuk memaksimalkan setiap saat yang kita miliki.
Salah satu cara agar manajemen berjalan dengan baik dan terarah adalah
dengan menjaga kerapian. Mulai dari menjaga kerapian pekerjaan, kerapian
berkas-berkas, hingga berbagai perkakas pendukungnya. Sepertinya
sederhana. Tapi, dengan menjaga kerapian, kita akan lebih mudah
mengakses segala perangkat yang kita butuhkan.
Dengan menjaga kerapian segala macam aspek yang berkait dengan
manajemen diri, kita akan menjadi insan yang lebih terencana. Saat
bekerja, mudah menemukan file pekerjaan. Saat hendak menjalankan tugas,
lebih mudah mengakses segala hal yang diperlukan. Saat hendak
beristirahat, semua barang pun sudah tertata rapi agar pikiran lebih
tenang.
THE POINT OF NO RETURN
Ungkapan terkenal "The Point of No Return" (tidak ada jalan untuk kembali) bisa kita artikan: satu-satunya peluang adalah terus melangkah dan menaklukkan apa pun yang ada di hadapan kita.
Seseorang yang menghadapi "jalan buntu" akan menghadapi dua
kemungkinan. Pertama, ia akan menerima apa adanya dan menyerah pada
nasib sampai akhirnya mati sia-sia. Atau kedua, ia berpikir dan
mengerahkan segala upaya dan kemampuannya untuk menemukan jalan selamat.
Keadaan terdesak, tak selalu merupakan akhir dari segalanya. Untuk
mereka yang mau mengeksplorasi segala sumber daya, justru akan menemukan
kreativitasnya. Ada banyak orang yang setelah di-PHK dan gagal
menemukan pekerjaan baru, justru berhasil membangun usaha sendiri.
Karena mereka tak ada pilihan lain, satu-satunya cara bertahan hidup
adalah fokus pada usaha kecilnya. Lama-lama usaha itu semakin berkembang
dan mereka malah sukses jadi pengusaha, dengan pendapat jauh lebih
besar dari gaji sebelumnya.
Karena itu, ketika kita menghadapi masalah yang sulit dipecahkan, tak
perlu merasa hidup akan berakhir. Mungkin di sanalah, sumber sukses kita
tersembunyi. Kuncinya adalah fokus mencari solusi. Jika masalah
terpecahkan, sukses siap menjemput
MANFAAT BUKU
Sebuah buku ditulis dengan kerja keras yang luar biasa.
Buku adalah buah pemikiran seorang penulis. Hasil dari pengamatan dan
riset selama beberapa tahun, bahkan mungkin puluhan tahun yang
dikristalisasikan dan dituangkan dalam bentuk tulisan.
Saya dan kita semua sungguh beruntung dan patut berterima kasih kepada
para penulis buku. Mereka adalah dermawan ilmu pengetahuan, pembuka
jendela wawasan dunia dan informasi bagi manusia, pembaca, dan
pembelajar. Dengan membaca, kita bisa menimba berbagai macam ilmu dan
pengalaman orang lain selama bertahun-tahun, tanpa kita sendiri melewati
masa ujicoba selama itu. Kekayaan pikiran penulis yang kita baca pada
setiap buku bisa dinikmati berulang kali, bermanfaat memperkaya
pengetahuan, bahkan mampu mengubah mind-set kita.
Buku adalah investasi yang tiada habisnya dan tak ternilai harganya.
Buku juga bisa mengubah nasib seseorang yang siap belajar dan mau
berubah. Saya sendiri, mengalaminya. Karena buku, nasib saya
berubah. Dengan pendidikan formal yang sangat minim, saya sangat sadar,
saya harus belajar, belajar, dan belajar. Selama lebih dari 20 tahun,
saya secara konsisten: tiada hari tanpa membaca.
Buku memberikan kontribusi besar sebagai penunjang saya dalam
mengembangkan dan mengaktualisasikan diri hingga mencapai prestasi
seperti hari ini. Jadi saya kira, tepat sekali pepatah bijak ini: "Orang
miskin karena buku menjadi kaya. Orang kaya karena buku menjadi
anggun/mulia".
Bayangkan, jika kita bisa membiasakan membaca, minimal 1 buku dalam 1
minggu maka dalam 1 bulan 4-5 buku kita baca dan dalam setahun 52 buku.
Maka dalam 5 tahun, kita sudah membaca 260 buku. Sebuah angka yang
fantastis!
Jika buku yang kita baca itu topik-topiknya menyangkut bidang yang kita
geluti, yang kita minati, maka dalam lima tahun kita pasti bisa menjadi
pakar dalam bidang yang kita tekuni. Sungguh luar biasa! Tentu, saya
pun setuju sekali dengan pepatah yang mengatakan "knowledge is power". Pengetahuan adalah kekuatan!
Jangan membuang waktu yang berharga hanya untuk kegiatan yang tidak produktif. Mari, pastikan menjadi seorang pembelajar.
Tingkatkan kualitas kehidupan dan karir kita dengan membiasakan diri
membaca buku yang bermutu. Bukan nanti, bukan besok, tapi dimulai hari
ini
MEMANFAATKAN KESEMPATAN
Dalam proses meraih kesuksesan, kita boleh punya kemampuan.
Kita boleh punya pengetahuan. Tapi kalau kita tidak punya kesempatan,
maka semua akan menjadi sia-sia!
Ada 3 tipe manusia, dalam melihat sebuah kesempatan. Dalam pepatah Mandarin dikatakan:
1. 弱者等待机会 - ruo zhe deng dai ji hui (orang yang lemah, menunggu kesempatan).
2. 强者创造机会 - qiang zhe chuang zao ji hui (orang yang kuat, menciptakan kesempatan).
3. 智者争取机会 - zhi zhe zheng qu ji hui (orang yang cerdik & bijak memanfaatkan momentum / kesempatan).
Bagi orang lemah (tipe pertama), bila kesempatan belum datang,
dia akan menunggu dan menunggu sampai kesempatan itu datang, Bila
ditunggu kesempatan belum juga datang, dia berpikir, "Yah.... Ini memang
nasibku."
Bagi orang kuat (tipe kedua) bila kesempatan belum datang, dia
akan mengunakan berbagai macam cara: kreativitas, memanfaatkan koneksi,
dan segenap kemampuannya.untuk menciptakan kesempatan itu datang
padanya.
Bagi orang cerdik & bijaksana (tipe ketiga), dia akan
memanfaatkan kesempatan karena dia menyadari kesempatan adalah sesuatu
yang berharga. Belum tentu kesempatan itu datang untuk kedua kali!
Memang pada kondisi tertentu, kadang munculnya kesempatan itu butuh
pematangan waktu. Kita perlu menunggu sesaat, tetapi bukan dengan sikap
yang pasif, sebaliknya, kita menunggu kesempatan itu dengan sikap
waspada, proaktif, dan penuh kesiapan.
Seperti sikap seekor kucing yang akan menangkap tikus, kucing bisa
dengan sabar, waspada, penuh kesiapan menunggu kesempatan tikus keluar
dari lubang persembunyiannya. Begitu tikus keluar, kucing akan segera
menyergap mangsanya. Keberhasilan kucing melumpuhkan tikus adalah
serangkaian proses melakukan tiga hal yang saya bicarakan di atas, yaitu
kemampuan menunggu kesempatan bukan secara pasif tetapi proaktif, penuh
kesiapan. Begitu kesempatan tercipta, langsung dimanfaatkan.
Kesempatan merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki bagi
siapa saja yang mau mengembangkan diri. Tanpa kesempatan yang tersedia,
tidak mungkin kita bisa sukses. Oleh sebab itu bila kesempatan belum
datang, kita harus berusaha menciptakannya, bahkan di dalam kesulitan
pun. Jika kita punya keuletan untuk berusaha terus menerus, suatu hari,
kesempatan pasti akan datang.
Persis seperti yang dikatakan oleh ilmuwan besar Albert Einstein: IN THE MIDDLE OF DIFFICULTY, LIES OPPORTUNITIES. Di dalam setiap kesulitan terdapat kesempatan.
Pastikan dengan segenap kreativitas, kerja keras, keuletan, dan niat baik kita ciptakan kesempatan, manfaatkan kesempatan untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin dan memperoleh kehidupan yang lebih baik, lebih sukses, dan lebih berarti!!
KESEMPATAN KEDUA
Alkisah, di kesepian malam, tampak seorang pemuda berwajah
tampan sedang memacu laju kendaraannya. Karena kantuk dan lelah yang
mendera, tiba-tiba ia kehilangan kesadarannya dan gubraaak.....mobil
yang dikendarainya melintasi trotoar dan berakhir dengan menabrak sebuah
pohon besar.
Karena benturan yang keras di kepala, si pemuda sempat koma dan dirawat
di rumah sakit. Saat kesadarannya mulai kembali, terdengar erangan
perlahan. "Aduuuh...kepalaku sakit sekali. Kenapa badanku tidak bisa
digerakkan. Oh..ada di mana ini?". Nanar, tampak bayangan bundanya
sedang menangis, memegangi tangan dan memanggil-manggil namanya.
Lewat beberapa hari, setelah kesadarannya pulih kembali, ia baru tahu
kalau mobil yang dikendarainya ringsek tidak karuan bentuknya dan
melihat kondisi mobil, seharusnya si pengemudi pasti meninggal dunia.
Ajaibnya, dia masih hidup (walaupun mengalami gegar otak lumayan parah,
tulang paha yang patah menjadi enam, dan memar di sana-sini; hal ini
membuatnya harus menjalani operasi dan proses terapi penyembuhan yang
lama dan menyakitkan).
Saat pamannya datang menjenguk, si pemuda menggerutu tidak puas pada
kehidupannya, "Dunia sungguh tidak adil! Sedari kecil aku sudah
ditinggal oleh ayahku. Walaupun aku tidak pernah hidup berkekurangan
tetapi teman-temanku jauh lebih enak hidupnya. Gara-gara Bunda
membelikan mobil jelek, aku jadi celaka bahkan kini cacat pula wajah
ini. Oh...sungguh sial hidupku.."
Pamannya yang kenal si pemuda sedari kecil menegur keras, "Anak muda.
Wajahmu rupawan tetapi jiwamu ternyata tidak. Bundamu bekerja keras
selama ini hingga hidupmu berkecukupan. Lihatlah sekelilingmu, begitu
banyak orang yang tidak seberuntung kamu. Tidak perlu menyalahkan orang
lain. Kecelakaan ini karena kesalahanmu sendiri! Pernahkan kamu
pikirkan, seandainya kecelakaan itu merenggut nyawamu, bekal apa yang
kamu bawa untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatanmu di hadapan
Sang Khalik? Tuhan begitu baik, memberi kesempatan kedua kepadamu untuk
hidup lebih lama. Itu artinya, kamu harus hidup lebih baik! Apakah kamu
mengerti?"
Si pemuda terpana sesaat dan lirih menjawab, "Terima kasih paman. Saya
akan mengingat nasihat paman. Biarlah luka di wajah ini sebagai
pengingat agar aku tahu diri dan mampu untuk bersyukur".
Netter yang LuarBiasa,
Setiap hari di setiap tarikan napas kita sesungguhnya adalah
"kesempatan kedua" di dalam kehidupan kita. Kesempatan untuk selalu
mengingat kebaikan yang telah kita terima dan mengingatkan kita untuk
selalu berbuat bajik kepada sesama. Mari, manfaatkan setiap kesempatan yang ada dengan menjalankan ibadah dan amanah.
PERBEZAAN POLA FIKIR
Suatu kali, sebuah keluarga yang cukup harmonis mengalami ujian yang cukup sulit. Sang ayah yang merupakan pencari nafkah satu-satunya, sakit keras. Karena itulah, sang ibu dan dua anak kembar mereka yang masih berusia belasan, terpaksa harus bekerja keras. Sang ibu membuat kue, dan kedua anak mereka menjualnya sembari berangkat ke sekolah.
Dalam masa enam bulan itu, kondisi sang ayah terus memburuk. Hingga suatu hari, ia memanggil istri dan kedua anak kesayangannya. “Istriku, waktuku sepertinya sudah tak lama lagi. Terima kasih sudah mendampingiku selama ini dan mendidik kedua anak kita dengan baik. Tolong jaga mereka,” kata sang ayah. “Anakku yang sangat kusayangi. Aku juga berpesan dua hal kepada kalian. Pertama, jangan pernah menagih piutang kalian. Kedua, jangan biarkan diri kalian terbakar sinar matahari.”
Kedua anak itu saling berpandangan. Mereka pun bertanya, ”Apa maksud ucapan Ayah?” Namun belum sempat dijawab, sang ayah sudah mengembuskan napas terakhirnya. Mereka pun menangisi kepergian orang yang sangat mereka cintai, sembari memikirkan, apa maksud pesan terakhir sang ayah.
Waktu berganti, tahun-tahun pun berlalu. Kedua pemuda kembar itu telah berpisah untuk mencari jalan hidupnya masing-masing. Hingga suatu hari, ibu mereka berniat untuk mengunjungi kedua anaknya yang tinggal berjauhan.
Kali pertama, sang ibu mendatangi anak kedua. Saat itu, ia baru tahu, mengapa anak keduanya kerap mengeluh di surat yang selalu dikirimnya. Dia hidup miskin, tubuhnya kurus kering. Ia pun bertanya, “Anakku, mengapa kamu bisa mengalami kondisi seperti ini?” tanyanya. “Ibu… saya hanya menjalankan pesan ayah.” Jawabnya. “Iaitu, jangan pernah menagih piutang dan jangan sampai terbakar matahari.
Pesan pertama saya laksanakan! Setiap ada yang berutang, saya tak pernah menagihnya kecuali mereka sendiri yang membayar. Dan, itu membuat banyak orang yang berutang malah tak pernah membayar. Yang kedua, karena tak boleh terbakar sinar matahari, ketika sedang ada uang, saya gunakan semuanya untuk membeli mobil sendiri. Akibatnya, saat ini uang saya tidak pernah cukup,” sebut si anak kedua memelas. Si ibu yang kasihan, lantas meminta si anak kedua ikut kembali tinggal bersamanya. Namun, sebelum itu, ia ingin menemui anak pertamanya. Ternyata, dia hidup sukses dan bahagia.
Apa yang membuat kondisi anak pertama sangat berbeda dengan anak kedua? Si anak pertama pun menjawab, “Ibu, saya hanya menjalankan pesan yang diberikan ayah dulu. Waktu itu, ayah meminta saya tidak boleh menagih piutang. Maka, saya pun berusaha semaksimal mungkin tidak pernah membiarkan orang berutang. Untuk setiap barang yang saya jual, saya wajibkan untuk bayar di awal. Kemudian untuk mematuhi pesan kedua, saya selalu pergi pagi-pagi sekali dan baru pulang saat sudah malam. Saya pun bisa memaksimalkan waktu untuk bisa mencapai hasil hingga seperti sekarang.”
Netter yang LuarBiasa,
Dalam kisah ini, sangat jelas bahwa pola pikir (positif atau negatif) akan memberi dampak yang berbeda pula. Hal yang sama bisa terjadi pada kita. Suatu kondisi dan keadaan yang menimpa (misalnya krisis) akan memberi hasil yang berbeda jika kita bisa mengubah sudut pandang menjadi lebih positif. Sebab, dengan pola pikir yang positif, kita akan mempunyai cara berpikir yang lebih luas untuk memperbaiki keadaan. Saat gagal, bisa menjadi momen untuk belajar memperbaiki apa yang salah. Saat terjatuh, bisa menjadi masa mengevaluasi diri agar mampu bangkit lagi.
Mari, kita perbaiki sudut pandang kita terhadap segala hal yang kita jumpai, dengan pola pikir yang selalu positif. Sehingga, setiap hasil apa pun yang kita dapati, dapat menjadi hal yang selalu penuh arti
Apa yang membuat kondisi anak pertama sangat berbeda dengan anak kedua? Si anak pertama pun menjawab, “Ibu, saya hanya menjalankan pesan yang diberikan ayah dulu. Waktu itu, ayah meminta saya tidak boleh menagih piutang. Maka, saya pun berusaha semaksimal mungkin tidak pernah membiarkan orang berutang. Untuk setiap barang yang saya jual, saya wajibkan untuk bayar di awal. Kemudian untuk mematuhi pesan kedua, saya selalu pergi pagi-pagi sekali dan baru pulang saat sudah malam. Saya pun bisa memaksimalkan waktu untuk bisa mencapai hasil hingga seperti sekarang.”
Netter yang LuarBiasa,
Dalam kisah ini, sangat jelas bahwa pola pikir (positif atau negatif) akan memberi dampak yang berbeda pula. Hal yang sama bisa terjadi pada kita. Suatu kondisi dan keadaan yang menimpa (misalnya krisis) akan memberi hasil yang berbeda jika kita bisa mengubah sudut pandang menjadi lebih positif. Sebab, dengan pola pikir yang positif, kita akan mempunyai cara berpikir yang lebih luas untuk memperbaiki keadaan. Saat gagal, bisa menjadi momen untuk belajar memperbaiki apa yang salah. Saat terjatuh, bisa menjadi masa mengevaluasi diri agar mampu bangkit lagi.
Mari, kita perbaiki sudut pandang kita terhadap segala hal yang kita jumpai, dengan pola pikir yang selalu positif. Sehingga, setiap hasil apa pun yang kita dapati, dapat menjadi hal yang selalu penuh arti
PERTANYAAN KE-6
Suatu
hari, di sebuah kota kecil, tampak seorang remaja tertarik melihat
iklan lowongan pekerjaan sebagai pengantar barang di sebuah toko. Anak
itu pun kemudian menemui pemilik toko untuk melamar pekerjaan tersebut.
“Kami memang membutuhkan orang untuk membantu mengirimkan barang-barang pesanan ke pelanggan,” kata pemilik toko. “Mengenai pekerjaan ini, bolehkan saya mengajukan enam pertanyaan kepada bapak?” tanya remaja itu kepada pemilik toko.
“Silakan,” jawab pemilik toko.
1. Berapa gaji bulanan yang akan saya terima?
2.Jam berapa mulai
bekerja dan sampai pukul berapa?
3.Berapa lama waktu yang
diberikan untuk istirahat dan makan siang setiap harinya?
4.Berapa hari libur selama setahun?
5.Berapa biaya pengobatan
yang diberikan bila saya sakit?” tanya anak tersebut.
Setelah
pemilik toko menjawab kelima pertanyaan tersebut dengan jelas. Si anak
mengajukan pertanyaannya yang keenam, “Apakah ada sepeda yang bisa
digunakan untuk tugas mengantar barang ke pelanggan?”
“Wah,
kami tidak menyediakan sepeda untuk mengantarkan barang barang itu,
tetapi…..” Belum selesai pertanyaan dijawab, si anak memotong ucapan
pemilik toko.
“Oh, kalau begitu saya tidak jadi melamar pekerjaan ini.” Kemudian dia bergegas pergi meninggalkan toko.
Dua
jam kemudian, ada seorang remaja lain yang datang ke toko tersebut
dengan maksud sama seperti remaja sebelumnya, iaitu mengisi lowongan
pekerjaan di toko tersebut.
Setelah tahu jenis pekerjaan yang ditawarkan, si anak pun setuju untuk mulai bekerja di sana. “Apakah kamu perlu tahu berapa gaji disini?” tanya pemilik toko dengan ramah.
“Tidak
perlu,” jawab pelamar itu dengan sopan. “Saya lihat bapak adalah orang
yang baik dan bijaksana, pasti akan memberi gaji yang layak kepada saya.
Lagi pula, saya membutuhkan pekerjaan untuk mendapatkan uang untuk
membantu ibu saya. Asal saya bisa mengisi lowongan pekerjaan di sini,
saya sudah senang sekali.”
Melihat
kesungguhan remaja ini, pemilik toko pun berkata, “Dua jam yang lalu
ada orang seusiamu yang datang kemari untuk menanyakan beberapa hal
mengenai pekerajaan ini. Semua pertanyaan sudah saya jawab. Saat saya
sedang menjawab pertanyaannya yang keenam, yaitu adakah sepeda yang
disediakan untuk pengantaran barang, saya jawab tidak ada. Dan pelamar
kerja tadi langsung pergi begitu saja...
Perlu
kamu ketahui, saya memang tidak menyediakan sepeda, tetapi ada sebuah
motor baru yang saya sediakan untuk mengantarkan barang. Bagaimana? Kamu
siap bekerja keras kalau saya menerima kamu bekerja di sini?”
Dengan senyum lebar si anak menjawab, ”Terima kasih Pak, saya siap bekerja keras!”
Pembaca yang Luar Biasa!
Apa
perbedaan dua remaja pencari pekerjaan tadi? Mereka mempunyai
kesempatan yang sama dan pekerjaan yang sama pula. Akan tetapi, cara
berpikir dan sikap mereka yang berbeda, membuat pelamar pertama
kehilangan kesempatan bekerja yang sudah ada di depan matanya. Sementara
pelamar kedua dengan sikap yang lebih positif, akhirnya mendapatkan
kesempatan bekerja dengan fasilitas yang memadai.
Dalam
bekerja, yang kita perlukan bukan sekadar menuntut apa yang akan kita
terima, tetapi harus dimulai dengan apa yang mampu kita beri.
Sebenarnya, bagi saya, kita bukan sekadar bekerja untuk atasan atau bos,
tetapi lebih dari itu, kita bekerja untuk diri kita sendiri sesuai
dengan tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan kepada kita.
Saya percaya, dengan sikap mental bekerja seperti itu, tentu integritas dan kemajuan karir kita akan terbangun secara mantap!
Langgan:
Catatan (Atom)