Ungkapan "Manusia berusaha, Tuhan menentukan" dapat kita
maknai: seberapa keras usaha yang kita lakukan, apa pun hasilnya, kita
seharusnya pasrah dan berserah, karena pasti ada "hukum alam" yang luar
biasa indah di balik semua hasil yang didapat.
Alkisah, ada seorang pemburu yang tengah memburu mangsanya di hutan.
Namun, karena suatu sebab, ia mengalami kecelakaan. Bukannya mendapatkan
buruan, ia malah mendapatkan musibah terperosok ke dalam lubang jebakan
yang dibuat oleh pemburu lainnya. Kakinya pun terluka parah sehingga
harus diamputasi sebatas paha.
Tentu, ia bersedih. Bukan karena sekadar kehilangan kaki, tapi karena
kini ia mengalami kesulitan dalam berburu mangsa di hutan. Apalagi,
hanya dari berburu itulah ia bisa menghidupi keluarganya. Sebab, sebelum
kejadian itu, ia selalu menjual sebagian besar buruannya ke pasar dan
mendapatkan uang yang cukup untuk memberi makan keluarganya.
Hari demi hari berlalu, waktu demi waktu berjalan. Meski berusaha
sekuat tenaga untuk bisa pulih dan kembali berburu dengan bantuan kaki
palsu, ia tak bisa selincah dulu lagi. Sehingga, si pemburu itu pun tak
bisa memenuhi kebutuhan keluarganya seperti dulu. Beruntung, keluarganya
selalu mendukungnya.
Maka, untuk menambal kebutuhan hidup, mereka pun bercocok tanam dan
berkebun di ladang yang selama ini kurang dimaksimalkan. Bahu-membahu
mereka saling bantu. Di tengah kesedihannya karena tak bisa berburu,
pelan tapi pasti si pemburu kini mulai menemukan semangat baru. Apalagi,
keluarganya pun ikut membantu. Sehingga, tanpa dirasa, hasil tanaman
dan panenan kebun itu ternyata cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Bahkan, karena makin mahir dan tahu teknik terbaik,
hasilnya pun makin lama makin berlimpah.
Tanpa terasa, waktu berlalu. Si pemburu dan keluarganya kini menjadi
petani yang sukses. Mereka hidup berkecukupan dari hasil berkebun. Bukan
itu saja. Jika dulu sering meninggalkan keluarga karena harus berburu
selama beberapa lama di hutan, kini si pemburu selalu berada dekat
dengan keluarganya. Ia bebas bercanda dan mendidik anaknya sehingga
semua tumbuh dengan sehat. Karena itulah, meski dulu sangat menyesal
kakinya cacat ketika berburu dulu, kini si pemburu berterima kasih pada
nasib. Sebab, dengan kondisi saat ini, ia malah makin dekat dengan
keluarga dan makin bisa membahagiakan mereka karena bisa selalu berada
dekat dengan istri dan anaknya.
Itulah sepenggal kisah "keindahan" di balik musibah. Si pemburu yang
menyesal kakinya harus hilang dan tak bisa lagi berburu, ternyata
mendapat "skenario" indah dalam kehidupannya. Ia malah bisa lebih
bahagia saat menjadi petani tanpa harus meninggalkan keluarganya ke
hutan. Melalui kisah ini, kita bisa belajar, bahwa memang manusia berusaha, Tuhan yang menentukan. Dan, pasti ada banyak hikmah di balik ketentuan Sang Mahakuasa.
Namun selain itu, jangan dilupakan juga, bahwa sebelum Tuhan menentukan, manusia wajib berusaha.
Kalimat "manusia berusaha" yang berada di depan kalimat "Tuhan
menentukan", harus kita perhatikan. Sebab, tanpa usaha, tanpa bekerja,
tanpa berupaya, kita hanya akan jadi manusia tanpa daya. Karena itu,
jangan pernah tidak berusaha ketika mengharap sesuatu. Jangan berkata
pasrah dan berserah pada ketentuan Sang Mahakuasa jika kita belum
mengusahakan semaksimal yang kita bisa. Sebab sejatinya, yang terbaik dari-Nya hanya akan diberikan kepada mereka yang mau berbuat yang terbaik pula untuk diri dan lingkungannya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan