23 Mac, 2013

TAKDIR DI TANGAN KITA



Di sebuah desa, ada seorang tua yang sangat dikenal. Namanya disebut-sebut sebagai seorang yang sangat bijaksana, tempat banyak orang bertanya tentang hal apa saja. Petuah dan nasihat si orang tua tersebut juga dianggap selalu tepat, sehingga ia sangat dihormati dan disegani.


Suatu ketika, ada dua orang pemuda yang penasaran dengan kebijaksanaan orang tua tersebut. Sebab, mereka mendengar bahwa petuah dan wejangan si orang tua selalu manjur untuk mengatasi berbagai macam persoalan hidup. Mereka saling adu argumentasi tentang benar tidaknya berita tersebut. Maka, mereka pun ingin membuktikan kehebatan orang tua, apakah sesuai dengan yang dibicarakan orang atau tidak.

Hingga, pada sebuah sore yang cerah, mereka mendatangi orang tua bijak tersebut di kediamannya. Salah satu pemuda nampak membawa sesuatu yang sepertinya disembunyikan di tangannya. Ia menggenggam benda tersebut erat-erat, dan menaruhnya di belakang badannya, seolah tidak ingin memperlihatkannya pada orang tua tersebut.

"Wahai Paman. Bolehkan aku bertanya?"

Si orang tua yang saat itu sedang bersantai kemudian menjawab, "Apa yang bisa kubantu?"

"Kami yang muda ini ingin belajar mengetahui banyak hal sebagai bekal hidup nanti. Sayang, sampai saat ini kami belum menemui guru yang kami anggap tepat yang bisa memuaskan dahaga pengetahuan kami. Nah, kami mendengar Paman adalah orang paling bijaksana di desa ini," tutur salah satu pemuda. "Karena itu, kami ingin bertanya kepada Paman."

Si orang tua hanya tersenyum mendengar ungkapan pemuda tadi. "Aku hanya orang biasa. Aku tak bisa mengajarkan apa-apa kepadamu Anak muda," jawab si orang tua merendah. "Aku hanya mencoba menjawab sebisa mungkin pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan orang kepadaku."

Mendengar jawaban tersebut, maka pemuda yang dari tadi menyembunyikan sesuatu di tangannya segera bertanya, "Kalau Paman memang bisa menjawab semua pertanyaan, cobalah jawab pertanyaanku ini. Aku sedang membawa burung kecil di genggamanku. Apakah burung di tanganku ini dalam keadaan mati atau hidup, wahai Paman?"

Sejenak, si orang tua menatap wajah pemuda itu dalam-dalam. Sembari tetap menebar senyum, ia pun lantas menjawab, "Anak muda, mati atau hidup burung itu ada di tanganmu. Kalau aku katakan burung itu hidup, dengan mudah kau pencet burung itu hingga mati. Tapi, kalau aku katakan burung itu mati, dengan mudah pula kamu melepaskannya untuk hidup bebas ke angkasa. Sama juga dengan kehidupan. Semua sebenarnya ada dalam genggaman tangan kita sendiri. Melalui tangan kita sendirilah nasib ini ditentukan."

Mendengar jawaban penuh makna tersebut, si pemuda langsung melepaskan burung yang sedari tadi dalam genggamannya. Ia dan temannya segera meminta maaf pada si orang tua karena lancang telah mencoba mengujinya. Mereka juga meminta agar bisa belajar lebih banyak tentang ilmu kehidupan pada si orang tua bijak.

Pembaca yang bijaksana,

Ada sebuah ajaran yang menyebutkan bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri yang mengubahnya. Ini adalah sebuah ajaran sangat mulia yang menjadi cerminan bahwa sebenarnya kita sendirilah yang menentukan nasib. Apakah baik atau buruk, senang atau susah, gembira atau sedih, semua itu bergantung pada bagaimana kita menyikapi hidup dan kehidupan.

Seperti filosofi yang terus saya sebutkan, "Success is my right!" Sukses adalah hak setiap orang dan hak siapa saja yang menyadari, menginginkan, dan memperjuangkan dengan sepenuh hati. Unsur menyadari, menginginkan, dan memperjuangkan inilah sebenarnya yang menentukan nasib kita sendiri. Dengan sebuah kesadaran penuh tentang arti kesuksesan, serta dengan menjadikannya sebagai sebuah keinginan atau target besar yang menantang, kemudian memperjuangkan sepenuh hati, maka kesuksesan pasti akan kita raih.

Oleh karena itu, kita sebenarnya mempunyai nasib atau takdir laksana sang burung dalam genggaman. Hanya dengan tangan sendirilah kita bisa menentukan apa saja yang dapat kita raih. Melalui kekuatan diri sendiri pulalah kita bisa mewujudkan semua impian.

Maka, mari kita perkaya mental dengan terus berjuang tanpa henti untuk menentukan nasib sendiri! Kita lepaskan belenggu keinginan bergantung pada orang lain, dan menggantinya dengan tekad dan keyakinan diri sendiri, guna meraih sukses seperti yang kita dambakan

MIMPI SANG RAJA




Alkisah, suatu hari seorang raja terbangun dari tidurnya. Rupanya, sang raja baru saja mendapat mimpi buruk yang penuh teka-teki. Dengan napas masih terengah-engah, sang raja berteriak memanggil hulubalang kerajaan. "Hulubalang... panggil peramal istana sekarang juga. Cepaaat...!" Hulubalang tergopoh-gopoh pergi menunaikan perintah raja tanpa berani bertanya siapa peramal yang dikehendaki raja.

Tak lama, seorang peramal kerajaan menghadap. Raja langsung membeberkan mimpinya dan meminta si peramal mengartikannya. "Aku bermimpi aneh sekali. Dalam mimpi itu, gigiku tanggal semua. Hah... pertanda apa ini?" tanya sang raja.

Setelah mengadakan perhitunga dan penanggalan secara cermat dan teliti, dengan sedih si peramal berkata, "Mohon ampun, Baginda. Dari penerawangan hamba, mimpi itu membawa pesan, bahwa kesialan akan menimpa Baginda. Karena, setiap gigi yang tanggal itu berarti seorang anggota keluarga kerajaan akan meninggal dunia. Jika semua gigi tanggal, berarti kesialan besar, semua anggota keluarga kerajaan akan meninggal dunia!"

Bagai disambar geledek, raja langsung merah padam mukanya. Perlambang buruk yang disampaikan si peramal itu membuatnya marah besar. Raja langsung memerintahkan supaya peramal itu dihukum. Walau begitu, kegundahan hati sang raja tidak juga mereda. Raja masih gelisah dan merasa tidak puas. Lalu sang raja memerintah hulubalang untuk memanggil peramal yang lain. Segeralah seorang peramal baru datang menghadap sang raja.

Kali ini, setelah mendengar penuturan mimpi sang raja, peramal itu tersenyum. "Baginda Raja, dari penerawangan hamba, mimpi itu membawa pesan bahwa Baginda adalah orang yang paling beruntung di dunia. Paduka berumur panjang dan akan hidup lebih lama dari semua sanak keluarga Baginda," kata peramal dengan nada riang dan bersemangat.

Mendengar perkataan peramal tersebut, mendadak secercah senyum mengembang di muka sang raja. Tampaknya, sang raja sangat senang dengan perkiraan peramal tadi. "Kamu memang peramal yang pandai dan hebat. Dan sebagai hadiah atas kehebatanmu itu, aku hadiahkan 5 keping emas untukmu. Terimalah..."


Setelah peramal kedua itu pergi, sang raja bertanya kepada penasihat istana tentang kualitas dan keakuratan kedua peramal tadi. Penasihat istana yang telah menyaksikan peristiwa tersebut, dengan berani dan bijaksana berkata,"Baginda. Menurut hamba, peramal pertama mengartikan tanggalnya gigi baginda sama artinya dengan meninggalnya kerabat Baginda. Sementara peramal kedua mengartikan Baginda berumur lebih panjang dibandingkan kerabat Baginda. Sesungguhnya, kedua peramal itu menyatakan hal yang sama. Yaitu, semua kerabat Baginda akan meninggal lebih dulu, dan Baginda seoranglah yang hidup lebih lama."

Kemudian, penasihat istana menyimpulkan, "Jadi sebenarnya, kedua peramal tadi mempunyai kualitas yang setara. Yang membedakan hanyalah cara penyampaian mereka. Peramal pertama berbicara apa adanya tanpa memikirkan dampak negatifnya. Sementara peramal kedua menjawab dengan cerdik dan bijak sehingga Baginda merasa senang dan memberinya hadiah."

Pembaca yang budiman dan bijaksana,

Keterampilan berkomunikasi (communication skill) sangat penting dalam meraih kemajuan. Baik dalam bidang bisnis, politik, sosial-kemasyarakatan, hubungan antar pribadi, atau hubungan dalam rumah tangga, keterampilan berkomunikasi memegang peran sangat vital.

Secara sederhana, pola komunikasi bisa dibedakan menjadi dua, yaitu pola komunikasi positif dan pola komunikasi negatif. Pola komunikasi positif (seperti sikap kooperatif, kerjasama, kesepahaman, ketulusan, dan toleransi) hampir dipastikan mendatangkan output positif. Sebaliknya, pola komunikasi negatif (seperti kesalahpahaman, kebencian, kecurigaan, keragu-raguan, permusuhan dan dendam) hampir dipastikan membawa akibat-akibat negatif pula.

Keterampilan berkomunikasi secara positif merupakan "syarat mutlak" bagi kesuksesan kita dalam bidang apa pun. Maka, mari kita mulai mengembangkan pola komunikasi positif dengan orang-orang terdekat kita, dengan teman-teman, rekan kerja, relasi bisnis, dan pihak-pihak lain yang relevan dengan aktivitas kita sehari-hari, agar kualitas pergaulan kita terpelihara dengan baik.

PANGERAN BONGKOK



Alkisah, di sebuah kerajaan, sang raja memerintah dengan bijaksana dan dicintai oleh rakyatnya. Raja mempunyai seorang putra berwajah tampan dan cerdas, tetapi sayang tubuhnya agak bungkuk. Akibatnya, pangeran menjadi pendiam, minder, dan tidak percaya diri. Keadaan ini membuat Raja risau dan sedih karena bila kelak tiba saatnya sang pangeran harus naik tahta, dia pasti tidak dapat memerintah rakyatnya dengan baik dan bijaksana.
 
Para penasihat raja yang setia sangat memahami kegundahan hati junjungannya. Maka setelah berembuk berulangkali, diam-diam para penasihat memesan sebuah patung kepada pemahat istana yang akan dihadiahkan kepada sang pangeran kelak di hari ulang tahunnya.
 
Saat tiba hari itu, hadiah diberikan kepada sang pangeran. Di dekat hadiah itu, ada tulisan: "Untuk calon pemimpin kami, atas nama seluruh rakyat yang mencintai pangeran."
 
Kemudian kain penutup dibuka dan tampak sungguh menakjubkan, sebuah patung berwajah tampan sang pangeran dengan tubuh tegak dan tegap, penuh wibawa. Dan ukuran patung itu pun persis dengan postur tubuhnya.
 
Pangeran senang sekali menerima hadiah itu. Ia meletakkannya di taman belakang istana kerajaan. Setiap kali melihat patung dirinya, sang pangeran dalam hati pangeran berkata, "Patung pemberian ini tentu melambangkan keinginan rakyatku, untuk memiliki raja bertubuh normal dan tegap. Sudah tentu aku ingin menjadi seperti yang diharapkan oleh mereka!"
 
Menyadari akan hal itu, setiap hari pangeran dengan semangat berjalan mengelilingi taman dengan patung yang berdiri tegak sebagai fokusnya, berlatih dengan meniru berdiri tegap dan berjalan tegak. Kebiasaan berlatih seperti itu dijalani secara konsisten, hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan
 
Tidak terasa, tahun pun telah berganti. Latihan terus-menerus yang dilakukan sang pangeran ahkirnya membuahkan hasil yang menakjubkan. Dengan wajah yang sama tampannya, tubuhnya setegap dan setegak patung yang berdiri di taman itu.
 
Raja sangat gembira dengan perubahan ini. Sang pangeran seolah-olah lahir menjadi manusia baru. Wajahnya berseri-seri, sedangkan tubuhnya tegap, penuh percaya diri, dan siap mengemban tanggung jawab sebagai raja yang baru.
 
Netter yang bijaksana,
Dari cerita tersebut, saya menyimpulkan betapa kekuatan dari kebiasaan yang terlatih dan fokus pada tujuan, ternyata mampu mengubah apa yang semula tampak tidak mungkin menjadi mungkin, apa yang tidak bisa menjadi bisa.
 
Sama halnya di dalam kehidupan kita. Jika ingin mengubah sebuah mimpi menjadi nyata, mengganti kebiasaan jelek menjadi baik, membuat harapan menjadi wujud nyata, membuat sesuatu yang sudah mundur menjadi maju kembali, maka kita harus berani mengambil keputusan untuk menentukan fokus sasaran, dan sekaligus membangun kebiasaan-kebiasaan positif secara ketat, keras dan berkesinambungan.
 
Dengan kekuatan kebiasaan-kebiasaan baru yang positif, terlatih dan konstruktif, saya yakin, kita semua bisa mencapai puncak kesuksesan yang gemilang.

BAHAGIA DALAM DIRI SENDIRI



Bahagia adalah sebuah rasa yang setiap makhluk Sang Pencipta berhak memiliki dan merasakannya. Karena itu, bahagia sebenarnya selalu ada dalam diri. Bahagia bisa kita rasakan setiap saat, jika kita mengizinkannya selalu mengisi relung hati, pikiran, dan perasaan

Sayangnya, banyak orang yang "mengejar" kebahagiaan dari luar diri. Merasa materi, panggung penuh kehormatan, dan jabatan bisa jadi solusi yang mendatangkan kebahagiaan. Mereka tak pernah merasa bahagia jika semua itu belum menjadi miliknya. Di sinilah rasa bahagia bisa jadi hanya "mampir" sekelebatan mata. Sebab, materi atau jabatan hanya predikat yang tak bisa setiap saat melekat.
 
Teman-teman..., mari jadikan bahagia muncul dari dalam diri sendiri. Caranya, dengan mensyukuri segala kondisi : bahagia bisa hidup, bahagia bisa berbagi, bahagia dalam setiap "jalan" yang kita lalui. Bahagia yang muncul dari dalam diri ini akan menjadi kebahagiaan yang hakiki, karena bisa datang setiap waktu

PEMBURU ARNAB



Di tepi sebuah hutan, tinggallah seorang pemburu dengan anak semata wayangnya. Melihat hasil buruan ayahnya, si anak tertarik untuk belajar menggunakan busur dan anak panah. Dia merengek kepada sang ayah untuk membuatkan busur dan anak panah dalam ukuran lebih kecil untuk berlatih dan suatu hari nanti bisa mengikuti jejak sang ayah menjadi seorang pemburu.
 
Hari yang dinanti-nantikan itu pun akhirnya tiba. Dengan gembira, si anak membawa busur dan anak panahnya, memulai hari pertamanya pergi berburu ke dalam hutan. Dia pun dengan teliti memperhatikan setiap gerakan di semak-semak sambil mengikuti tanda petunjuk yang di buat sang ayah agar tidak tersesat di dalam hutan. Tiba-tiba, hampir bersamaan tampak dua kelinci keluar dari semak-semak. Pemburu muda segera mengarahkan busurnya ke arah kelinci sebelah kiri. Tetapi saat dia melirik ke kanan, tampaklah seekor kelinci yang lebih gemuk. Dia pun ganti mengarahkan busurnya ke sebelah kanan. Tapi saat itu, si kelinci sudah kabur ke semak. Maka dengan terburu-buru dia pun mengarahkan busurnya ke kiri, dan kelinci itu pun sudah menghilang ke semak-semak.
 
Ketika bertemu dengan ayahnya, dengan kesal si pemburu muda berseru, "Ayah, saya belum mendapatkan satu buruan pun. Tadi ada dua ekor kelinci, tetapi kelinci-kelinci itu lincah sekali! Belum sempat saya lepaskan anak panah, mereka sudah hilang di semak-semak. Wah, padahal saya sudah berusaha bergerak dengan cepat. Saat saya beralih sasaran ke kelinci yang lain, dia juga sudah kabur. Saya gagal di perburuan pertama ini. Apa yang salah, Ayah?"
 
Si ayah tersenyum dan berkata, "Kegagalanmu kali ini adalah sebuah pelajaran yang sangat berharga buatmu, anakku. Kelinci-kelinci itu adalah sasaran yang bagus. Salahnya bukan karena kelincinya yang kecil dan lincah, tetapi karena kamu tidak fokus pada titik sasaran! Sebentar mengarah ke kiri dan sebentar ke kanan. Ingat! Kamu tidak mungkin dapat melakukan dua pekerjaan sekaligus di saat yang bersamaan. Kamu harus menentukan satu pilihan dan fokus untuk menyelesaikannya.
 
Andai tadi kamu membidik dengan fokus hanya pada satu titik sasaran, tentu hasilnya akan berbeda. Mungkin saat ini kamu sudah berhasil membawa pulang kelinci lincah itu." 
 
Netter yang luar biasa,
 
One rabbit in hand is batter than two rabbits in the bush. Satu kelinci di tangan lebih baik daripada dua kelinci di semak-semak. Demikian peribahasa yang tepat untuk menggambarkan kisah ilustrasi di atas. Begitu pula di dalam kehidupan ini, untuk sukses dalam mengembangkan karier atau bisnis kita. Jangan mudah berganti-ganti bidang pekerjaan; sebentar mengerjakan bisnis ini, sebentar beralih ke pekerjaan atau bisnis yang lain. Atau ingin menguasai semua pekerjaan. Untuk berhasil, kita harus fokus pada titik sasaran yang akan kita raih.
 
Titik sasaran itu bisa diartikan fokus pada bakat, keterampilan, pekerjaan atau pada bisnis yang benar-benar kita kuasai. Hanya dengan fokus kita akan dapat meraih kesuksesan secara maksimal

2 PERTANYAAN RAJA


 

Alkisah, di sebuah kerajaan, sang raja mempunyai kesibukan yang sangat padat. Suatu ketika, raja merasa resah dan tidak tenang. Penyebabnya, karena sang raja sangat ingin tahu, apakah dengan kegiatan rutin yang sudah sungguh-sungguh dikerjakannya demi rakyat, telah benar-benar membuat rakyatnya sejahtera dan bahagia?
 
Untuk mencari jawaban atas pertanyaan itu, para petinggi di kerajaan tersebut dimintai nasihat dan pendapat. Tetapi, jawaban yang diberikan sangat beragam dan tidak memuaskan raja. Maka sang raja pergi dari istana guna mengunjungi seorang bijak yang terkenal, yang bertempat tinggal di bawah kaki gunung.
 
Setibanya di sana, si orang bijak terlihat sedang mencangkul tanah, penuh perhatian dan konsentrasi. Raja menghampirinya dan berkata, "Saya rajamu, datang kemari ingin bertanya kepada Anda, orang bijak."
 
Setelah ditunggu beberapa saat dan tidak ada komentar, raja tiba-tiba mengambil sekop, membantu pekerjaan si orang tua sambil melanjutkan berkata, "Baiklah. Entah kamu mendengar atau tidak, aku, rajamu, tetap akan bertanya demi kelangsungan kehidupan kerajaan dan rakyatku. Pertanyaanku adalah apakah yang telah kulakukan selama ini bermanfaat untuk kesejahteraan rakyatku? Selain itu, kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan hal-hal yang bermanfaat bagi rakyatku?" Namun, si orang tua tetap membisu.
 
Dalam kesunyian mereka bekerja, tiba-tiba tampak seorang pemuda berlari limbung ke arah mereka. Sekujur tubuhnya berlumur darah karena diserang oleh serigala yang berkeliaran di sekitar sana. Raja dan si orang tua segera berlari memberi pertolongan, membawanya masuk ke dalam rumah, menghentikan pendarahan, membersihkan luka, dan mengganti baju yang robek terkoyak.
 
Tak lama, raja pun kelelahan dan tertidur lelap setelah bekerja mencangkul tanah dan mengobati si pemuda yang terluka. Keesokan hari, saat terbangun, raja yang penasaran belum mendapat jawaban sekali lagi mengajukan pertanyaan, sebelum pergi dari sana. Dengan senyum bijak, si kakek menjawab, "Maafkan hamba yang tidak melayani baginda dengan baik. Sebenarnya apa yang baginda tanyakan telah terjawab semuanya. Yang dilakukan baginda dan bermanfat untuk rakyat adalah sikap dan perasaan baginda setiap kali berbuat sesuatu, apapun juga, dengan tulus dan dilandasi dengan belas kasih demi kesejahteraan rakyat dengan adil.
 
Kemudian, kapan itu harus dilaksanakan? Jawabannya adalah saat ini. Karena yang kemarin merupakan masa lalu, dan besok sekadar harapan. Dan terbukti, baginda tidak segan-segan membantu saya mencangkul tanah dan tidak canggung pula saat harus menolong pemuda yang sedang terluka parah. Membantu sesama, tanpa pamrih, serta dilakukan saat ini dengan landasan hati belas kasih adalah tugas kita sebagai manusia."
 
Raja sangat puas mendengar jawaban tersebut. "Terima kasih atas jawaban Anda. Saya berjanji akan memerintah dengan cinta kasih agar setiap saat selalu bermanfaat untuk kesejateraan rakyatku." Raja pun berpamitan untuk kembali ke istana.
 
Pembaca yang bijaksana, 
 
Sebagai manusia, siapapun kita hari ini, entah menjadi si kaya, si hebat, atau si pandai serta entah berkedudukan atau sedang menjabat sebagai apapun, jangan pernah lupa bahwa kita tercipta tidak sendiri. Kita semua diciptakan oleh Yang Mahakuasa dengan segala tanggung jawab yang menyertainya, termasuk untuk saling membantu dan saling memberi.
 
Karena itu, jika ada kesempatan berbuat baik, tidak perlu nanti, tidak harus menunggu besok, segera singsingkan lengan baju, berbuatlah yang terbaik bagi sekitar kita. Namun, jangan berbuat baik dengan perhitungan atau pandang bulu, apalagi sampai ada pamrih tertentu. Sebab, sebuah tindakan jika berlandaskan niat yang salah, akan menghasilkan hasil yang tidak bermanfaat, bagi diri sendiri, maupun orang lain.
 
Berbuat baiklah kepada sesama dengan penuh ketulusan yang mendalam dan tidak dibuat-buat. Dan, lakukan itu di setiap kesempatan yang ada, maka hidup akan terasa lebih indah. Sebab, laksana bibit yang kita tabur, sebuah kebaikan yang kita tanam kelak buahnya kita sendiri yang akan menuainya.
 
Ingat: jangan pernah meremehkan niat baik dan perbuatan baik sekecil apapun. Semoga kebaikan membantu sesama membuahkan kebahagiaan untuk kita bersama

KITA BERUSAHA, TUHAN MELAKUKAN BAHAGIANNYA



Ungkapan "Manusia berusaha, Tuhan menentukan" dapat kita maknai: seberapa keras usaha yang kita lakukan, apa pun hasilnya, kita seharusnya pasrah dan berserah, karena pasti ada "hukum alam" yang luar biasa indah di balik semua hasil yang didapat.
 
Alkisah, ada seorang pemburu yang tengah memburu mangsanya di hutan. Namun, karena suatu sebab, ia mengalami kecelakaan. Bukannya mendapatkan buruan, ia malah mendapatkan musibah terperosok ke dalam lubang jebakan yang dibuat oleh pemburu lainnya. Kakinya pun terluka parah sehingga harus diamputasi sebatas paha.
 
Tentu, ia bersedih. Bukan karena sekadar kehilangan kaki, tapi karena kini ia mengalami kesulitan dalam berburu mangsa di hutan. Apalagi, hanya dari berburu itulah ia bisa menghidupi keluarganya. Sebab, sebelum kejadian itu, ia selalu menjual sebagian besar buruannya ke pasar dan mendapatkan uang yang cukup untuk memberi makan keluarganya.
 
Hari demi hari berlalu, waktu demi waktu berjalan. Meski berusaha sekuat tenaga untuk bisa pulih dan kembali berburu dengan bantuan kaki palsu, ia tak bisa selincah dulu lagi. Sehingga, si pemburu itu pun tak bisa memenuhi kebutuhan keluarganya seperti dulu. Beruntung, keluarganya selalu mendukungnya.
 
Maka, untuk menambal kebutuhan hidup, mereka pun bercocok tanam dan berkebun di ladang yang selama ini kurang dimaksimalkan. Bahu-membahu mereka saling bantu. Di tengah kesedihannya karena tak bisa berburu, pelan tapi pasti si pemburu kini mulai menemukan semangat baru. Apalagi, keluarganya pun ikut membantu. Sehingga, tanpa dirasa, hasil tanaman dan panenan kebun itu ternyata cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bahkan, karena makin mahir dan tahu teknik terbaik, hasilnya pun makin lama makin berlimpah.
 
Tanpa terasa, waktu berlalu. Si pemburu dan keluarganya kini menjadi petani yang sukses. Mereka hidup berkecukupan dari hasil berkebun. Bukan itu saja. Jika dulu sering meninggalkan keluarga karena harus berburu selama beberapa lama di hutan, kini si pemburu selalu berada dekat dengan keluarganya. Ia bebas bercanda dan mendidik anaknya sehingga semua tumbuh dengan sehat. Karena itulah, meski dulu sangat menyesal kakinya cacat ketika berburu dulu, kini si pemburu berterima kasih pada nasib. Sebab, dengan kondisi saat ini, ia malah makin dekat dengan keluarga dan makin bisa membahagiakan mereka karena bisa selalu berada dekat dengan istri dan anaknya.
 
Itulah sepenggal kisah "keindahan" di balik musibah. Si pemburu yang menyesal kakinya harus hilang dan tak bisa lagi berburu, ternyata mendapat "skenario" indah dalam kehidupannya. Ia malah bisa lebih bahagia saat menjadi petani tanpa harus meninggalkan keluarganya ke hutan. Melalui kisah ini, kita bisa belajar, bahwa memang manusia berusaha, Tuhan yang menentukan. Dan, pasti ada banyak hikmah di balik ketentuan Sang Mahakuasa.
 
Namun selain itu, jangan dilupakan juga, bahwa sebelum Tuhan menentukan, manusia wajib berusaha. Kalimat "manusia berusaha" yang berada di depan kalimat "Tuhan menentukan", harus kita perhatikan. Sebab, tanpa usaha, tanpa bekerja, tanpa berupaya, kita hanya akan jadi manusia tanpa daya. Karena itu, jangan pernah tidak berusaha ketika mengharap sesuatu. Jangan berkata pasrah dan berserah pada ketentuan Sang Mahakuasa jika kita belum mengusahakan semaksimal yang kita bisa. Sebab sejatinya, yang terbaik dari-Nya hanya akan diberikan kepada mereka yang mau berbuat yang terbaik pula untuk diri dan lingkungannya.

22 Mac, 2013

BERI LAYANAN TERBAIK



Dikisahkan, ada sebuah toko bakpao yang sangat terkenal. Setiap hari di sana, terlihat antrean orang yang akan membeli bakpao. Bahkan banyak pelanggan dari luar kota pun sengaja datang, hanya sekadar untuk membeli bakpao yang terkenal karena kelezatannya itu. Walaupun harga bakpaonya terbilang mahal, tetapi orang-orang tetap saja mau antre untuk membeli.
 
Suatu hari, tampak seorang berpakaian lusuh seperti pengemis, ikut antre untuk membeli bakpao. Saat tiba gilirannya dilayani, tiba-tiba sang pemilik toko mendekati dan menyapa dengan ramah. Kemudian ia melayani sendiri pembeli itu.
 
"Ada yang bisa saya bantu Pak? Anda ingin bakpao dengan cita rasa apa?" 
 
Sambil matanya menatap lapar, dengan tangannya orang itu menunjuk ke bakpao yang diinginkannya. Sang majikan dengan penuh senyum melayani sambil menyerahkan kantong berisi bakpao, lalu berkata "Terima kasih, Pak atas pembelian bakpaonya. Lain kali datang lagi ya."
 
Si pengemis membayar dengan uang kumal sambil berkata, "Akhirnya saya bisa menikmati bakpao lezat yang saya inginkan." Lalu ia pun pergi meninggalkan toko. Setelah itu, dari kejauhan dan dengan tatapan takjub, sang majikan toko memperhatikan si pengemis berteduh sambil memakan bakpao dengan nikmatnya.
 
Malam harinya, saat para karyawan hendak pulang, salah seorang dari mereka dengan penasaran bertanya ke majikannya, "Tuan, kenapa seorang pengemis yang hanya membeli dua bakpao, mendapat pelayanan yang istimewa dari tuan sendiri? Padahal selama ini kan kami yang melayani semua pembeli?"

Dengan senyum bijak, si majikan menjawab, "Anakku, memang pelangan kita pada umumnya adalah orang orang mampu, tetapi hari ini kita kedatangan pembeli yang istimewa! Seorang pengemis! Tahukah kalian, butuh berapa lama dia harus mengumpulkan uang agar bisa membeli bakpao kita? Ingat, setiap pelanggan, termasuk pengemis tadi layak menerima layanan yang sama baiknya seperti kita melayani pelanggan lainnya. Apakah kalian mengerti?"
 
Seluruh karyawan pun merasa puas atas pengertian yang diuraikan oleh sang majikan. Dan mereka siap, untuk melayani setiap pelanggan sama baiknya seperti teladan yang telah ditunjukkan oleh majikan mereka.
 
Pembaca yang luar biasa,
 
Semangat melayani untuk memuaskan pelanggan seperti majikan dalam cerita di atas, patut kita simak dan teladani. Seperti teori marketing pada umumnya, intinya adalah kita mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (customer‘s needs and wants). Bila kebutuhan dan keinginan konsumen mendapat kepuasan, selanjutnya akan lahir loyalitas konsumen pada produk atau jasa yang kita berikan.
 
Ingat, siapapun konsumen kita, layak kita layani dengan sebaik-baiknya. Mari, if you can do better, please do it! Jika Anda mampu melakukan dengan lebih baik, lakukanlah!

KEBIASAAN MENJAGA KERAPIAN



Dalam keseharian, kita sering kali disibukkan oleh berbagai kegiatan. Kadang, bahkan untuk sekadar istirahat pun tak memiliki kesempatan. Untuk itu, kita butuh manajemen waktu, manajemen diri, dan manajemen pikiran untuk memaksimalkan setiap saat yang kita miliki.
 
Salah satu cara agar manajemen berjalan dengan baik dan terarah adalah dengan menjaga kerapian. Mulai dari menjaga kerapian pekerjaan, kerapian berkas-berkas, hingga berbagai perkakas pendukungnya. Sepertinya sederhana. Tapi, dengan menjaga kerapian, kita akan lebih mudah mengakses segala perangkat yang kita butuhkan.
 
Dengan menjaga kerapian segala macam aspek yang berkait dengan manajemen diri, kita akan menjadi insan yang lebih terencana. Saat bekerja, mudah menemukan file pekerjaan. Saat hendak menjalankan tugas, lebih mudah mengakses segala hal yang diperlukan. Saat hendak beristirahat, semua barang pun sudah tertata rapi agar pikiran lebih tenang.

THE POINT OF NO RETURN



Ungkapan terkenal "The Point of No Return" (tidak ada jalan untuk kembali) bisa kita artikan: satu-satunya peluang adalah terus melangkah dan menaklukkan apa pun yang ada di hadapan kita.

Seseorang yang menghadapi "jalan buntu" akan menghadapi dua kemungkinan. Pertama, ia akan menerima apa adanya dan menyerah pada nasib sampai akhirnya mati sia-sia. Atau kedua, ia berpikir dan mengerahkan segala upaya dan kemampuannya untuk menemukan jalan selamat.
 
Keadaan terdesak, tak selalu merupakan akhir dari segalanya. Untuk mereka yang mau mengeksplorasi segala sumber daya, justru akan menemukan kreativitasnya. Ada banyak orang yang setelah di-PHK dan gagal menemukan pekerjaan baru, justru berhasil membangun usaha sendiri. Karena mereka tak ada pilihan lain, satu-satunya cara bertahan hidup adalah fokus pada usaha kecilnya. Lama-lama usaha itu semakin berkembang dan mereka malah sukses jadi pengusaha, dengan pendapat jauh lebih besar dari gaji sebelumnya.
 
Karena itu, ketika kita menghadapi masalah yang sulit dipecahkan, tak perlu merasa hidup akan berakhir. Mungkin di sanalah, sumber sukses kita tersembunyi. Kuncinya adalah fokus mencari solusi. Jika masalah terpecahkan, sukses siap menjemput

MANFAAT BUKU

Sebuah buku ditulis dengan kerja keras yang luar biasa. Buku adalah buah pemikiran seorang penulis. Hasil dari pengamatan dan riset selama beberapa tahun, bahkan mungkin puluhan tahun yang dikristalisasikan dan dituangkan dalam bentuk tulisan.
 
Saya dan kita semua sungguh beruntung dan patut berterima kasih kepada para penulis buku. Mereka adalah dermawan ilmu pengetahuan, pembuka jendela wawasan dunia dan informasi bagi manusia, pembaca, dan pembelajar. Dengan membaca, kita bisa menimba berbagai macam ilmu dan pengalaman orang lain selama bertahun-tahun, tanpa kita sendiri melewati masa ujicoba selama itu. Kekayaan pikiran penulis yang kita baca pada setiap buku bisa dinikmati berulang kali, bermanfaat memperkaya pengetahuan, bahkan mampu mengubah mind-set kita.
 
Buku adalah investasi yang tiada habisnya dan tak ternilai harganya. Buku juga bisa mengubah nasib seseorang yang siap belajar dan mau berubah. Saya sendiri, mengalaminya. Karena buku, nasib saya berubah. Dengan pendidikan formal yang sangat minim, saya sangat sadar, saya harus belajar, belajar, dan belajar. Selama lebih dari 20 tahun, saya secara konsisten: tiada hari tanpa membaca.
 
Buku memberikan kontribusi besar sebagai penunjang saya dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan diri hingga mencapai prestasi seperti hari ini. Jadi saya kira, tepat sekali pepatah bijak ini: "Orang miskin karena buku menjadi kaya. Orang kaya karena buku menjadi anggun/mulia". 
 
Bayangkan, jika kita bisa membiasakan membaca, minimal 1 buku dalam 1 minggu maka dalam 1 bulan 4-5 buku kita baca dan dalam setahun 52 buku. Maka dalam 5 tahun, kita sudah membaca 260 buku. Sebuah angka yang fantastis!
 
Jika buku yang kita baca itu topik-topiknya menyangkut bidang yang kita geluti, yang kita minati, maka dalam lima tahun kita pasti bisa menjadi pakar dalam bidang yang kita tekuni. Sungguh luar biasa! Tentu, saya pun setuju sekali dengan pepatah yang mengatakan "knowledge is power". Pengetahuan adalah kekuatan!
 
Jangan membuang waktu yang berharga hanya untuk kegiatan yang tidak produktif. Mari, pastikan menjadi seorang pembelajar. Tingkatkan kualitas kehidupan dan karir kita dengan membiasakan diri membaca buku yang bermutu. Bukan nanti, bukan besok, tapi dimulai hari ini

MEMANFAATKAN KESEMPATAN



Dalam proses meraih kesuksesan, kita boleh punya kemampuan. Kita boleh punya pengetahuan. Tapi kalau kita tidak punya kesempatan, maka semua akan menjadi sia-sia!
 
Ada 3 tipe manusia, dalam melihat sebuah kesempatan. Dalam pepatah Mandarin dikatakan:

  1. 弱者等待机会 - ruo zhe deng dai ji hui (orang yang lemah, menunggu kesempatan).

  2. 强者创造机会 - qiang zhe chuang zao ji hui (orang yang kuat, menciptakan kesempatan).

  3. 智者争取机会 - zhi zhe zheng qu ji hui (orang yang cerdik & bijak memanfaatkan momentum / kesempatan).
 
Bagi orang lemah (tipe pertama), bila kesempatan belum datang, dia akan menunggu dan menunggu sampai kesempatan itu datang, Bila ditunggu kesempatan belum juga datang, dia berpikir, "Yah.... Ini memang nasibku."
 
Bagi orang kuat (tipe kedua) bila kesempatan belum datang, dia akan mengunakan berbagai macam cara: kreativitas, memanfaatkan koneksi, dan segenap kemampuannya.untuk menciptakan kesempatan itu datang padanya.
 
Bagi orang cerdik & bijaksana (tipe ketiga), dia akan memanfaatkan kesempatan karena dia menyadari kesempatan adalah sesuatu yang berharga. Belum tentu kesempatan itu datang untuk kedua kali!
 
Memang pada kondisi tertentu, kadang munculnya kesempatan itu butuh pematangan waktu. Kita perlu menunggu sesaat, tetapi bukan dengan sikap yang pasif, sebaliknya, kita menunggu kesempatan itu dengan sikap waspada, proaktif, dan penuh kesiapan.
 
Seperti sikap seekor kucing yang akan menangkap tikus, kucing bisa dengan sabar, waspada, penuh kesiapan menunggu kesempatan tikus keluar dari lubang persembunyiannya. Begitu tikus keluar, kucing akan segera menyergap mangsanya. Keberhasilan kucing melumpuhkan tikus adalah serangkaian proses melakukan tiga hal yang saya bicarakan di atas, yaitu kemampuan menunggu kesempatan bukan secara pasif tetapi proaktif, penuh kesiapan. Begitu kesempatan tercipta, langsung dimanfaatkan.
 
Kesempatan merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki bagi siapa saja yang mau mengembangkan diri. Tanpa kesempatan yang tersedia, tidak mungkin kita bisa sukses. Oleh sebab itu bila kesempatan belum datang, kita harus berusaha menciptakannya, bahkan di dalam kesulitan pun. Jika kita punya keuletan untuk berusaha terus menerus, suatu hari, kesempatan pasti akan datang.
 
Persis seperti yang dikatakan oleh ilmuwan besar Albert Einstein: IN THE MIDDLE OF DIFFICULTY, LIES OPPORTUNITIES. Di dalam setiap kesulitan terdapat kesempatan.
 
Pastikan dengan segenap kreativitas, kerja keras, keuletan, dan niat baik kita ciptakan kesempatan, manfaatkan kesempatan untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin dan memperoleh kehidupan yang lebih baik, lebih sukses, dan lebih berarti!!

KESEMPATAN KEDUA



Alkisah, di kesepian malam, tampak seorang pemuda berwajah tampan sedang memacu laju kendaraannya. Karena kantuk dan lelah yang mendera, tiba-tiba ia kehilangan kesadarannya dan gubraaak.....mobil yang dikendarainya melintasi trotoar dan berakhir dengan menabrak sebuah pohon besar.
 
Karena benturan yang keras di kepala, si pemuda sempat koma dan dirawat di rumah sakit. Saat kesadarannya mulai kembali, terdengar erangan perlahan. "Aduuuh...kepalaku sakit sekali. Kenapa badanku tidak bisa digerakkan. Oh..ada di mana ini?". Nanar, tampak bayangan bundanya sedang menangis, memegangi tangan dan memanggil-manggil namanya.
 
Lewat beberapa hari, setelah kesadarannya pulih kembali, ia baru tahu kalau mobil yang dikendarainya ringsek tidak karuan bentuknya dan melihat kondisi mobil, seharusnya si pengemudi pasti meninggal dunia. Ajaibnya, dia masih hidup (walaupun mengalami gegar otak lumayan parah, tulang paha yang patah menjadi enam, dan memar di sana-sini; hal ini membuatnya harus menjalani operasi dan proses terapi penyembuhan yang lama dan menyakitkan).
 
Saat pamannya datang menjenguk, si pemuda menggerutu tidak puas pada kehidupannya, "Dunia sungguh tidak adil! Sedari kecil aku sudah ditinggal oleh ayahku. Walaupun aku tidak pernah hidup berkekurangan tetapi teman-temanku jauh lebih enak hidupnya. Gara-gara Bunda membelikan mobil jelek, aku jadi celaka bahkan kini cacat pula wajah ini. Oh...sungguh sial hidupku.."
 
Pamannya yang kenal si pemuda sedari kecil menegur keras, "Anak muda. Wajahmu rupawan tetapi jiwamu ternyata tidak. Bundamu bekerja keras selama ini hingga hidupmu berkecukupan. Lihatlah sekelilingmu, begitu banyak orang yang tidak seberuntung kamu. Tidak perlu menyalahkan orang lain. Kecelakaan ini karena kesalahanmu sendiri! Pernahkan kamu pikirkan, seandainya kecelakaan itu merenggut nyawamu, bekal apa yang kamu bawa untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatanmu di hadapan Sang Khalik? Tuhan begitu baik, memberi kesempatan kedua kepadamu untuk hidup lebih lama. Itu artinya, kamu harus hidup lebih baik! Apakah kamu mengerti?"
 
Si pemuda terpana sesaat dan lirih menjawab, "Terima kasih paman. Saya akan mengingat nasihat paman. Biarlah luka di wajah ini sebagai pengingat agar aku tahu diri dan mampu untuk bersyukur".
 
Netter yang LuarBiasa,
 
Setiap hari di setiap tarikan napas kita sesungguhnya adalah "kesempatan kedua" di dalam kehidupan kita. Kesempatan untuk selalu mengingat kebaikan yang telah kita terima dan mengingatkan kita untuk selalu berbuat bajik kepada sesama. Mari, manfaatkan setiap kesempatan yang ada dengan menjalankan ibadah dan amanah.

PERBEZAAN POLA FIKIR



 Suatu kali, sebuah keluarga yang cukup harmonis mengalami ujian yang cukup sulit. Sang ayah yang merupakan pencari nafkah satu-satunya, sakit keras. Karena itulah, sang ibu dan dua anak kembar mereka yang masih berusia belasan, terpaksa harus bekerja keras. Sang ibu membuat kue, dan kedua anak mereka menjualnya sembari berangkat ke sekolah.

Dalam masa enam bulan itu, kondisi sang ayah terus memburuk. Hingga suatu hari, ia memanggil istri dan kedua anak kesayangannya. “Istriku, waktuku sepertinya sudah tak lama lagi. Terima kasih sudah mendampingiku selama ini dan mendidik kedua anak kita dengan baik. Tolong jaga mereka,” kata sang ayah. “Anakku yang sangat kusayangi. Aku juga berpesan dua hal kepada kalian. Pertama, jangan pernah menagih piutang kalian. Kedua, jangan biarkan diri kalian terbakar sinar matahari.”

Kedua anak itu saling berpandangan. Mereka pun bertanya, ”Apa maksud ucapan Ayah?” Namun belum sempat dijawab, sang ayah sudah mengembuskan napas terakhirnya. Mereka pun menangisi kepergian orang yang sangat mereka cintai, sembari memikirkan, apa maksud pesan terakhir sang ayah.

Waktu berganti, tahun-tahun pun berlalu. Kedua pemuda kembar itu telah berpisah untuk mencari jalan hidupnya masing-masing. Hingga suatu hari, ibu mereka berniat untuk mengunjungi kedua anaknya yang tinggal berjauhan. 
 
Kali pertama, sang ibu mendatangi anak kedua. Saat itu, ia baru tahu, mengapa anak keduanya kerap mengeluh di surat yang selalu dikirimnya. Dia hidup miskin, tubuhnya kurus kering. Ia pun bertanya, “Anakku, mengapa kamu bisa mengalami kondisi seperti ini?” tanyanya. “Ibu… saya hanya menjalankan pesan ayah.” Jawabnya. “Iaitu, jangan pernah menagih piutang dan jangan sampai terbakar matahari. 
 
Pesan pertama saya laksanakan! Setiap ada yang berutang, saya tak pernah menagihnya kecuali mereka sendiri yang membayar. Dan, itu membuat banyak orang yang berutang malah tak pernah membayar. Yang kedua, karena tak boleh terbakar sinar matahari, ketika sedang ada uang, saya gunakan semuanya untuk membeli mobil sendiri. Akibatnya, saat ini uang saya tidak pernah cukup,” sebut si anak kedua memelas. Si ibu yang kasihan, lantas meminta si anak kedua ikut kembali tinggal bersamanya. Namun, sebelum itu, ia ingin menemui anak pertamanya. Ternyata, dia hidup sukses dan bahagia.

Apa yang membuat kondisi anak pertama sangat berbeda dengan anak kedua? Si anak pertama pun menjawab, “Ibu, saya hanya menjalankan pesan yang diberikan ayah dulu. Waktu itu, ayah meminta saya tidak boleh menagih piutang. Maka, saya pun berusaha semaksimal mungkin tidak pernah membiarkan orang berutang. Untuk setiap barang yang saya jual, saya wajibkan untuk bayar di awal. Kemudian untuk mematuhi pesan kedua, saya selalu pergi pagi-pagi sekali dan baru pulang saat sudah malam. Saya pun bisa memaksimalkan waktu untuk bisa mencapai hasil hingga seperti sekarang.”

Netter yang LuarBiasa,

Dalam kisah ini, sangat jelas bahwa pola pikir (positif atau negatif) akan memberi dampak yang berbeda pula. Hal yang sama bisa terjadi pada kita. Suatu kondisi dan keadaan yang menimpa (misalnya krisis) akan memberi hasil yang berbeda jika kita bisa mengubah sudut pandang menjadi lebih positif.  Sebab, dengan pola pikir yang positif, kita akan mempunyai cara berpikir yang lebih luas untuk memperbaiki keadaan. Saat gagal, bisa menjadi momen untuk belajar memperbaiki apa yang salah. Saat terjatuh, bisa menjadi masa mengevaluasi diri agar mampu bangkit lagi.

Mari, kita perbaiki sudut pandang kita terhadap segala hal yang kita jumpai, dengan pola pikir yang selalu positif. Sehingga, setiap hasil apa pun yang kita dapati, dapat menjadi hal yang selalu penuh arti

PERTANYAAN KE-6

Suatu hari, di sebuah kota kecil, tampak seorang remaja tertarik melihat iklan lowongan pekerjaan sebagai pengantar barang di sebuah toko. Anak itu pun kemudian menemui pemilik toko untuk melamar pekerjaan tersebut.
 
“Kami memang membutuhkan orang untuk membantu mengirimkan barang-barang pesanan ke pelanggan,” kata pemilik toko. “Mengenai pekerjaan ini, bolehkan saya mengajukan enam pertanyaan kepada bapak?” tanya remaja itu kepada pemilik toko. “Silakan,” jawab pemilik toko.
 
1. Berapa gaji bulanan yang akan saya terima? 
2.Jam berapa mulai bekerja dan sampai pukul berapa? 
3.Berapa lama waktu yang diberikan untuk istirahat dan makan siang setiap harinya? 
4.Berapa hari libur selama setahun? 
5.Berapa biaya pengobatan yang diberikan bila saya sakit?” tanya anak tersebut.
 
Setelah pemilik toko menjawab kelima pertanyaan tersebut dengan jelas. Si anak mengajukan pertanyaannya yang keenam, “Apakah ada sepeda yang bisa digunakan untuk tugas mengantar barang ke pelanggan?”
 
“Wah, kami tidak menyediakan sepeda untuk mengantarkan barang barang itu, tetapi…..” Belum selesai  pertanyaan dijawab, si anak  memotong ucapan pemilik toko.
 
“Oh, kalau begitu saya tidak jadi melamar pekerjaan ini.” Kemudian dia  bergegas pergi meninggalkan toko.
 
Dua jam kemudian, ada seorang remaja lain yang datang ke toko tersebut dengan maksud sama seperti remaja sebelumnya, iaitu mengisi lowongan pekerjaan di toko tersebut.
 
Setelah tahu jenis pekerjaan yang ditawarkan, si anak pun setuju untuk mulai bekerja di sana. “Apakah kamu perlu tahu berapa gaji disini?” tanya pemilik toko dengan ramah.
 
“Tidak perlu,” jawab pelamar itu dengan sopan. “Saya lihat bapak adalah orang yang baik dan bijaksana, pasti akan memberi gaji yang layak kepada saya. Lagi pula, saya membutuhkan pekerjaan untuk mendapatkan uang untuk membantu ibu saya. Asal saya bisa mengisi lowongan pekerjaan di sini, saya sudah senang sekali.”
 
Melihat kesungguhan remaja ini, pemilik toko pun berkata, “Dua jam yang lalu ada orang seusiamu yang datang kemari untuk menanyakan beberapa hal mengenai pekerajaan ini. Semua pertanyaan sudah saya jawab. Saat saya  sedang menjawab pertanyaannya yang keenam, yaitu adakah sepeda yang disediakan untuk  pengantaran barang, saya jawab tidak ada. Dan pelamar kerja  tadi langsung pergi begitu saja...
 
Perlu kamu ketahui, saya  memang tidak menyediakan sepeda, tetapi ada sebuah motor baru yang saya sediakan untuk mengantarkan barang. Bagaimana? Kamu siap bekerja keras kalau saya menerima kamu bekerja di sini?”
 
Dengan senyum lebar si anak menjawab, ”Terima kasih Pak, saya siap bekerja keras!”
 
 
Pembaca yang Luar Biasa!
 
Apa perbedaan dua remaja pencari pekerjaan tadi? Mereka mempunyai kesempatan yang sama dan pekerjaan yang sama pula. Akan tetapi, cara berpikir dan sikap mereka yang berbeda, membuat  pelamar pertama kehilangan kesempatan bekerja yang sudah ada di depan matanya. Sementara pelamar kedua dengan sikap yang lebih positif, akhirnya mendapatkan kesempatan bekerja dengan fasilitas yang memadai.
 
Dalam bekerja, yang kita perlukan bukan sekadar menuntut apa yang akan kita terima, tetapi harus dimulai dengan apa yang mampu kita beri. Sebenarnya, bagi saya, kita bukan sekadar bekerja untuk atasan atau bos, tetapi lebih dari itu, kita bekerja untuk diri kita sendiri sesuai dengan tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan kepada kita.
 
Saya percaya, dengan sikap mental bekerja seperti itu, tentu integritas dan kemajuan karir kita akan terbangun secara mantap!

PIAGAM IBU



Suatu hari, di sebuah rumah terlihat kesibukan penghuninya. Mereka bersama-sama mengangkat, menggeser, dan memindah-mindahkan berbagai macam perabot rumah dengan diselingi canda dan sapa akrab di antara mereka. Rupanya seiring dengan bertambahnya usia, anak-anak ingin kamar tidur terpisah, sehingga ada keleluasaan untuk mengatur barang-barang mereka sendiri.
 
Bersama mereka merencanakan pembagian ruang, perabotan, dan tugas, dan sengaja meluangkan waktu libur untuk merenovasi sesuai rencana yang telah disepakati. Di keluarga itu, ayah dan anak-anak memiliki kesamaan minat dan aktif di berbagai kegiatan dan organisasi, seperti olah raga, kesenian dan kegiatan sosial lainnya. Itu bisa dilihat dari banyaknya piagam penghargaan dan piala yang berhasil didapat dan saat ini tegeletak di berbagai sudut, terbengkalai dan belum tersentuh.

Setelah memikirkan bersama, mereka memastikan piagam dan piala akan ditempatkan di ruang tamu dengan menambahkan rak pajang. Sambil bernostalgia mengingat saat kemenangan, si sulung berkomentar, “Bu, rasanya enggak komplit lho, di antara piala dan piagam ini tidak ada nama ibu. Waktu ibu muda sampai sekarang, apa ibu enggak pernah ikut pertandingan?”
 
“Wah kalau ibu kalian ikut bertanding dan menjadi pemenang juga, kita semakin repot dong mencari tempat untuk menyimpan piala dan piagam ini, hahaha,” timpal sang ayah.

“Eh, Ibu juga punya piagam, lho… Bukan hanya satu, tapi dua! Penasaran? Kalau ingin tahu piagam apa yang ibu punya, sediakan saja dua paku kosong, besok akan ibu gantung piagamnya di sana,” sambil tersenyum misterius, ibu melanjutkan kerjanya.
 
Ayah dan anak saling bertanya lewat tatapan mata. Bersamaan mengangkat bahu tanda masing-masing tidak mempunyai jawaban atas pernyataan piagam rahasia milik ibu. Dengan penasaran, keesokan harinya mereka segera melihat di ruang tamu. Ah… pakunya masih kosong! Saat selesai makan malam, ibu pun mengumumkan layaknya seorang pembawa acara.

“Hadirin, sesuai janji kemarin, piagam yang ibu dapatkan sudah tergantung di tempatnya, silakan ke ruang tamu untuk melihatnya!” Mereka berhamburan ke ruang tamu ingin segera tahu, kejuaraan apa yang telah dimenangkan oleh ibu atau piagam penghargaan seperti apa yang telah dirahasiakan ibu selama ini? Pasti sangat luar biasa sampai orang serumah tidak pernah ada yang tahu!
 
Setiba di sana,  terpampang di tembok telah dipigura, akte kelahiran masing-masing anak. Mereka terkesima dan begitu tersadar, si sulung segera memeluk ibunya, “Iya Bu, ini adalah piagam paling berharga di seluruh dunia. Pertanda Ibu telah memenangkan pertandingan terbesar dan terhebat karena diperjuangkan dengan taruhan nyawa. Piala dan piagam yang kami dapat, tidak sepadan dengan piagam yang ibu punya. Terima kasih telah mengingatkan dan maafkan kesombongan kami, Bu,” dengan terharu mereka berpelukan.

Netter yang Luar Biasa!
       
Seorang ibu, walaupun tanpa piagam dan penghargaan apapun, tetap adalah pahlawan bagi anak-anaknya. Entah semewah atau sesederhana apapun sebuah rumah, sosok ibu adalah tempat terindah untuk anak-anaknya pulang.
 
Semoga, saat ini masih ada kesempatan buat kita untuk berbakti kepada ibu dan senantiasa mensyukuri bahwa melalui dialah kita ada

MENDEPANI 2013



Netter yang Luar Biasa! Tanpa terasa tahun baru 2013 telah kita tapaki.
 
Kehidupan manusia pada umumnya, terlibat 3 masa:  Masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Menyesali terus kesalahan & kegagalan masa lalu namun tidak mampu untuk mengubahnya, hanya membuang-buang waktu dan membuat sakit mental. Mencemaskan & menakutkan masa depan yang belum terjadi adalah kebodohan. Maka waktu yang paling penting & berharga adalah masa kini, hari ini!
 
Kehidupan mengajarkan, tidak ada salahnya sejenak menoleh ke belakang. Melihat kesalahan & kelemahan yang pernah kita jalani agar tidak terulang di masa depan. Sekaligus melihat kelebihan & kekuatan yang pernah dilakukan agar dapat kita aktualisasikan di hari ini dan di masa depan dengan lebih baik lagi.

Saat ini, tahun baru sudah di hadapan kita. Mari kita mulai melangkah dengan rasa syukur, doa, optimisme. Teguhkan tekad untuk meraih harapan-harapan baru, cita-cita baru! Tegaskan dalam diri: tahun ini harus lebih baik daripada tahun lalu! Saya yakin & percaya: dengan hati bersih, fokus, dan berjuang dengan sepenuh hati memungkinkan setiap hari di sepanjang tahun 2013 kita bisa menikmati kerja keras dengan penuh kegembiraan sekaligus mampu mengukir prestasi sukses yang luar biasa.
 
Yes I can! Saya bisa!
Semoga Tuhan YME selalu menyertai setiap langkah dan niat baik kita.
Selamat tahun baru 2013.

GELAS BOCOR



Dikisahkan, ada seorang pekerja yang tinggal di rumah sederhana dengan sumurnya yang bermata air jernih, bersih dan segar. Dia bekerja sebagai pengambil air. Tugasnya adalah memenuhi bak air untuk kebutuhan di rumah majikannya. 

Dengan pikulan dan ember kayu di kiri kanan tubuhnya, setiap hari dilaluinya jalan sepanjang satu kilometer. Sayangnya satu ember utuh, ember yang lain bocor—ada beberapa lubang kecil di sana. Dengan ember yang utuh, air sampai ke tujuan dengan utuh pula. Sedang ember yang bocor, sampai di tujuan hanya tersisa setengah ember air saja.  Si ember utuh merasa bangga sekali dengan hasil kerjanya, sedangkan si ember bocor semakin lama merasa semakin frustasi. 

Dia pun berkata kepada si pekerja, “Tuan, saya merasa sedih dan malu sekali. Saya ingin minta maaf...”“Kenapa kamu merasa malu?” Tanya tuannya. “Selama saya disini, saya cuma bisa menyumbangkan setengah ember air ke rumah majikan. Gara-gara saya, mesti tuan telah bekerja keras tetapi hasilnya tidak seimbang dengan tenaga yang tuan keluarkan.” Tukang air terdiam menyimak kata-kata si ember bocor sebelum menjawab, “Di perjalanan pulang nanti, perhatikanlah baik-baik tepian jalan berbunga yang setiap hari kita lalui.” Saat perjalanan pulang, si ember bocor pun memperhatikan tepi jalan yang mereka lewati.

Di bawah sorot hangat sinar matahari, bunga-bunga beraneka warna tumbuh berkembang dis epanjang jalan. Melihat pemandangan yang indah itu, si ember merasa terhibur hatinya. “Lihatlah bunga-bunga yang tumbuh di sisi sebelahmu dan tidak tumbuh di sisi ember utuh. Itu karena saya sengaja menabur benih kembang di sisimu dan kamu yang menyirami setiap hari kita melewati jalan ini. Indah sekali kan? Bunga-bunga itu kupetik untuk dipajang di rumah majikan kita, juga kuberikan untuk kekasihku, dan dia pun semakin sayang kepadaku. Kalau tidak ada kamu, rumah majikan tidak akan seindah itu dan cintaku pun tidak akan semesra ini. Ha ha! Aku lah yang seharusnya berterima kasih kepadamu!” kata si tukang air panjang lebar, dengan riang.

Mendengar semua perkataan itu, si ember bocor merasa senang dan bersyukur karena ternyata walaupun dirinya tidak utuh lagi tetapi masih bisa berguna dan membahagiakan orang.   

Netter yang LuarBiasa,

Begitu pula dalam kehidupan ini, sering kali kita terjebak oleh pandangan yang salah tentang peranan kita. Tiap hari, kita lebih banyak berkutat dengan kekurangan dan kelemahan semata, sehingga perasaan rendah dirilah yang lebih dominan dalam mengarungi hidup ini.

Perlu disadari, tidak ada manusia yang sempurna. Bagaimana pun kecilnya peranan / pekerjaan yang kita emban, lakukan dengan penuh tanggung jawab. Yakin! Apa yang kita berikan pasti bernilai buat diri sendiri dan orang lain.

20 Mac, 2013

TOTALITAS

Pada zaman dulu, di sebuah negara, hiduplah seorang pria yang dipanggil Leyangtsi. Ia mempunyai seorang istri yang sangat bijaksana dan cerdas. Mereka hidup harmonis karena saling mencintai satu sama lain.

Suatu hari, Leyangtsi dalam perjalanan pulang dari bekerja, menemukan sebongkah emas. Baginya, itu adalah harta yang sangat berharga. Karenanya, saking senang, ia pun segera berlari menuju rumah untuk memberitahukan penemuan itu pada istrinya. Ternyata, sampai di rumah, ia justru mendapat “sambutan” yang berbeda. Istrinya berkata, “Laki-laki sejati bahkan tidak akan pernah meminum air curian. Jadi bagaimana bisa kamu membawa emas yang bukan milikmu?” Mendengar ucapan itu, Leyangtsi pun terbuka kesadarannya. Ia segera mengembalikan emas itu ke tempat di mana ia menemukannya.
 
Begitulah, sang istri selalu mendampingi Leyangtsi dengan saling mengingatkan satu sama lain. Hingga suatu ketika, Leyangtsi pergi untuk belajar pada seorang guru, yang membuatnya berpisah dengan sang istri untuk beberapa lama. Pada suatu hari, setelah mereka berpisah cukup lama, Leyangtsi datang ke rumah. Saat itu, istrinya sedang menenun kain. Melihat kedatangan yang tiba-tiba, sang istri bertanya dengan nada khawatir, apa yang membuatnya kembali sebelum waktunya. Leyangtsi menjawab, dirinya sangat sedih berpisah lama dengan istrinya, dan ia sangat merindukannya.

Namun, sang istri ternyata bereaksi kurang sesuai yang diharapkan. Bahkan, tanpa diduga, sang istri mengambil gunting dan langsung memotong kain tenunan yang hampir diselesaikannya. “Aku tahu kamu memang mencintaiku, begitu juga sebaliknya. Tapi, seperti halnya kain ini, tak akan menjadi kain yang indah jika aku tak menyelesaikannya. Kalau hanya separuh saja, ini tak akan laku dijual atau tak akan bisa dipakai. Begitu juga denganmu. Saat kamu hanya menjalani setengahnya, ilmumu tak akan pernah cukup!” seru sang istri.

Leyangtsi pun sadar, ada kepentingan yang lebih besar daripada sekadar memenuhi rasa kangen pada istrinya. Maka, ia pun berjanji, baru akan kembali setelah menyelesaikan masa belajar dan mencetak prestasi yang mengagumkan.

Netter yang LuarBiasa,

Kisah tadi mencerminkan bahwa pekerjaan apa pun yang kita mulai, harus kita tuntaskan, selesaikan dengan sebaik-baiknya. Maka jika kita hanya setengah-setengah dalam berusaha tapi mengharapkan hasil paling maksimal, tidak mungkin kita dapatkan! Persis seperti kata-kata mutiara dalam bahasa Mandarin: 有头有尾 you tou you wei (ada kepala, ada ekor).

Hanya mereka yang punya komitmen, berani memulai, berani menuntaskan, berikhtiar selangkah demi selangkah, berjuang terus menerus secara konsisten, maka pasti impian kita, rencana kita, akan berbuah sukses luar biasa!

ALASAN YANG KUAT



Pasar malam dibuka di sebuah kota. Seluruh penduduk menyambutnya dengan gembira. Ada berbagai macam permainan, stan makanan, dan sirkus. Tetapi kali ini yang paling istimewa adalah atraksi Manusia Kuat. Setiap malam, ratusan orang menonton pertunjukannya. Ia bisa melengkungkan baja hanya dengan tangan telanjang, ia bisa menghancurkan beberapa batu bata tebal dengan tinjunya, ia mengalahkan banyak pria di kota itu dalam lomba panco. Tapi untuk menutup pertunjukannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras terus hingga tetes terakhir air jeruk itu terperas.

Kemudian ia menantang para penonton. "Barangsiapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini, akan kuberikan dia uang satu juta!" Kemudian naiklah seorang laki-laki ke atas panggung. Tangannya terlihat begitu besar dan kuat. Ia memeras dan memeras... tapi tak setetes pun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sepertinya sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria dari penjuru kota pun penasaran ikut mencoba, tapi tak ada yang berhasil.

Manusia kuat itu tersenyum-senyum. Kemudian ia berkata, "Kesempatan terakhir. Siapa yang mau mencoba..?" Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh, Nyonya. Mari naik ke panggung!" Manusia Kuat lantas membimbing wanita itu naik ke atas pentas. 

Beberapa orang tertawa terbahak-bahak bahkan mengolok-ngolok wanita itu. Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya.

Lalu wanita itu mencoba memeras dengan penuh konsentrasi. Ia memeras ... memeras ... dan ... setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh membasahi lantai panggung. Para penonton diam, terperangah. Lalu cemoohan mereka segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.

Manusia Kuat memeluk dan menyalami wanita kurus itu, sambil berkata, "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukan semacam ini ratusan kali. Dan, ribuan orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang saya tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu. Boleh tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"

"Begini,” jawab wanita itu. "Saya adalah orang yang telah terbiasa setiap hari memeras air jeruk atau air kelapa, baik untuk keperluan rumah tangga serta pekerjaan di kios makanan. Dan jika suamimu sedang sakit keras dan tak bisa bekerja mencari nafkah, sedangkan kau memiliki tanggungan empat anak yang harus diberi makan setiap harinya, lalu kau harus kuat mencari uang meski hanya seratus-dua ratus.. maka hanya memeras setetes jeruk untuk mendapatkan satu juta bukanlah hal yang teramat berat. Bila Anda memiliki ALASAN cukup kuat, maka Anda akan menemukan jalannya," demikian kata wanita tersebut dengan mantap.

Netter yang LuarBiasa,

Seringkali kita tidak mampu melakukan sesuatu bukan karena kita tidak kuat, tetapi karena kita tidak memiliki alasan yang cukup kuat. Orang yang berhasil adalah orang yang penuh dengan motivasi, impian, dan semangat yang tinggi.

NILAI KELULUSAN



Alkisah, di suatu sore hari di sebuah perguruan kungfu, tampak seorang murid yang masih muda berlutut di hadapan sang guru untuk melakukan uji terakhir sebelum turun gunung. Pelajaran kehidupan, latihan keras, dan disiplin tinggi yang telah dijalaninya selama ini akhirnya mampu diselesaikan dengan baik.
 
“Muridku, sebelum diizinkan untuk turun gunung, kamu harus lulus satu ujian lagi,” kata sang guru besar. “Saya siap Guru,” jawab si murid yang menduga harus menjalani satu ronde adu tanding bela diri lagi. “Kamu harus menjawab pertanyaan saya. Bagi kamu, apa arti tanda kelulusan yang akan saya berikan ini?” “Bagi saya, tanda kelulusan adalah akhir dari perjalanan saya,” jawab si murid dengan nada bangga.
 
Sang guru terdiam, seakan menunggu kata-kata lain dari muridnya itu. Jelas sekali dia tidak puas dengan jawaban yang diberikan muridnya. Akhirnya, sambil menghela napas, sang guru berkata, ”Kamu belum siap menerima tanda kelulusan dari perguruan ini. Berlatihlah kembali dan pikirkan baik-baik. Kembalilah kemari satu bulan lagi.”

Sebulan kemudian, si murid datang dan berlutut lagi di hadapan sang Guru. “Muridku, setelah berpikir dan berlatih di sini selama ini, apa arti sesungguhnya dari tanda kelulusan yang diberikan kepada kamu?” tanya sang guru. “Artinya adalah simbol kehormatan dan pencapaian tertinggi dalam seni bela diri di perguruan ini,” jawab si murid

Sambil menggeleng lemah, sang guru berkata, “Sayang sekali, kamu belum siap turun gunung dan menerima tanda kelulusan. Kembalilah satu bulan lagi.”
 
Satu bulan berlalu, Dan sekali lagi guru besar bertanya, “Muridku, saya tidak bisa melepas kepergianmu sebelum kamu memiliki pengertian benar dengan menjawab pertanyaan terakhir ini. Apa arti sesungguhnya tanda kelulusan ini?”

“Setelah merenung dengan sungguh-sungguh selama satu bulan ini, saya menyadari,  tanda kelulusan bukanlah akhir perjalanan tetapi justru awal dari dimulainya perjalanan tanpa akhir dari disiplin, kerja keras untuk mengamalkan prinsip-prinsip yang telah diajarkan di perguruan selama ini,” jawab si murid dengan mantap dan sikap yang lebih dewasa.
 
Dengan wajah gembira, sambil mengangguk-anggukkan kepala, sang guru besar berkata: “Sekarang kamu sudah siap menerima tanda kelulusan ini dan memulai kerja kerasmu di luar perguruan ini. Semoga kamu berhasil!”

Netter yang luar biasa!
 
Saat kita menerima sebuah tanda kelulusan, gelar, predikat, di bidang apa pun, sesungguhnya itu awal sebuah perjalanan panjang untuk membuktikan bahwa kita memang layak menerimanya dengan segala konsekuensinya dan tanggung jawab yang menyertai di dalamnya.

Mari tetap bersemangat. Bukan sekadar pembuktian diri karena sebuah tanda lulus atau gelar semata, tetapi lebih dari itu, untuk meningkatkan kualitas kita. Karena sejatinya hidup adalah aktualisasi diri. Hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa batas.

8 KEBAJIKAN


 

Banyak orang yang sedar bahwa baik itu hal yang mulia, kebaikan itu sesuatu yang patut dijunjung dan diapresiasi. Tapi, entah mengapa, masih banyak juga orang yang—disadari atau tidak, terpaksa atau tidak—lebih memilih jalan yang berlawanan dengan kebaikan.

Tak jarang, atas alasan tertentu, seseorang merasa telah berbuat benar. Padahal, apa yang dilakukan di mata orang lain adalah sesuatu yang jauh dari kebaikan. Alasan ekonomi misalnya, sering menjadikan nilai-nilai kebaikan terlihat kabur. Tentu, masih ada banyak faktor yang bisa diperdebatkan kemudian, sebanyak alasan yang juga mungkin bisa dibuat untuk membenarkan sebuah tindakan.

Terlepas dari itu semua, bagi saya pribadi, kesuksesan seseorang dalam hidup sejatinya banyak ditentukan oleh nilai-nilai kebaikan/kebajikan. Hal utama yang menjadi penyaring adalah baik, benar, halal. Indikator ini mudah dikenali oleh hati, pikiran, dan jiwa yang bersih.

Agar lebih jelas, dalam tulisan ini, saya akan menyampaikan “delapan sifat mulia kebajikan”. Hal ini penting untuk kita ingat, sadari, dan praktikkan:

1. Bakti
Ini merupakan sikap berbakti terhadap orang tua, leluhur, dan guru. Sepertinya sederhana, tapi kadang kita lupa. Padahal, merekalah orang-orang yang memang pantas kita berikan penghormatan mendalam. Sebab, dari mereka kita belajar banyak hal yang berguna untuk kehidupan. Dari mereka kita mendapat banyak bekal untuk meraih kesuksesan. Sikap berbakti ini akan membuat kita selalu ingat, bahwa ada banyak nilai-nilai luhur yang bisa kita jadikan pegangan untuk meraih kebahagiaan sebenarnya.

2. Persahabatan
Ini mengajarkan kepada kita untuk senantiasa berlaku hormat terhadap yang lebih tua sebagai saudara sehingga selalu mampu memunculkan sifat rendah hati. Rasa saling menghargai antara saudara akan menjadi “penyaring” bagi kita untuk tidak berbuat hal-hal yang kurang bernilai baik. Sebab, dengan menjaga persaudaraan, kita akan selalu ingat, bahwa setiap perbuatan yang baik—dan sebaliknya, kurang baik—juga akan berdampak langsung atau tidak langsung pada hubungan persaudaraan. Dengan begitu, kita akan selalu bisa menjaga amanah dalam segala tindakan.

3. Kesetiaan
Ini merupakan nilai kesetiaan terhadap atasan, teman, dan kerabat. Sikap ini akan membuat kita punya nilai karena kita mampu selalu berpegang teguh pada apa yang sudah diucapkan pada lingkungan sekitar. Sikap setia ini akan menjadikan kita selalu mengingat bahwa hidup ini tidak sendirian, sehingga kita selalu mampu menjaga keharmonisan dan keseimbangan hidup dengan sesama.

4. Dapat dipercaya
Umumnya, orang yang dapat dipercaya akan mendapat banyak teman, relasi, bahkan pesaing yang menghormatinya. Karena itu, sikap dapat dipercaya yang dibuktikan dengan sifat dan sikap yang jujur, amanah, mampu memegang janji, dan berbagai kualitas mental positif lainnya, akan mengantarkan kita pada “pencapaian” hidup yang benar-benar berkualitas.

5. Susila
Ini merupakan nilai-nilai kepantasan yang harus kita pegang teguh dalam hidup bermasyarakat. Mulai dari menjauhi tindakan bersifat asusila, punya nilai bertata-krama yang baik, sikap sopan santun, berbudi pekerti luhur, dapat memperkuat integritas kita sebagai insan mulia yang punya nilai di mata masyarakat. Dalam hal ini, tentu kita sendiri yang bisa menjaganya.

6. Kebenaran
Ini merupakan sikap untuk senantiasa menjunjung tinggi kebenaran sejati atau suatu sifat solidaritas terhadap sesama. Bagi sebagian orang, nilai ini bisa jadi berbeda-beda, tergantung dari sudut pandang mana yang digunakan. Namun, jika semua itu dikembalikan kepada hati nurani, pasti kita akan menemukan nilai kebenaran yang sejati. Sebab, pada dasarnya, kita sendiri sudah bisa menilai mana yang baik, mana yang buruk.

7. Sederhana
Sepertinya, sifat ini mudah dijalankan. Namun pada praktiknya, nilai sederhana yang diterapkan orang sangat berbeda-beda. Untuk itu, kita harus senantiasa berkaca dalam diri, sudah benarkah apa yang kita lakukan hari ini? Apakah nilai-nilai kesederhanaan yang telah kita jalankan, terutama agar hidup selalu berjalan harmonis dan seimbang di mata masyarakat dan lingkungan sekitar? Kita sendiri yang bisa menjalankan dan memilih melakukannya.

8. Tahu Malu
Budaya tahu malu ini sebenarnya akan menjadi penyaring utama dalam setiap tindakan agar hal yang kita lakukan pun menjadi lebih bernilai bagi sekitar.

Mari kita coba kembali berkaca. Kita telusuri dalam diri dan segera perbaiki, nilai-nilai kebajikan yang barang kali mulai luntur di antara kita. Tentunya, agar kita semua bisa meraih sukses dan kehidupan yang jauh lebih bermakna

02 Mac, 2013

TUNTAS DAN MAKSIMAL


 

Alkisah, ada seorang raja hendak berburu. Ia ditemani oleh panglima kerajaan dan punggawa terpercayanya, serta beberapa prajurit dari istana. Dalam perburuan itu, Raja harus melewati berbagai daerah dan hutan yang luas.

Dalam peristirahatan sejenak sebelum berburu masuk ke hutan tersebut, Sang Raja sempat mendengar sebuah percakapan dari prajuritnya. Mereka beradu pendapat, mengapa dua orang terpercaya Raja bisa mendapat jabatan yang berbeda. Satunya sebagai panglima, satu lagi menjadi punggawa. Padahal, keduanya punya kedekatan dan jasa yang hampir sama.

Mendengar itu, keesokan harinya, Sang Raja memanggil semua orang yang mendampingi perburuannya. Ia lantas memanggil salah satu prajurit. “Tolong lihat keadaan di dalam hutan sebelum kita memulai berburu. Laksanakan!”

Setelah beberapa saat menunggu, prajurit itu kembali. “Paduka, keadaan hutan cukup aman kita masuki.”

Mendengar jawaban itu, Sang Raja kali ini menitahkan punggawanya untuk melakukan hal yang sama. Punggawa membutuhkan waktu lebih lama untuk mengamati. “Paduka, keadaan hutan cukup aman seperti yang tadi dikatakan prajurit. Cuaca cerah, burung-burung berkicau nyaring tanda di sana memang tempat yang tepat untuk mendapatkan binatang buruan. Selain itu, saya juga menemukan satu tempat strategis untuk berburu.”

Sang Raja tersenyum puas mendengar jawaban tersebut. Namun, Panglima yang sedari tadi memperhatikan saja, memohon izin pada Baginda Raja untuk juga diberi kesempatan melihat ke dalam hutan sejenak. Sang Raja pun mengabulkan.

Beberapa lama kemudian, Panglima itu pun kembali. “Paduka, apa yang disampaikan prajurit dan sahabat punggawa tadi sangat benar. Namun, karena Baginda lebih suka hewan kijang untuk diburu, saya sudah menyiapkan tempat yang paling strategis. Ada satu sungai kecil, di mana kita bisa lebih mudah mendapatan kijang. Untuk menuju ke sana ada tiga cara. Saya sudah tahu jalur paling nyaman untuk kita semua. Di situ juga banyak tempat istirahat yang aman, sehingga jika cuaca tiba-tiba berubah, kita akan lebih mudah mencari perlindungan.”

Mengetahui penuturan panglimanya, Sang Raja berkata kepada semua orang yang bersamanya. “Semalam aku mendengar ada orang berdebat, mengapa satu orang dengan yang lainnya mendapat kedudukan lebih tinggi di bawahku. Hari ini, kalian menyaksikan sendiri jawabannya. Kalian semua adalah orang-orang terbaik. Tapi, baik saja belum cukup. Kecekatan, kepekaan, keahlian, kepedulian, kecermatan, ketelitian, dan ketuntasan terhadap pekerjaan bisa menjadi pembeda. Kalian semua pasti bisa mendapat jabatan lebih tinggi. Namun, hanya yang terbaiklah yang akan mendapat tempat terbaik pula. Panglima mencari informasi paling banyak, paling cermat, paling pas, dan paling sesuai dengan kebiasaan yang aku lakukan, maka ia aku pilih menjadi panglima. Kalian semua mengerti?”

Mendengar penuturan Sang Raja, semua orang mengangguk-angguk tanda mengerti dan setuju terhadap apa yang menjadi kebijakan raja. Mereka berjanji pada dirinya masing-masing, agar ke depan bisa menjadi orang yang jauh lebih baik, dengan mampu menuntaskan semua pekerjaan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.

Netter yang luar biasa,

Orang sukses pasti punya kebiasaan menuntaskan pekerjaan lebih maksimal dibandingkan orang yang biasa-biasa saja.

Orang yang berpikiran, berjiwa, bertindak, dan berkarakter sebagai orang sukses biasanya akan selalu bertanggung jawab tanpa memandang siapa yang memberi tugas, akan bekerja sepenuh hati tanpa diawasi, akan memaksimalkan pekerjaan tanpa disuruh. Dengan begitu, setiap peran yang dilakoni, setiap bidang yang dijalani, setiap tugas yang dilaksanakan, dapat menjadi karya yang tuntas. Ibarat seorang pelukis, ia akan menggambar karya selayaknya seorang maestro.

Mari, kita tuntaskan pekerjaan—apa pun bidang yang kita jalani—dengan kesungguhan, ketelitian, kecekatan, keterampilan, sehingga setiap karya akan membuat kita menjadi pemenang sejati kehidupan