Alkisah ada seorang raja yang meminta
sebuah mantra pada kaum bijak di negerinya. Mantra yang boleh digunakan saat
situasi sedang genting dan bahaya besar. Tapi kerana kebingungan, kaum bijak
itu pun meminta bantuan guru agung mereka. Sang guru agung hanya memberikan
secarik kertas yang terlipat sambil berkata, "Tulisan dalam kertas ini
tidak boleh dibaca kecuali situasi dan keadaannya sangat bahaya dan sudah tidak
ada lagi harapan!"
Akhirnya, kertas itu telah sampai ke
tangan sang raja, segera disimpan sang raja di bawah batu permata pada
cincinnya. Cincin sang raja memang memungkinkan untuk menyimpan rapi secarik
kertas yang terlipat-lipat.
Kemudian hari terjadi masa-masa yang kelihatan
berbahaya, tapi sang raja teringat akan pesan kaum bijak itu. "Bacalah
tulisan dalam kertas itu, hanya jika Paduka merasa inilah harapan terakhir
Paduka!" Sejak itu banyak peristiwa berbahaya yang datang dan berlalu,
tapi sang raja selalu merasa mampu untuk menghadapinya, dan dia belum sampai pada
situasi dirinya benar-benar tidak berdaya.
Hingga akhirnya, suatu hari kematian
sudah nyaris menjemput sang raja, tapi tulisan pada kertas itu tak kunjung
dibacanya juga. Kaum bijak itu memohon padanya agar sang raja bersedia membuka
kertas itu. Ternyata mereka juga merasa ingin tahu dengan tulisan sang guru
agung mereka.
"Itu tidak penting lagi
sekarang. Mantra itu sudah bekerja dengan baik untukku. Sejak aku menerima
mantra ini, aku tidak lagi merasa takut. Bahaya apa pun yang terjadi, aku
merasa masih boleh mengatasinya dengan baik. Aku tetap merasa tidak
gentar." Sang raja melanjutkan lagi, "Guru agung kalian memang orang
paling bijak di negeri ini, orang yang layak mendapat penghormatan tertinggi.
Tapi, sekarang aku sudah tidak peduli lagi dengan tulisannya di kertas
itu."
Setelah sang raja mangkat, kaum bijak itu segera
membuka cincinnya dan menarik kertas yang terselip di dalamnya. Setelah dibuka,
ternyata tidak ada tulisan apa pun di kertas itu@kosong, itu cuma secarik kertas
kosong.
Sahabat yang Luar Biasa,
Sahabat yang Luar Biasa,
Seperti contoh cerita di atas, di
mana saat kita menghadapi kesulitan dan cabaran sebesar apa pun, jangan mudah
mengelebah, mengeluh, apalagi putus asa. Selama kita berani menghadapi dengan
sepenuh hati, fikiran, dan jiwa maka kita akan selalu mampu mengatasinya. Kita
harus yakin, seperti apa yang sering kita dengar bahawa 'Tuhan tidak akan
memberi cubaan yang tidak mampu diatasi'
Tiada ulasan:
Catat Ulasan