Seorang salesman batu intan sedang berkeliling di sebuah tempat untuk
menawarkan barang yang akan dijualnya. Akhirnya salesman ini tiba di
rumah yang pertama, lalu mengetuk pintu. Tidak lama kemudian, pintu
terbuka dan muncullah pemilik rumah. Kemudian salesman tersebut
menawarkan batu intan kepada si pemilik rumah, namun si pemilik rumah
menolak mentah-mentah dengan mengatakan, "Untuk apa batu intan ini, saya
tidak butuh batu jelek seperti ini."
Akhirnya salesman itu pun pergi dan menuju rumah kedua. Setelah mengetuk pintu, si pemilik rumah kedua keluar. Lalu salesman tersebut menawarkan batu intannya. Setelah mendengar penjelasan salesman itu, si pemilik rumah akhirnya membeli sebuah batu intan. Namun setelah itu, ia bingung karena tidak tahu harus diapakan. Jadi, batu itu hanya diletakkan begitu saja.
Salesman itu kemudian mengunjungi rumah ketiga. Si pemilik rumah begitu senang saat melihat batu intan tersebut. Tanpa banyak bertanya, si pemilik rumah langsung memborong semua batu intan itu. Si salesman senang karena semua batunya habis terjual, namun si pemilik rumah lebih senang berkali lipat. Dengan semangat, batu-batu intan itu diubahnya menjadi berlian yang berkilau dan kemudian dijual dengan harga yang jauh lebih tinggi.
Manusia sama seperti ketiga pemilik rumah itu. Setiap saat, "batu intan" berupa peluang selalu menghampiri kita. Masalahnya bagaimana kita menyambut peluang itu.
Apakah kita seperti :
1. Pemilik rumah pertama, yang menolak peluang itu mentah-mentah?
2. Pemilik rumah kedua, yang menerima peluang itu, namun hanya dibiarkan begitu saja? atau
3. Pemilik rumah ketiga, yang menerima peluang itu, dan mengubahnya menjadi kesuksesan?
1. Pemilik rumah pertama, yang menolak peluang itu mentah-mentah?
2. Pemilik rumah kedua, yang menerima peluang itu, namun hanya dibiarkan begitu saja? atau
3. Pemilik rumah ketiga, yang menerima peluang itu, dan mengubahnya menjadi kesuksesan?
Tiada ulasan:
Catat Ulasan