31 Julai, 2012

SURAT CINTA KEPADA ANAK

Anakku,
Ketika aku mulai tua, aku tidak lagi seperti dulu.
Tolong mengertilah, dan cobalah untuk bersabar terhadapku.

Ketika aku menumpahkan sup di pakaianku,

ketika aku lupa cara mengikat tali sepatu,
tolong ingatlah, bagaimana dulu aku mengajari kamu dengan memegang tanganmu.

Ketika aku berkata sesuatu berulang kali sampai kamu malas mendengarnya,

bersabarlah untuk mendengarkannya. Jangan potong pembicaraanku.
Ingatkah di saat kamu kecil, aku mesti mengulangi cerita sampai berapa kali sehingga kamu bisa tertidur pulas.

Ketika aku meminta kamu untuk memandikanku, tolong jangan salahkan aku.

Masih ingatkah ketika kamu kecil, aku mesti mencari cara membujukmu untuk mandi.

Ketika aku tidak mengerti tentang perkembangan teknologi dan masalah baru,

janganlah menertawakan aku.
Cobalah ingat dulu betapa aku sabar menjawab semua pertanyaan "mengapa" dari kamu.

Ketika aku sulit berjalan karena kaki terasa lelah, tolong ulurkan tanganmu yang kuat itu untuk memapahku.

Seperti waktu kamu kecil, aku mengajarimu berjalan.

Ketika aku lupa akan topik yang sedang kita bicarakan,

berikan aku beberapa waktu, untuk aku mengingat kembali.

Sebenarnya bagiku, masalah topik itu tidaklah penting.

Asalkan kamu mau bersabar mendengarkanku, bagiku itu sudah cukup.

Ketika kamu melihat aku makin menua, janganlah bersedih.

Mengertilah, dan dukunglah aku.
Seperti yang aku lakukan ketika kamu baru memulai perjalanan hidup di dunia ini.
Saat itu, aku yang menuntun kamu untuk berjalan di kehidupan ini.
Dan sekarang, temanilah diriku untuk melanjutkan perjalanan terakhirku ini.

Berikan kasih sayang dan kesabaranmu.

Aku akan penuh syukur dan tersenyum.
Dan senyuman ini berisi kasih tak terhingga dari diriku untukmu.
 

24 Julai, 2012

TITIK HITAM DI ATAS KERTAS PUTIH


Di sebuah desa, tinggallah sebuah keluarga bersama anak tunggal mereka. Oleh kerana dimanjakan sebagai anak semata wayang, si anak menjadi suka bersikap ‘semaunya'. Anak ini sangat pandai mencari-cari dan menunjukkan kesalahan orang lain, entah kepada kawan bahkan kepada orang tuanya sendiri. Bahkan, ia suka mempermalukan orang yang berbuat salah walaupun tanpa sengaja.

Suatu hari, kerana kurang hati-hati, anak tersebut terjatuh! Segera dia berteriak kepada ayahnya, "Aduh, Ayah ni, meletakkan ember di sembarang tempat. Aku jadi terjatuh.. Sakit, nih!" Ayahnya menolong sambil berkata, "Bukan salah ayah atau embernya. Ember itu setiap hari berada di tempatnya, tetapi kamu yang tidak berhati-hati berjalan sehingga terpeleset dan jatuh. Kalau jalan, ya hati-hati."

Sambil bersungut-sungut, si anak pergi begitu saja. Pada waktu lain, si anak berjalan-jalan di pinggir hutan. Matanya tertuju pada sekelompok lebah yang mengerumuni sarangnya. "Wah, madu lebah itu pasti enak dan menyihatkan badan. Aku akan usir lebah-lebah itu dan mengambil madunya," fikirnya. Kemudian, ia mengambil sebatang ranting bambu dan mulai menyodok sarang lebah dengan kuat.

Ratusan lebah yang merasa terusik, berbalik menyerang si anak. Melihat binatang kecil yang begitu banyak beterbangan ke arahnya, segera dia berlari terbirit-birit. Lebah-lebah yang marah pun mengejar dan mulai menyengat!

"Aduh..., tolong....tolong...!!" teriaknya panik. Ketika tiba di tepi sungai, anak itu segera menceburkan diri ke sana. Tak lama kemudian, lebah-lebah itu pergi meninggalkan buruannya yang basah dan kesakitan.

Di kejauhan, terlihat sang ayah bergegas berlari mendatangi anaknya. Begitu sampai di tepi sungai, ia segera mengulurkan tangan untuk menolong buah hatinya. Namun, si anak dengan muka kesal dan nada marah berkata kuat kepada ayahnya,

"Mengapa Ayah tidak segera menolongku? Lihat nih, bajuku basah kuyup kesejukan. Terus, badanku sakit terkena sengatan lebah! Jika Ayah sayang padaku, pasti sudah berusaha menyelamatkanku sehingga aku tidak perlu mengalami hal seperti ini. Semua ini salah Ayah!" Kemudian, dengan kasar, ia menampik tangan ayahnya yang terulur. Sang ayah terdiam terkejut dan menghela nafas. Lalu, mereka pun pulang ke rumah bersama sambil berdiam diri.

Malam harinya, menjelang tidur, sang ayah menghampiri anaknya sambil membawa selembar kertas putih, "Anakku, apa yang kamu lihat dari kertas ini?" Setelah memperhatikan sejenak si anak menjawab, "Ini hanya kertas putih biasa, tidak ada gambarnya. Kenapa ayah menanyakannya?" Tanpa menjawab, ayah menggunakan sebuah pulpen tinta dan membuat sebuah titik hitam di kertas putih itu. "Apa yang kamu lihat dari kertas putih ini?" "Ada gambar titik hitam di kertas putih itu!" jawab si anak keheranan.

"Anakku, mengapa engkau hanya melihat satu titik hitam pada kertas putih ini? Pada hal sebahagian besar kertas ini berwarna putih. Ketahuilah anakku, kertas ini sama seperti cara pandang kamu: betapa mudahnya kamu melihat kesalahan ayah maupun kesalahan orang lain, pada hal masih begitu banyak hal-hal baik yang telah ayah lakukan kepadamu."

Pembaca yang luar biasa!

Ilustrasi cerita di atas sungguh mengandungi kebijakan, seperti pepatah yang mengatakan "Gajah di kelopak mata tidak nampak, semut di seberang lautan kelihatan."

Bagi saya, seandainya kita boleh melihat setiap masalah yang timbul dari sudut kelemahan kita dahulu, bukan dari kesalahan orang lain, maka akan muncul sikap positif. Nah, sikap positif ini akan memudahkan kita memecahkan setiap problem yang muncul, sekaligus akan mengembangkan kekayaan mental kita untuk menuju kehidupan sukses yang lebih bernilai. 

JANGAN MENGELUH

Genghis Khan

Alkisah, ada seorang bangsawan kaya raya yang tinggal di sebuah daerah padang rumput yang luas. Suatu hari, kerana ternak yang dipunyainya semakin banyak, sang bangsawan memilih 2 orang anak muda dari keluarga yang miskin untuk bekerja dengannya. Pemuda berbadan tinggi dan tegap bekerja sebagai pengurus kuda. Sedangkan yang berbadan kurus dan lebih kecil dipekerjakan sebagai pengurus ternak kambingnya.

Setelah beberapa saat, si badan tegap dengan arogan berkata kepada si badan kecil: "Hai sahabat. Aku lebih besar badannya dari badanmu. Aku juga lebih tua darimu. Mulai esok, kita bertukar tempat. Aku memilih untuk mengurus kambing. Dan kamu menggantikan aku mengurus kuda. Awas kalau tidak mahu! Dan awas ya, jangan laporkan masalah ini kpada tuan kita! Kalau kamu berani lapor atau menolak, tahu sendiri akibatnya! Aku habisi badan kecilmu itu!"

petangnya, dengan muka murung dan langkah gontai dia pulang ke rumah. Sesampai di rumah, melihat muka murung dan kegalauan anaknya, si ibu bertanya: "Nak, ada apa? Ada masalah apa? Cuba ceritakan kepada ibu".

Kasih sayang dan kelembutan, mereka berbincang saat makan malam. Si anak pun menceritakan peristiwa yang tadi terjadi. Dengan bersungut-sungut si anak melanjutkan: "Sungguh tidak adil kan, Bu. Dia mengancam dan memaksa aku untuk mengurus kuda-kuda liar. Dia yang berbadan besar memilih mengurus kambing. Badanku kecil begini, bagaimana aku boleh mengejar-ngejar kuda yang begitu besar. Aduuuh Bu...sungguh buruk  nasibku." Sambil menunduk lesu dia menghabiskan santap malamnya.

‎Si ibu dengan senyum bijak berkata, "Nak. Semua masalah pasti ada hikmahnya. Syukuri, hadapi, dan terima dengan besar hati. Tidak usah memusuhi dan membenci temanmu itu. Ibu percaya, semua kesulitan yang akan kamu hadapi, jika kamu mampu belajar dan kerja keras, pasti akan membuatmu menjadi kuat dan bermanfaat untuk masa depanmu."

‎Sejak saat itu, si anak kurus itu dengan susah payah setiap hari bergelut dengan pekerjaan mengurus kuda-kuda yang bertubuh tegap, besar, dan masih liar. Dia harus jatuh bangun mengejar mereka, kadang terkena tendangan, bahkan pernah terinjak hingga terluka parah. Dari hari ke hari kemahiran dan kemampuannya menguasai kuda-kuda pun semakin baik. Tidak terasa, tubuhnya pun berkembang menjadi tinggi, tegap dan perkasa.

Hingga suatu hari, terjadi pecah perang antara negara. Kerajaan memerlukan prajurit pasukan berkuda. Dan si pemuda pun terpilih sebagai pemimpin pasukan berkuda kerana kepiawaiannya mengendalikan kuda-kuda.

Kemudian harinya, si pemuda berhasil memimpin dan memenangkan perang yang dipercayakan kepadanya dan dikenal banyak orang kerana kebesaran namanya. Dia adalah pemimpin bangsa mongol yang tersohor, bernama: Genghis Khan.
Ilustrasi Genghis Khan 
 
Sahabat yang berbahagia,

Dalam putaran kehidupan sering kali kita dihadapkan pada keadaan yang sepertinya membuat kita dirugikan, menderita, dan kita pun tidak berdaya kecuali harus menerimanya. Kalau kita larut dalam kekecewaan, marah, emosi, pasti kita sendiri yang akan bertambah menderita.
 
Lebih baik kita anggap ketidaknyamanan sebagai latihan mental dan kesabaran. Mari berjiwa besar dengan tetap melakukan aktiviti yang positif, sehingga sampai suatu nanti pasti perubahan lebih baik, lebih luar biasa akan kita nikmati!

21 Julai, 2012

PANGERAN BONGKOK

 Alkisah, di sebuah kerajaan, sang raja memerintah dengan bijaksana dan dicintai oleh rakyatnya. Raja mempunyai seorang putra berwajah tampan dan cerdas, tetapi sayang tubuhnya agak bungkuk. Akibatnya, pangeran menjadi pendiam, minder, dan tidak percaya diri. Keadaan ini membuat Raja risau dan sedih kerana bila kelak tiba saatnya sang pangeran harus naik tahkta, dia pasti tidak dapat memerintah rakyatnya dengan baik dan bijaksana.

Para penasihat raja yang setia sangat memahami kegundahan hati junjungannya. Maka setelah berembuk berulangkali, diam-diam para penasihat memesan sebuah patung kepada pemahat istana yang akan dihadiahkan kepada sang pangeran kelak di hari ulang tahunnya.

Saat tiba hari itu, hadiah diberikan kepada sang pangeran. Dekat hadiah itu, ada tulisan: "Untuk calon pemimpin kami, atas nama seluruh rakyat yang mencintai pangeran." Kemudian kain penutup dibuka dan tampak sungguh menakjubkan, sebuah patung berwajah tampan sang pangeran dengan tubuh tegak dan tegap, penuh wibawa. Dan ukuran patung itu pun persis dengan postur tubuhnya.

Pangeran senang sekali menerima hadiah itu. Ia meletakkannya di taman belakang istana kerajaan. Setiap kali melihat patung dirinya, sang pangeran dalam hati pangeran berkata, "Patung pemberian ini tentu melambangkan keinginan rakyatku, untuk memiliki raja bertubuh normal dan tegap. Sudah tentu aku ingin menjadi seperti yang diharapkan oleh mereka!"

Menyedari akan hal itu, setiap hari pangeran dengan semangat berjalan mengelilingi taman dengan patung yang berdiri tegak sebagai fokusnya, berlatih dengan meniru berdiri tegap dan berjalan tegak. Kebiasaan berlatih seperti itu dijalani secara konsisten, hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan

Tidak terasa, tahun pun telah berganti. Latihan terus-menerus yang dilakukan sang pangeran ahkirnya membuahkan hasil yang menakjubkan. Dengan wajah yang sama tampannya, tubuhnya setegap dan setegak patung yang berdiri di taman itu. Raja sangat gembira dengan perubahan ini. Sang pangeran seolah-olah lahir menjadi manusia baru. Wajahnya berseri-seri, sedangkan tubuhnya tegap, penuh percaya diri, dan siap mengembang tanggung jawab sebagai raja yang baru.
 
Sahabat yang bijaksana,

Dari cerita tersebut, saya menyimpulkan betapa kekuatan dari kebiasaan yang terlatih dan fokus pada tujuan, ternyata mampu mengubah apa yang semula tampak tidak mungkin menjadi mungkin, apa yang tidak boleh menjadi boleh.

Sama halnya di dalam kehidupan kita. Jika ingin mengubah sebuah mimpi menjadi nyata, mengganti kebiasaan buruk menjadi baik, membuat harapan menjadi wujud nyata, membuat sesuatu yang sudah mundur menjadi maju kembali, maka kita harus berani mengambil keputusan untuk menentukan fokus sasaran, dan sekaligus membangun kebiasaan-kebiasaan positif secara ketat, keras dan berkesinambungan. Dengan kekuatan kebiasaan-kebiasaan baru yang positif, terlatih dan konstruktif, saya yakin, kita semua boleh mencapai puncak kesuksesan yang gemilang.

14 Julai, 2012

KEKAYAAN BUKAN SATU-SATUNYA SUMBER KEBAHAGIAAN

Di zaman sekarang ini, budaya materialistik mungkin sudah menyebar dengan sangat cepat. Segala sesuatu di ukur dengan materi/kekayaan. Kita semakin sering diprogram sehingga kita menjadi percaya bahawa kekayaan menjadi satu-satunya sumber kebahagiaan kita. Kita dan semua orang menjadikan kekayaan sebagai referensi kebahagiaan. Padahal kenyataannya tidaklah seperti itu.

Jika Anda terlalu mendewakan kekayaan dan menganggap kekayaan sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan,  anda pasti akan menuai kekecewaan. Mengapa? Kerana ada banyak sekali hal di dunia ini yang boleh kita nikmati yang boleh mendatangkan kebahagiaan. Apa yang perlu Anda tahu adalah kekayaan BUKANLAH SATU-SATUNYA sumber kebahagiaan, melainkan SALAH SATU sumber kebahagiaan. Sekali lagi saya ingatkan, kekayaan hanyalah salah satu dari sekian banyak sumber kebahagiaan Anda.
 
Kebahagiaan sejati datangnya dari dalam diri kita, bukan dari luar. Jika Anda menggantungkan kebahagiaan Anda di luar diri Anda, apa lagi kekayaan, maka Anda tidak akan menemukan kebahagiaan sejati. Banyak orang berusaha mengejar kekayaan yang menurut mereka boleh membuat mereka bahagia. Akan tetapi, proses tersebut malah mendatangkan ketidakbahagiaan. Contohnya, mereka yang terlalu sibuk mencari dan mengumpulkan kekayaan tanpa mempedulikan kesihatannya. Saat kesihatannya mulai memburuk, kekayaan yang diperoleh dengan susah payah pun habis untuk biaya pengubatan.

Saya juga sering melihat orang yang hartanya berlimpah tetapi tidak bahagia sama sekali. Ada juga yang semakin kaya, bukannya makin bahagia, tetapi malah makin stres dan depresi. Kenyataan ini bukan bermakna membuat kita harus berhenti meraih kekayaan yang kita inginkan. Siapa pun pasti ingin hidup kaya sekaligus bahagia. 

Meraih kekayaan adalah hak semua orang. Tapi yang perlu Anda ingat adalah jangan jadikan kekayaan sebagai harapan terakhir dan satu-satunya menuju kebahagiaan sejati. Banyak orang merasa tidak bahagia jika tidak kaya. Jika kita merujuk pada statistik bahawa hanya 10% orang di dunia ini yang kaya, bagaimana dengan yang 90% lainnya? Apakah mereka yang 90% tersebut tidak akan boleh bahagia kerana tidak kaya? Fikirkan ini baik-baik. Apakah Anda pernah melihat orang yang biasa-biasa dan tidak kaya tapi sangat bahagia, atau orang yang kekayaannya berlimpah tetapi hidupnya terasa hampa? Jika itu benar, bermakna kekayaan bukanlah satu-satunya sumber kebahagiaan sejati.

Bagi Anda yang mungkin tidak atau belum kaya, apakah harus menunggu sampai kaya baru mau menjadi bahagia? Pastinya tidak. Ada banyak sekali hal di dunia ini yang boleh membahagiakan Anda detik ini juga. Bahkan Anda boleh bahagia di sini dan detik ini juga kerana kebahagiaan sesungguhnya ada dalam diri Anda, bukan orang lain atau apa pun. Apa pun yang terjadi, Anda boleh memilih untuk menjadi bahagia kerana kebahagiaan ada dalam genggaman Anda. Jika Anda menggantungkan kebahagiaan pada diri sendiri, meskipun Anda sedang tertimpa masalah, sakit, bangkrap atau apa pun, Anda tetap boleh menjadi bahagia.

Itu bermakna Anda boleh menjadi bahagia tanpa syarat dan ketentuan apa pun. Anda pasti pernah melihat billboard reklame yang mempromosikan produk dengan harga yang sangat murah, tapi ada tanda * di samping tulisan harga itu. Anda akan tahu tanda * itu di sebelah kanan bawah ada tulisan "Syarat & Ketentuan Berlaku". Syarat dan ketentuan tersebut harus dipenuhi agar boleh mendapat harga seperti yang tertera di reklame.

Sama halnya banyak orang yang ingin bahagia tapi syarat dan ketentuannya terlalu banyak. Mereka berkata akan bahagia jika syarat dan ketentuannya dipenuhi, seperti sukses, kaya, harta berlimpah dan lain sebagainya. Padahal tidak perlu seperti itu. Bahagia yang sejati adalah bahagia tanpa syarat dan alasan apa pun

Jika Anda boleh bahagia tanpa syarat dan ketentuan apa pun, Anda akan menemukan kebahagiaan sejati yang lebih bertahan lama. Tidak ada lagi yang boleh membuat Anda sedih. Anda akan boleh bahagia detik ini juga tanpa menunggu lama. Akan tetapi, semakin banyak syarat dan ketentuan untuk menjadi bahagia, Anda akan semakin lama dan sulit memperoleh kebahagiaan itu. Pilihan dan keputusan terletak di tangan anda sekarang!

BERSATU ADALAH KEKUATAN

Alkisah, di sebuah kerajaan yang subur makmur, raja dicintai rakyatnya karena memerintah dengan bijaksana, sehingga rakyat hidup aman dan sejahtera. Raja banyak mempunyai putra dan putri, namun sayang, sejak kecil mereka tidak pernah akur. Dari bertengkar mulut hingga beradu fisik sering terjadi di antara mereka. Raja sangat gelisah dan tidak tenang memikirkan ketidakakuran anak-anaknya. Bila tercerai-berai karena tidak akur bagaimana jika harus bertempur melawan musuh, begitu pikir sang raja.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberi pengertian kepada anak-anaknya agar jangan hanya memikirkan diri sendiri. Raja sangat menginginkan mereka akur sehingga bisa bahu-membahu jika menghadapi serangan dari luar, serta agar bisa memberi contoh rakyatnya hidup rukun di negeri sendiri.

Suatu hari, saat berkumpul di meja makan, sebelum acara makan dimulai, raja memerintahkan kepada mereka: ”Anakku, ambillah sebatang sumpit di depan kalian dan coba patahkan.” Walaupun heran dengan perintah sang ayah, mereka segera mematuhinya dan mematahkan sumpit itu dengan mudah. Kemudian, raja meminta sumpit tambahan kepada pelayan. ”Sekarang, patahkan sepasang sumpit di depan kalian itu.” Kembali mereka dengan senang hati memamerkan kekuatan fisik masing-masing dan segera patahlah sepasang sumpit tersebut.

Raja kemudian kembali meminta sumpit tambahan dan memerintahkan anak-anaknya mematahkan sumpit yang kali ini ada tiga batang. Dengan susah payah, ada yang berhasil mematahkan, namun ada juga yang akhirnya menyerah. Salah seorang dari mereka lantas bertanya: ”Ayah, mengapa kami harus mematahkan sumpit-sumpit ini dari satu batang hingga tiga batang. Untuk apa semua ini?”

”Pertanyaan bagus anakku. Sumpit-sumpit adalah sebuah perlambang kekuatan. Jika satu batang mudah dipatahkan, maka jika beberapa batang sumpit disatukan, tidak akan mudah untuk dipatahkan. Sama seperti kalian. Bila mau bersatu, maka tidak akan ada pihak luar atau musuh yang akan mengalahkan kita. Tapi bila kekuatan kita tercerai berai, maka musuh akan mudah mengalahkan kita. Ayah ingin kalian bersatu, bersama-sama membangun negara dan rakyat negeri ini. Jika kita mampu menjaga kekompakan dan memberi contoh kepada seluruh rakyat negri ini, maka kerajaan kita pasti akan tetap sejahtera dan semakin makmur,”jelas sang raja. ”Anak-anakku, usia ayah sudah lanjut. Kini saatnya ayah titipkan kerajaan ini ke tangan kalian semua. Ayah percaya kalian akan mampu menyelesaikan masalah di negeri ini bila kalian bersatu.”

Bersatu adalah kekuatan

Untuk membangun komunitas baik keluarga, perusahaan, pemerintah, ataupun komunitas-komunitas lainnya, mutlak diperlukan semangat kekompakan, kebersamaan, dan persatuan. Seperti sebuah pepatah tiongkok kuno yang mengatakan,”Bersatu adalah kekuatan". Tanpa kekompakan akan mudah retak rapuh dan tercerai berai.”
 
Adanya persatuan yang dibangun berlandaskan pengertian dan kepercayaan antarpribadi, akan memunculkan kekuatan sinergi yang solid dan mantap. Dengan modal tersebut, sebuah komunitas akan bisa berkembang menuju keberhasilan yang mengagumkan

POTENSI

Cerita ini bermula apabila gempa bumi yang berlaku dalam jarak yang jauh. Pokok jatuh ke bawah, angin bertiup sangat cepat, dan bunyi bising keretakan ada di merata-rata, tanah merobohkan dua keping. Selepas bencana tersebut, seorang petani muda yang berlaku untuk meluluskan kawasan tersebut. Dia melihat sarang yang pecah di bawah pokok yang menarik kepadanya. Ia seolah-olah seperti ia jatuh dari pokok kerana gempa. Dia mendapati telur di dalam sarang. Beliau kagum melihat saiz kerana ia adalah lebih besar daripada telur ayam. Beliau memutuskan untuk mengambil rumah telur mempunyai salah satu daripada ayam itu bertelur brood ia.
Selepas beberapa minggu, telur gergasi yang akhirnya menetas selepas telur lain yang telah menetas sebelum. Ia adalah burung, kelihatan seperti ayam tetapi hanya lebih besar. Ibu menyangka burung itu adalah sama seperti anak ayam yang lain, jadi dia telah mengangkatnya. Sejak itu, beliau tinggal bersama anak-anak ayam yang lain. Dia makan, membuat bunyi bising dan bermain dengan anak-anak ayam rakan-rakan. Dia merasakan seperti ahli keluarga.
Satu hari, ke atas langit, ada helang yang terbang di sekeliling tanpa takut sehingga di langit. Dia terbang di sekitar, pergi ke bawah dan bulatan di udara seperti raja udara. Dari jauh, matanya dengan berhati-hati menonton di sekeliling untuk mencari sasaran. Pada masa yang sama, ayam yang pelik kelihatan di langit dan rasa teruja untuk melihat helang.
"Wah, apakah yang terbang di atas sana di langit? Ia adalah begitu besar, begitu berani dan sayap sangat indah. Suara auman sehingga di sana, saya boleh dengar dari sini," katanya riang. Kemudian dia bertukar menjadi sedih. "Saya ingin saya boleh terbang seperti itu. Saya mesti sangat bangga dan gembira," bisik burung
Satu hari, helang terbang ke bawah mengelilingi burung muda. "Hei, anda ....!" menjerit helang. "Mengapa anda hanya melihat ke langit dan berjalan kaki, tidak terbang ..." Marilah, anda perlu terbang ...! "Ayam muda begitu terkejut. "Apa yang anda mahu saya terbang? Anda tidak serius anda? Saya tidak boleh terbang. Saya dilahirkan untuk berjalan," jawab ayam muda."Anda adalah salah ...? Anda adalah helang. Anda boleh terbang seperti saya!" menjerit helang untuk mengingatkan beliau apa yang dia benar-benar."Tidak. Saya berbeza daripada anda! Saya lakukan impian yang saya boleh terbang seperti anda, tetapi ini adalah iman saya., Saya tidak akan terbang." 
Helang mula hilang sabar. Kemudian dia terbang ke atas dan ke bawah seperti berpuasa kerana dia boleh, beliau menduduki burung itu dengan kakinya dan membawanya terbang. "Sekarang, bersedia, saya akan biarkan anda ... mengembangkan sayap anda sebagai keras anda boleh!"Dan ... helang hop biarlah dia di udara. Dia begitu takut dia menolak dirinya untuk menyebarkan sayap keras seperti yang dia mampu. Selepas beberapa saat, dia dapat mengawal imbangan dan lalat. Beliau hanya menyedari bahawa dia benar-benar boleh terbang. "Hi saya terbang. Saya tidak jatuh. Saya benar-benar terbang ... Saya benar-benar boleh terbang!" dia menjerit dengan kuat dan gembira.Beliau kemudian gembira memulakan hidup baru sebagai helang. "Saya helang 1. Tanah tidak adalah tempat saya. Saya tidak perlu berjalan untuk mencari makanan. Saya milik udara. Saya akan terbang di mana-mana saya mahu, saya akan bergerak ke seluruh dunia.
Para pembaca yang terhormat,Cerita ini mengingatkan kita semua potensi yang baik kita perlu jauh di dalam diri kita. Sebagai manusia, kita semua mempunyai bakat dan potensi. Tetapi kebanyakan masa, kita hanya tidak melihatnya. Kami tidak pernah menyedari kewujudan mereka. Mereka telah disemadikan jauh ke dalam kerana kita berani tidak cuba untuk memaksa mereka. Seperti apa yang saya selalu berkata, "Semua perkara adalah mustahil hanya kerana kita tidak pernah cuba mereka."
Jika saya melihat kembali dan berfikir tentang pendidikan formal saya, bahawa saya tidak pernah tamat sekolah rendah saya, ia kelihatan bahawa ia adalah mustahil bagi saya untuk menjadi pendorong, Indonesia No. 1 motivasi sebagai media berkata. Bercakap di atas pentas, berkongsi semangat kepada beratus-ratus atau beribu-ribu penonton, berkongsi pengalaman dalam seminar, semua mereka adalah aktiviti yang saya tidak pernah dibayangkan sebelum. Saya benar-benar tidak percaya bahawa ia berlaku kepada saya.Saya tidak pernah menyalahkan ibu bapa saya bahawa saya tidak pernah pergi ke sekolah, bukan kerana saya tidak bijak. Ia adalah disebabkan oleh keadaan keluarga saya yang menghalang saya dari tamat sekolah saya. Dengan latar belakang sedemikian, ia adalah perkara biasa jika saya miskin, bodoh dan saya telah gagal hidup saya. Saya perlu menjadi seorang pekerja kolar biru, seperti budak pejabat, porter atau lain-lain.
Saya sedar dengan pendidikan formal yang minimum bahawa saya memiliki, saya perlu memandu diri saya dengan usaha yang kuat. Saya berjanji bahawa saya mesti belajar dan belajar, bekerja keras dan sukar dalam hidup ini. Saya tidak mahu berputus asa dengan keadaan saya. Saya sentiasa tahu bahawa apa yang saya lakukan pada dasarnya betul. Saya sentiasa belajar dan bekerja keras. Dan sebagai hasilnya, tidak ada usaha tunggal dalam kehidupan ini yang tidak membawa hasil apa-apa kepada saya, walaupun anda boleh menikmati kegembiraan dalam masa yang singkat. 
Sekarang saya dalam fasa kehidupan di mana saya boleh menikmati dan menuai hasil kerja keras saya dan kesediaan yang kuat untuk terus pembelajaran. Hari ini, saya boleh berdiri sama tinggi dan menyambut semua orang satu, "Kejayaan Besar, yang sangat baik." Saya juga sentiasa cuba untuk berkongsi falsafah hidup saya kepada sesiapa yang ingin belajar dari saya, "kejayaan adalah hak saya." Kejayaan adalah hak saya, hak anda. Ia adalah milik kepada sesiapa sahaja yang berusaha keras untuk itu

MIMPI SANG RAJA

Alkisah, suatu hari seorang raja terbangun dari tidurnya. Rupanya, sang raja baru saja mendapat mimpi buruk yang penuh teka-teki. Nafasnya masih terengah-engah, sang raja berteriak memanggil hulubalang kerajaan. "Hulubalang... panggil peramal istana sekarang juga. Cepaaat...!" Hulubalang tergopoh-gopoh pergi menunaikan perintah raja tanpa berani bertanya siapa peramal yang dikehendaki raja.

Tak lama, seorang peramal kerajaan menghadap. Raja langsung membeberkan mimpinya dan meminta si peramal mentafsir mimpinya. "Aku bermimpi aneh sekali. Dalam mimpi itu, gigiku tanggal semua. Hah.. pertanda apa ini?" tanya sang raja.

Setelah mengadakan perhitungan dan penanggalan secara cermat dan teliti, dengan sedih si peramal berkata, "Mohon ampun, Baginda. Dari penerawangan hamba, mimpi itu membawa pesan, bahawa sial akan menimpa Baginda. Oleh itu, setiap gigi yang tanggal itu bermakna seorang anggota keluarga kerajaan akan meninggal dunia. Jika semua gigi tanggal, bermakna kesialan besar, semua anggota keluarga kerajaan akan meninggal dunia!"

Bagai disambar geledek, raja langsung merah padam mukanya. Perlambang buruk yang disampaikan si peramal itu membuatnya marah besar. Raja langsung memerintahkan supaya peramal itu dihukum. Walau begitu, kegundahan hati sang raja tidak juga mereda. Raja masih gelisah dan merasa tidak puas. Lalu sang raja memerintah hulubalang untuk memanggil peramal yang lain. Segeralah seorang peramal baru datang menghadap sang raja.

Kali ini, setelah mendengar penuturan mimpi sang raja, peramal itu tersenyum. "Baginda Raja, dari penerawangan hamba, mimpi itu membawa pesan bahawa Baginda adalah orang yang paling beruntung di dunia. Paduka berumur panjang dan akan hidup lebih lama dari semua sanak keluarga Baginda," kata peramal dengan nada riang dan bersemangat.

Mendengar perkataan peramal tersebut, mendadak secercah senyum mengembang di muka sang raja. Tampaknya, sang raja sangat senang dengan perkiraan peramal tadi. "Kamu memang peramal yang pandai dan hebat. Sebagai hadiah atas kehebatanmu itu, aku hadiahkan 5 keping emas untukmu. Terimalah..."
 
Setelah peramal kedua itu pergi, sang raja bertanya kepada penasihat istana tentang kualiti dan keakuratan kedua peramal tadi. Penasihat istana yang telah menyaksikan peristiwa tersebut, dengan berani dan bijaksana berkata,"Baginda. Menurut hamba, peramal pertama mentafsir mimpi tanggalnya gigi baginda sama maknanya dengan meninggalnya kerabat Baginda. Sementara peramal kedua mentafsir mimpi Baginda berumur lebih panjang dibandingkan kerabat Baginda. Sesungguhnya, kedua peramal itu menyatakan hal yang sama, iaitu, semua kerabat Baginda akan meninggal lebih dulu, dan Baginda seoranglah yang hidup lebih lama."

Kemudian, penasihat istana menyimpulkan, "Jadi sebenarnya,kedua peramal tadi mempunyai kualiti yang setara. Apa yang membezakan hanyalah cara penyampaian mereka. Peramal pertama berbicara apa adanya tanpa memikirkan dampak negatifnya. Sementara peramal kedua menjawab dengan cerdik dan bijak sehingga Baginda merasa senang dan memberinya hadiah."
 
Pembaca yang budiman dan bijaksana,
Keterampilan berkomunikasi (communication skill) sangat penting dalam meraih kemajuan. Baik dalam bidang bisnes, politik, sosial-kemasyarakatan, hubungan antara pribadi, atau hubungan dalam rumah tangga, keterampilan berkomunikasi memegang peranan sangat vital.

Secara sederhana, pola komunikasi boleh dibezakan menjadi dua, iaitu pola komunikasi positif dan pola komunikasi negatif. Pola komunikasi positif (seperti sikap kooperatif, kerjasama, kesepahaman, ketulusan, dan toleransi) hampir dipastikan mendatangkan output positif. Sebaliknya, pola komunikasi negatif (seperti kesalahpahaman, kebencian, kecurigaan, keragu-raguan, permusuhan dan dendam) hampir dipastikan membawa akibat-akibat negatif pula.
 
Keterampilan berkomunikasi secara positif merupakan "syarat mutlak" bagi kesuksesan kita dalam bidang apa pun. Maka, mari kita mulai mengembangkan pola komunikasi positif dengan orang-orang terdekat kita, dengan teman-teman, rakan kerja, relasi bisnes, dan pihak-pihak lain yang relevan dengan aktiviti kita sehari-hari, agar kualiti pergaulan kita terpelihara dengan baik.

KEDAMAIAN HATI

Alkisah, di sebuah kerajaan, sang Raja mengadakan sebuah sayembara. Hadiah berupa emas yang sangat berharga kepada rakyat yang boleh melukis tentang "kedamaian". Saat diumumkan, banyak seniman dan pelukis mencuba mengikuti sayembara dan berusaha sungguh-sungguh untuk memenangkan pertandingan tersebut.

Waktu yang dijanjikan pun tiba. Baginda Raja datang ke tempat para seniman melukis dan berkeliling melihat-lihat hasil karya mereka. Di antara sekian banyak lukisan, hanya ada dua buah lukisan yang benar-benar paling disukai baginda Raja, yang dianggap mampu mewakili tema tentang kedamaian dan sang Raja harus memilih satu di antara keduanya.

Lukisan pertama menggambarkan sebuah telaga yang tenang. Permukaan telaga itu bagaikan cermin sempurna yang memantulkan kedamaian, gunung-gunung menghijau yang menjulang mengitari danau, di atasnya terpampang langit biru dengan awan putih berarak-arakan. Sungguh lukisan pemandangan alam yang sangat indah. Semua yang memandang lukisan ini  berpendapat, inilah lukisan tentang kedamaian jiwa bagi yang melihatnya.

Lukisan kedua pula menggambarkan pemandangan pegunungan. Namun tampak kasar, gundul, dan gersang. Di atasnya terlukis langit yang gelap dan merah menandakan turunnya hujan badai yang telah mereda. Di sisi gunung, ada air terjun deras yang berbuih-buih. Sekilas, lukisan itu sama sekali tidak menampakkan ketenangan dan kedamaian. Tapi, sang Raja melihat sesuatu yang menarik. Di balik air terjun itu tumbuh semak-semak menghijau di atas sela-sela bebatuan. Di antara semak-semak itu, tampak seekor induk burung pipit berada di atas sarangnya, sedang mengerami telurnya dan kelihatan sebuah kehidupan baru berupa anak burung pipit yang menetas dari pecahan telur. Benar-benar indah dan damai.

Lukisan manakah yang harus dipilih? Sang Raja memilih lukisan nombor dua sebagai pemenangnya. Ramai orang bertanya: mengapa lukisan itu yang dimenangkan oleh baginda Raja?

Baginda Raja menjawab dengan tenang, "Lihatlah burung pipit di dalam lukisan ini, mampu menggambarkan sebuah kedamaian,tanggung jawab, dan kehidupan baru. Lihat gambaran situasi alam yang buruk dan tidak mendukung, tetapi ibu pipit memenuhi segenap tanggung jawabnya, tetap mengerami telurnya hingga menetas.

Rakyatku, kedamaian itu bukan bermakna kita harus berada di tempat tanpa keributan, kesulitan, atau pekerjaan yang keras dan sibuk. Kedamaian adalah suasana hati dan fikiran yang tenang dan damai. Meski kita berada di tengah-tengah keributan luar biasa namun tidak dipengaruhi keadaan luar. Kedamaian hati adalah kemampuan menjaga keseimbangan dan kebijaksanaan dalam segala situasi dan tetap mampu menjalankan tanggung jawabnya dengan baik."

Semua yang mendengar perkataan raja pun dengan diam mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju.

Sahabat,
Mampu tetap merasa damai di tengah "kekacauan" atau situasi yang riuh rendah memang tidak mudah. Biasanya kita cenderung larut di dalamnya, bahkan mungkin menjadi semakin kacau dan berantakan.

Jika hati dan fikiran kita tidak mampu tenang, kita pun akan mudah terhasut, termakan isu-isu negatif dan hidup menjadi terombang-ambing. Oleh itu, kesempatan kita untuk merasakan kedamaian dan bahagia pun menjadi hilang. 

"Mari kita jaga hati dan fikiran sendiri agar selalu tenang dan damai sehingga kebahagiaan akan menjadi milik kita selamanya"

07 Julai, 2012

PERBEZAAN SUKSES DAN ORANG GAGAL

Orang yang sukses selalu kelebihan 1 cara, orang yang gagal selalu kelebihan 1 alasan.
 
Apa maknanya?

Dalam memperjuangkan apa yang kita impikan, perjalanan kadang kala tidak selancar seperti yang kita rencanakan. Tidak semudah seperti yang kita harapkan. Selalu saja ada hambatan, kesulitan, gangguan, kekeliruan, bahkan mungkin menemui kegagalan.

Apa bezanya, orang sukses dengan orang gagal dalam menghadapi keadaan demikian?
Bezanya pada cara masing-masing merespon aral yang ada di hadapannya. Bezanya, ada pada sikap mental mereka dalam melihat masalah tersebut. Bezanya, pada siapa yang bermental menang dan siapa yang bermental kalah.
 
The looser atau orang gagal, jika dihantam kesulitan, mereka selalu bisa membuat 1001 alasan mengapa dia gagal. Dalih itu muncul silih berganti, seakan tiada habisnya! Dia selalu bisa menemukan alasan mengapa dia gagal. Dan hampir semuanya menunjuk dan menyalahkan pihak di luar dirinya. Itulah mental pecundang. Jelas, orang gagal selalu kelebihan satu alasan.

Sebaliknya, the winner atau pemenang jika dihadapkan pada rintangan, halangan, kesulitan, bahkan kegagalan, akan melihat ke dalam terlebih dahulu, melakukan introspeksi diri. Dia akan mencari penyebabnya dari dalam, menilai, dan mencari kekurangan/kesalahan dari apa yang menjadi penyebab timbulnya masalah dan kegagalan.

Jika sebab ditemukan, dia akan mencari cara untuk memperbaikinya. Itulah sebabnya, orang sukses terus bertambah sukses. Memang, orang sukses selalu kelebihan 1 cara.

Seperti pepatah yang similar dalam bahasa inggeris mengatakan "The winner sees an answer for every problem. The looser sees the problem in every answer". Seorang pemenang selalu melihat sebuah jawaban di setiap masalah, sedangkan seorang pecundang melihat sebuah masalah di setiap jawaban.

Bagi saya, kesuksesan sejati adalah akumulasi dari kegagalan-kegagalan kecil yang mampu kita atasi. Sehingga halangan, kesulitan, kegagalan, justeru merupakan wadah terbaik dalam melatih dan mematangkan mental kita.

ORANG KAYA YANG MISKIN

 
Dikisahkan, seorang bangsawan mempunyai seorang pembantu setia yang telah bekerja padanya sejak kecil. Pembantu itu adalah anak yatim piatu terlantar yang dipungut oleh ayahnya di suatu tempat. Sedangkan si bangsawan adalah orang yang hidup berkelimpahan harta, gemar berfoya-foya, namun tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya yang miskin dan menderita.

Suatu hari, si majikan memberi tugas kepada pembantu tersebut untuk pergi ke luar kota menagih hutang. Sebelumnya, dengan nada pongah dia berpesan, "Pembantuku, setelah kamu berhasil menagih semua wang itu, pergilah berkeliling kota untuk mencari dan membelikan barang yang belum aku miliki!"

Di dalam hati, si bangsawan tertawa geli. Sebab, dengan pesan ini, ia ingin mempermainkan pembantunya. Dia tahu bahawa tidak ada suatu barang berharga apapun yang belum dimilikinya.

Beberapa hari kemudian, saat pembantunya pulang, si bangsawan menyambutnya dengan antusias. Ia ingin tahu barang apa yang berhasil dibeli oleh pembantunya. Tetapi, alangkah terkejut dan marahnya ia, ketika tahu bahawa wang yang berhasil ditagih, dihabiskan si pembantu dengan memberikan barang-barang kepada orang-orang miskin di sana. Tanpa mahu mendengar lebih lanjut alasannya, si pembantu dihukum dan diperlakukan dengan buruk.

Suatu ketika, terjadi bencana alam yang luar biasa di sana. Seluruh harta si bangsawan musnah dan dia pun jatuh miskin! kerana musibah tersebut, sang bangsawan memutuskan untuk pergi ke kota lain guna mencari kehidupan baru. Sementara, sang pembantu yang sering dicacinya, tetap setia mengikutinya.

Setelah berjalan berhari-hari, keduanya tiba di sebuah kota. Penduduk di sana menyambut mereka dengan baik dan ramah. Bahkan, banyak di antara mereka yang memberi makan dan tumpangan. Mendapat perlakuan yang sangat ramah tersebut, si bangsawan kehairanan. Ia tidak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu. Lantas, ia pun bertanya kepada si pembantu.

Pembantu itupun kemudian memberi penjelasan, "Tuanku, saya pernah kemari beberapa waktu lalu. Tuan pasti ingat, sewaktu tuan memberi tugas kepada saya untuk membelikan barang yang belum Tuan miliki, dengan semua wang hasil tagihan. Wang itu telah saya gunakan untuk menolong orang-orang yang memerlukan bantuan saat itu. Sekarang, giliran merekalah yang menolong kita."

Si pembantu melanjutkan, "Waktu itu, Tuan telah mempunyai semua barang. Hanya satu barang yang tuan belum miliki, iaitu kasih. Maka, waktu itu saya berusaha mendapatkannya, untuk Tuan. Dan kasih itulah yang saat ini memberi kehidupan baru kepada kita. Mudah-mudahan Tuan boleh memahami dan tidak marah lagi atas tindakan saya waktu itu."

Kemudian, dengan mata berkaca-kaca, si bangsawan memeluk pembantu setianya itu. Ia pun berucap, "Sekarang aku baru sedar, aku adalah seorang kaya yang miskin. Miskin kasih, miskin perhatian pada orang lain! Terima kasih sahabat... Maafkan aku kerana telah memperlakukanmu dengan semena-mena. Pada hal, engkau telah ‘membelikan' kasih yang tidak aku miliki. Sekarang, justeru kasih itulah yang menolong kita untuk memulai kehidupan baru."
 
Sahabat!

Kita hidup di dunia ini tidak sendiri, namun saling bergantung satu sama lain. Kita sangat memerlukan orang lain agar hidup kita tidak menjadi kaku dan monoton. Disedari atau tidak, manusia secara alami memiliki keterkaitan satu sama lain. Oleh itu, apa yang kita lakukan pada orang lain dan apa yang kita perbuat saat ini, boleh memberi dampak yang terkadang tidak kita sangka di masa mendatang. Sebagaimana yang diceritakan pada kisah di atas, kita mungkin tidak akan menyangka akibat dari perbuatan baik yang kita lakukan.
 
Mari, asah naluri dan nurani kita agar makin terbiasa membantu orang lain. Dengan begitu, kita telah menanam banyak benih kasih. Kelak, buahnya akan membawa kita pada kebahagiaan yang sesungguhnya.

04 Julai, 2012

PIAGAM IBU

Suatu hari, di sebuah rumah terlihat kesibukan penghuninya. Mereka bersama-sama mengangkat, menggeser, dan memindah-mindahkan berbagai macam perabot rumah dengan diselingi canda dan sapa akrab di antara mereka. Rupanya seiring dengan bertambahnya usia, anak-anak ingin kamar tidur terpisah, sehingga ada keleluasaan untuk mengatur barang-barang mereka sendiri.

Bersama mereka merencanakan pembagian ruang, perabotan, dan tugas, dan sengaja meluangkan waktu lapang untuk merenovasi sesuai keinginan yang telah disepakati. Dalam keluarga itu, ayah dan anak-anak memiliki kesamaan minat dan aktif di berbagai kegiatan dan organisasi, seperti olahraga, kesenian dan kegiatan sosial lainnya. Itu boleh dilihat dari banyaknya piagam penghargaan dan piala yang berhasil diperolehi dan saat ini tegeletak di berbagai sudut, terbengkalai dan belum tersentuh.

Setelah memikirkan bersama, mereka memastikan piagam dan piala akan ditempatkan di ruang tamu dengan menambahkan rak pajang. Sambil bernostalgia mengingat saat kemenangan, si sulung berkata, "Bu, rasanya tidak lengkap di antara piala dan piagam ini tidak ada nama ibu. Waktu ibu muda sampai sekarang, apa ibu tidak pernah ikut pertandingan?"

"Wah kalau ibu kalian ikut bertanding dan menjadi pemenang juga, kita semakin sibuk mencari tempat untuk menyimpan piala dan piagam ini, hahaha," kata sang ayah. "Eh, Ibu juga punya piagam,  bukan hanya satu, tapi dua! Kalau ingin tahu piagam apa yang ibu punya, sediakan saja dua paku kosong, besok akan ibu gantung piagamnya di sana," sambil tersenyum misterius, ibu melanjutkan kerjanya.

Ayah dan anak saling bertanya lewat tatapan mata. Bersamaan mengangkat bahu tanda masing-masing tidak mempunyai jawaban atas pernyataan piagam rahsia milik ibu.
Dengan perasaan ingin tahu, keesokan harinya mereka segera melihat di ruang tamu. Ah... pakunya masih kosong! Saat selesai makan malam, ibu pun mengumumkan layaknya seorang pembawa acara.

"Hadirin, sesuai janji kelmarin, piagam yang ibu dapatkan sudah tergantung di tempatnya, silakan ke ruang tamu untuk melihatnya!" Mereka pergi  ke ruang tamu ingin segera tahu, kejuaraan apa yang telah dimenangkan oleh ibu atau piagam penghargaan seperti apa yang telah dirahsiakan ibu selama ini? Pasti sangat luar biasa sampai orang serumah tidak pernah ada yang tahu!

Setiba di sana, terpampang di tembok telah dilukis@diukir tarikh kelahiran masing-masing anak. Mereka terkejut dan begitu tersedar, si sulung segera memeluk ibunya, " Bu, ini adalah piagam paling berharga di seluruh dunia. Pertanda Ibu telah memenangkan pertandingan terbesar dan terhebat kerana diperjuangkan dengan taruhan nyawa. Piala dan piagam yang kami dapat, tidak sepadan dengan piagam yang ibu punya. Terima kasih telah mengingatkan dan maafkan kesombongan kami, Bu..." Dengan perasaan terharu, mereka berpelukan.
Pembaca yang Luar Biasa!
 

Seorang ibu, walaupun tanpa piagam dan penghargaan apapun, tetap adalah pahlawan bagi anak-anaknya. Entah semewah atau sesederhana apapun sebuah rumah, sosok ibu adalah tempat terindah untuk anak-anaknya pulang. 
 
Semoga, saat ini masih ada kesempatan buat kita untuk berbakti kepada ibu dan senantiasa mensyukuri bahawa melalui dialah kita ada.

JANGAN MENJADI BATU SANDUNGAN

Dikisahkan, ada seorang anak muda yang mempunyai temperamen tinggi. Seringkali kerana hal-hal kecil, dia mudah tersinggung dan marah, bahkan bila berkelahi dengan orang lain yang dianggap telah menghinanya. Orangtuanya berkali-kali menasihati agar belajar bersabar dan mengerti orang lain, tetapi si anak tidak peduli dan menganggapnya sebagai angin lalu.

Suatu hari saat memandu di jalan raya, sepeda motor yang ditunggang bersama temannya dilanggar oleh orang lain. Sifat pemarahnya pun muncul. Dengan perasaan marah, motor itu dikejar dan dipepet dengan tingkah sok jagoan. Merasa dirinya menang, saat menyaksikan orang tadi meminggirkan motornya, dia pun tancap gas sambil tertawa terbahak-bahak.

Tidak lama kemudian terdengar teriakan nyaring disertai bunyi benda terjatuh keras. Rupanya kerana tidak konsentrasi pada jalanan, terjadilah kecelakaan yang melukai dirinya sendiri serta teman yang dibonceng. Akibat kecelakaan itu, teman yang dibonceng terpental dan mengalami luka yang cukup parah. Dia sendiri hanya mengalami luka ringan, sedangkan motornya rosak teruk.

Saat melihat teman yang dirawat di rumah sakit, dia berjumpa dengan orangtua temannya. Dengan tersipu malu dia berkata, "Maafkan saya Pak, Bu. Saya yang memandu dan merosakkan motornya, serta mencelakai Anto. Semua salah saya. Saya akan berusaha meminta orangtua saya untuk membantu biaya perbaikan motor dan biaya perawatan di rumah sakit ini."

Ayah si teman menjawab dengan sabar, "Anak muda. Bapak tidak mempunyai masalah biaya rumah sakit dan perbaikan motor. Walaupun harus mengeluarkan wang, itu semua boleh diselesaikan. Yang penting, kita harus bersyukur kerana kalian selamat dan hanya mengalami luka-luka yang tidak membahayakan nyawa.

Bapak hanya ingin mengingatkan kepada kalian, bahawa hidup ini adalah berkat! Berkat yang tidak boleh disia-siakan oleh siapapun. Maka paling sedikit, berusahalah bermanfaat bagi dirimu sendiri. Jika kalian merasa belum boleh menjadi berkat bagi orang lain, ya setidaknya cubalah jangan menjadi batu sandungan untuk orang lain, bukan hanya tidak menghargai berkat yang diberikan Yang Maha Kuasa, kalian juga telah menjadi batu sandungan bagi kehidupan orang lain. Itu sungguh hidup yang sia-sia. Bapak tidak ingin kalian menjadi orang seperti itu. Harap kalian mengerti."

Sahabat yang Bijaksana,

Himpitan beban kehidupan, sering kali membuat manusia sekarang ini mudah tersinggung dan sibuk mengumbar emosi. Semakin arogan terasa semakin hebat. Apalagi jika bisa menindas orang lain, akan merasa dirinya jagoan.

Hal ini sungguh "penyakit mental" yang tidak perlu dipelihara alias harus segera dibuang! Perlu diingat, bila belum mampu menjadi berkat bagi orang lain, setidaknya jangan menjadi batu sandungan bagi sesama.

03 Julai, 2012

MENCARI PEKERJAAN

Pada suatu ketika, tampak seorang pemuda yang sedang mencari pekerjaan di sebuah perusahaan besar. Dia sudah berhasil lolos di tes-tes pendahuluan. Dan kini, tiba saatnya dia harus menghadap kepada pimpinan untuk wawancara akhir. Setelah melihat hasil tes dan penampilan si pemuda, sang pimpinan bertanya, "Anak muda, apa cita-citamu?" "Cita-cita saya, suatu hari nanti boleh duduk di bangku Bapak," jawab si pemuda. "Untuk boleh duduk di bangku ini, tentu tidak mudah. Perlu kerja keras dan waktu yang tidak sebentar. Betul kan?" Si pemuda menganggukkan kepala tanda setuju.

"Apa pekerjaan orang tuamu?" lanjut si pimpinan kepada si pemuda.
"Ayah saya telah meninggal saat saya masih kecil. Ibulah yang bekerja menghidupi kami dan menyekolahkan saya." "Apakah kamu tahu tanggal lahir ibumu?" kembali pimpinan itu bertanya. "Dalam keluarga kami, tidak ada tradisi merayakan pesta ulang tahun sehingga saya juga tidak tahu bila ibu saya berulang tahun." "Baiklah anak muda. Bapak belum memutuskan apakah kamu diterima atau tidak bekerja di sini. Tetapi ada satu permintaan bapak. Saat di rumah nanti lakukan sebuah pekerjaan kecil, iaitu cucilah kaki ibumu dan besok datanglah ke mari lagi."

Walaupun tidak mengerti maksud dan tujuan permintaan tersebut, demi permintaan yang tidak biasa dan kerana sangat ingin diterima bekerja di sana, dia lakukan juga perintah itu. Saat senja tiba, si pemuda membimbing ibunya duduk dan berkata, "Ibu nampak lelah, duduklah Bu. Saya akan cuci kaki Ibu." Sambil menatap takjub putranya, si ibu menganggukkan kepala. "Anakku, rupanya sekarang engkau telah dewasa dan mulai mengerti."

Si pemuda pun mengambil ember berisi air hangat. Tak lama, sepasang kaki ibundanya yang tampak rapuh, berkeriput, dan terasa kasar di telapak tangannya itu mulai direndam sambil diusap-usap dan dipijat perlahan. Demi melihat kondisi kaki ibunya yang pecah-pecah kerana  bekerja keras selama ini, tanpa terasa air mata pemuda itu menitis perlahan.
 
"Ibu, terima kasih, Bu. Ibu telah bekerja berat selama ini untuk saya. Berkat kaki inilah saya boleh menjadi seperti hari ini," ucapnya lirih, terbata-bata menahan tangis. Mereka pun saling berpelukan dengan penuh kasih dan kelegaan.

Tiba keesokan harinya, sang pimpinan berkata, "Cuba ceritakan, bagaimana perasaanmu saat kamu mencuci kaki ibumu?" "Saat mencuci kaki ibu, saya mengerti dan menyedari akan kasih ibu yang rela berkorban demi anaknya. Melalui kaki ibu yang semakin berkeriput dan tampak rapuh, saya tahu, bahawa saya harus bekerja dengan sungguh-sungguh demi membuktikan diri kepada ibu saya," ucapnya tulus tanpa kesan mengada-ada.

Mendengar jawaban si pemuda, akhirnya si pimpinan menerima dia bekerja di perusahaan itu. Pimpinan itu yakin, seseorang yang tahu bersyukur dan tahu membalas budi kebaikan orang tuanya, adalah orang yang mempunyai cinta kasih. Dan orang yang seperti itu pasti akan bekerja dengan serius, sepenuh hati, dan bertanggung jawab.
Pembaca yang bijaksana,
 
Pepatah "syurga ada di telapak kaki ibu" sungguh mengandungi makna yang sangat dalam, sebab kasih ibu adalah kasih yang tiada tara dan tak terbalas dengan apapun. Kerana itu, saya yakin, jika kita mendapatkan restu, apa lagi didukung oleh doa ibu, tentu semua itu merupakan dukungan yang mengandung kekuatan luar biasa, yang memungkinkan apa pun yang kita lakukan akan mendatangkan hasil yang maksimum dan penuh makna.

Untuk itu, selagi orangtua masih hidup, sudah selayaknya kita memberikan perhatian, layanan, dan mencintai mereka dengan setulus hati. Bila mungkin ada kesalahan yang dilakukan oleh orangtua sehingga membuat luka di hati, tidak perlu disimpan di hati. Apalagi dengan membalas dan menyakiti hati mereka. Ingatlah, pengorbanan orangtua, apalagi seorang ibu, tak akan boleh dinilai atau dihargai dengan materi apa pun bahkan sampai akhir hayat mereka. Dengan menyelami arti pengorbanan seorang ibu, kita akan dapat menemukan kasih sayang sejati.

TEKUN


Gelem nangkane, ora gelem pulute yang bererti "Mau nangkanya, tapi tak mau terkena getahnya". Pepatah ini bererti orang cenderung menginginkan hal yang baik-baik saja, tapi kurang mau atau suka menghindar untuk menghadapi konsekuensinya. Ingin sukses, tapi tak mau gagal. Ingin kaya, tapi kurang berjuang dengan sungguh-sungguh. Ingin terkenal, tapi berusaha dengan cara instan. Ingin ini dan itu, tapi tak mau menjalani proses dan jalan berliku untuk memperolehnya. Akhirnya, banyak orang yang ujungnya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.

Padahal sejatinya, justeru pada saat sulit, gagal, susah, berliku, turun, bahkan terantuk dan terluka, itulah saat kita sedang ditempa. Di mana, saat "menderita" itulah, kita sedang ditempa menjadi berlian dan permata yang tak ternilai harganya. Hanya mereka yang tahan dalam menghadapi berbagai hadangan ujian dan cubaanlah yang akan mampu mewujudkan impian.
 
Untuk menggambarkan kekuatan menghadapi berbagai tempaan hidup ini, saya teringat salah satu perkataan yang sering saya dengarkan ketika kecil, yakni  ertinya adalah "tekun". Saat kecil, saya sering mendengar nasihat orangtua pada anaknya yang masih sekolah: "Mempengo sinau" atau "Tekunlah belajar". Dan, saat sudah bekerja, banyak pula orang yang menasihati: "Mempengo nyambut gawe" atau "Tekunlah bekerja". Sepertinya sederhana dan mudah dilakukan. Tapi, tekun sebenarnya mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk menjadikan kita sebagai "permata-permata mahal kehidupan".

Dalam unsur tekun, kita mendapati ketahanan dalam berfokus pada tujuan, kemampuan untuk menahan segala godaan yang melenakan, hingga kemauan sangat kuat untuk mewujudkan segala harapan. Ibarat kisah legenda Thomas Alva Edison yang menemukan bola lampu pijar setelah (konon) mengalami 9.999 kali kegagalan. Dengan ketekunan, kita akan memiliki daya tahan dan mentaliti prima yang takkan goyah oleh berbagai cubaan. Jika Edison boleh bertahan hingga ribuan kali kegagalan, pertanyaannya adalah, berapa kali kita mampu bangkit dari kegagalan? tekun boleh menjadi "solusi" yang menunjukkan seberapa kuat kita saat mengalami masa-masa sulit.

Apa pun pilihan hidup yang ada di hadapan kita, mari kita cuba untuk terus tekun memaksimumkan apa yang kita boleh. Tekun pada bidang yang kita kuasai, Tekun pada profesion yang kita lakoni. Dan jangan lupa, selipkan cinta pada pekerjaan apa pun yang sedang kita jalani. Sehingga, kekuatan ketekunan akan jadi kekuatan pembeda.
Mari tekun dalam hidup ini. Niscaya, pintu-pintu sukses akan selalu siap terbuka untuk kita

JANGAN MENGELUH

Alkisah, ada seorang bangsawan kaya raya yang tinggal di sebuah daerah padang rumput yang luas. Suatu hari, kerana ternak yang dipunyainya semakin banyak, sang bangsawan memilih 2 orang anak muda dari keluarga yang miskin untuk pekerjanya. Pemuda berbadan tinggi dan tegap dipekerjakan sebagai pengurus kuda. Sedangkan yang berbadan kurus dan lebih kecil dipekerjakan sebagai pengurus ternak kambingnya.

Setelah beberapa saat, si badan tegap dengan arogan berkata kepada si badan kecil: "Hai sahabat. Aku lebih besar badan dari badanmu. Aku juga lebih tua darimu. Mulai besok, kita bertukar tempat. Aku memilih untuk mengurus kambing. Dan kamu menggantikan aku mengurus kuda. Awas kalau tidak mahu! Dan awas ya, jangan laporkan masalah ini kepada tuan kita! Kalau kamu berani lapor atau menolak, tahu sendiri akibatnya! Aku habisi badan kecilmu itu!"

Petangnya, dengan muka murung dan langkah gontai dia pulang ke rumah. Sesampai di rumah, melihat muka murung dan kegalauan anaknya, si ibu bertanya: "Nak, ada apa? Ada masalah apa? Cuba ceritakan ke ibu". Dengan kasih sayang dan kelembutan, mereka berbincang saat makan malam.

Si anak pun menceritakan peristiwa yang tadi terjadi. Dengan bersungut-sungut si anak melanjutkan: "Sungguh tidak adil kan, Bu. Dia mengancam dan memaksa aku untuk mengurus kuda-kuda liar. Dia yang berbadan besar memilih mengurus kambing. Badanku kecil begini, bagaimana aku boleh mengejar-ngejar kuda yang begitu besar. Aduuuh Bu...sungguh buruk nasibku." Sambil menunduk lesu dia menghabiskan santap malamnya.

‎Si ibu dengan senyum bijak berkata, "Nak. Semua masalah pasti ada hikmahnya. Syukuri, hadapi, dan terima dengan besar hati. Tidak usah memusuhi dan membenci temanmu itu. Ibu percaya, semua kesulitan yang akan kamu hadapi, jika kamu mampu belajar dan kerja keras, pasti akan membuatmu menjadi kuat dan bermanfaat untuk masa depanmu."

‎Sejak saat itu, si anak kurus itu dengan susah payah setiap hari bergelut dengan pekerjaan mengurus kuda-kuda yang bertubuh tegap, besar, dan masih liar. Dia harus jatuh bangun mengejar mereka, kadang terkena tendangan, bahkan pernah terinjak hingga terluka parah. Dari hari ke hari keahlian dan kemampuannya menguasai kuda-kuda pun semakin baik. Tidak terasa, tubuhnya pun berkembang menjadi tinggi, tegap dan perkasa.

Hingga suatu hari, terjadi pecah perang antara negara. Kerajaan memerlukan prajurit pasukan berkuda. Dan si pemuda pun terpilih sebagai pemimpin pasukan berkuda kerana kepiawaiannya mengendalikan kuda-kuda.

Di kemudian hari, si pemuda berhasil memimpin dan memenangkan perang yang dipercayakan kepadanya dan dikenal banyak orang kerana kebesaran namanya. Dia adalah pemimpin bangsa mongol yang tersohor, bernama: Genghis Khan.
Ilustrasi Genghis Khan 
 
Sahabat yang berbahagia,

Dalam putaran kehidupan sering kali kita dihadapkan pada keadaan yang sepertinya membuat kita dirugikan, menderita, dan kita pun tidak berdaya kecuali harus menerimanya. Kalau kita larut dalam kekecewaan, marah, emosi, pasti kita sendiri yang akan bertambah menderita.
 
Lebih baik kita anggap ketidaknyamanan sebagai latihan mental dan kesabaran. Mari berjiwa besar dengan tetap melakukan aktiviti yang positif, sehingga sampai suatu nanti pasti perubahan lebih baik, lebih luar biasa akan kita nikmati!

KEHARMONIAN KELUARGA

Alkisah, pada sebuah malam sebelum Tahun Baru tiba, hujan turun dengan lebatnya. Seorang gadis cilik yang tampak kesepian sedang bersedih keluarganya tidak rukun. "Tahun Baru sebentar lagi akan tiba, tapi keluargaku tidak bahagia. Kakak memaksa ingin dibelikan  motor baru. Tetapi Ayah dan Ibu tidak menyetujui kerana kakak dianggap agak cerewet. Mereka pun bertengkar terus soal itu," Keluhnya dalam hati.

Saat matanya nanar melihat keluar jendela, didapati ada empat lelaki tua berjalan di tengah guyuran hujan,dia pun segera berlari ke ruang tengah sambil membuka pintu rumah dan berseru: "Ayah, Ibu, lihatlah! Kakak, cuba ke sini cepat!"

Sang ibu keluar rumah dan menyapa sekumpulan lelaki tua itu. "Tuan-tuan, di luar hujan lebat sekali. Mari silakan naik dan berteduh di rumah kami!"

Keempat lelaki tua itu berhenti di depan rumah dan memperkenalkan diri sendiri satu persatu sebagai: Kekayaan, Kesuksesan, Kesejahteraan, dan Keharmonian. Salah seorang menjawab sapaan si ibu: "Terima kasih atas kebaikan Anda. Kami berempat dan kami punya sebuah aturan, iaitu hanya salah satu dari kami yang boleh masuk ke rumah. Siapakah yang ingin Anda undang ke rumah Anda?

Ayah berkata, "Kami seharusnya mengundang masuk Kekayaan, dengan begitu kami boleh mendapat kehidupan yang nyaman dan menyenangkan!" Si kakak berkata, " Pilih Kesuksesan saja! Aku ingin keluargaku bangga padaku! Dan tentunya, sukses juga bererti kaya sehingga aku boleh memiliki  motor impianku"

Ibu berujar, "Tunggu! Ku fikir Kesejahteraan yang paling penting! Kerana sejahtera bererti tidak berkekurangan dan sihat."

Si gadis cilik yang sedari tadi diam, menyela bertanya pada ibunya, "Ibu, Ibu, harmoni itu apa? Kenapa tidak ada yang mengajak masuk Harmoni?"

Setelah terdiam sejenak, Ayah berkata, "Ya, benar! Kenapa kita tidak undang Harmoni? Tahun Baru sebentar lagi datang, sudah seharusnyalah kita sekeluarga rukun dan damai. Tidak perduli kita kaya, sukses atau sejahtera, jika kita rukun pasti bahagia. Kita putuskan, kita undang Tuan Harmoni ke rumah kita. Silakan masuk Tuan Harmoni."

Tuan Harmoni pun masuk ke dalam rumah dan diikuti dengan tiga lelaki tua lainnya. "Jadi? Katanya tadi hanya salah satu dari kalian yang boleh masuk ke rumah? Kenapa sekarang semuanya ikut masuk?" tukas Ayah. Mereka menjawab, "Kami punya aturan lainnya! Jika Harmoni yang diundang masuk, maka Kesejahteraan, Kesuksesan, dan Kekayaan akan mengikuti."

Si gadis cilik itu berkata dengan penuh bahagia, "Sekarang aku mengerti. Kita boleh bahagia kalau kita hidup rukun."

Sahabat yang berbahagia,

Memang benar, kerukunan dalam keluarga adalah yang utama dan segalanya. Di dalam diri anak-anak, ada bahagian ayah dan ibu, demikian pula sebaliknya. Tiap bahagian diri harus harmoni. Jika harmoni terjaga, kerukunan terpelihara, maka sukses, bahagia, dan sejahtera pasti akan mengikuti.

HIDUP ADALAH PROSES PERJUANGAN

HIDUP ADALAH PROSES PERJUANGAN!! Entah bila dan siapa yang memulai mengucapkan kata-kata tersebut di atas, yang jelas, semua dari kita pernah mendengar, membaca, dan pernah mengucapkannya. Sengaja atau tidak, menyedari atau tidak, kita sendiri sebetulnya telah mengalami dan merasakan bahawa memang HIDUP ADALAH PROSES PERJUANGAN.

Berbagai macam perjuangan telah kita jalani: perjuangan dalam mewujudkan cita-cita yang didambakan, atau perjuangan dalam mengatasi setiap kesulitan/kegagalan yang selalu hadir di tengah kehidupan ini. Agar boleh tampil sebagai pemenang serta memperoleh kesuksesan di di setiap perjuangan ini, sudah tentu kita harus memiliki berbagai macam faktor sebagai kekuatan yang dapat diandalkan. Di antara sekian banyak faktor sebagai sarana penunjang, ada satu faktor yang harus kita miliki iaitu keberanian.

Keberanian adalah kekuatan! Catatan sejarah telah membuktikan, begitu banyak prestasi spekulasi dalam segala bidang tercipta di dunia ini kerana ada faktor "keberanian". Demikian pula bagi kita semua yang menggeluti bidang apapun, bila ingin lebih berkembang dan sukses, sudah pasti harus mempunyai keberanian untuk mencuba dan memperjuangkan apa yang dicita-citakan.

Keberanian juga merupakan aset berharga bagi peribadi kita, kerana boleh menjadikan sesuatu yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin. Keberanian pun boleh menjadikan sikap negatif menjadi positif, loyo menjadi semangat, pasif menjadi aktif, pesimis menjadi optimis, miskin menjadi kaya, gagal menjadi sukses.

Sahabat, 
Demikian besarnya kontribusi kekuatan keberanian bagi kita! Maka, sudah sepantasnya kita manfaatkan "keberanian" semaksimum mungkin dengan:

- BERANI MENENTUKAN CITA-CITA YANG TINGGI !
- BERANI BANGKIT LAGI DARI KEGAGALAN !
- BERANI BELAJAR DARI KELEMAHAN DAN KESALAHAN !
- BERANI MEMBAYAR 'HARGA' UNTUK KEBERHASILAN !

MARI BERANI BERMIMPI ! BERANI MENCUBA ! BERANI SUKSES

KASIH IBU TIADA TARANYA

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering meratapi nasibnya memikirkan anaknya yang mempunyai tabiat sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mabuk, dan melakukan tindakan-tindakan negatif lainnya. Ia selalu berdoa memohon, "Tuhan, tolong sadarkan anak yang kusayangi ini, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati." Tetapi, si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya.

Suatu hari, anak itu dibawa kehadapan raja untuk diadili setelah tertangkap lagi saat mencuri dan melakukan kekerasan di rumah penduduk desa. Perbuatan jahat yang telah dilakukan berkali-kali, membawanya dijatuhi hukuman mati. Diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan di depan rakyat desa keesokan harinya, tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi.

Berita hukuman itu membuat si ibu menangis sedih. Doa pengampunan terus dikumandangkannya sambil dengan langkah tertatih dia mendatangi raja untuk memohon anaknya jangan dihukum mati. Tapi keputusan tidak bisa diubah! Dengan hati hancur, ibu tua kembali ke rumah.

Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan, rakyat telah berkumpul di lapangan. Sang algojo tampak bersiap dan si anak pun pasrah menyesali nasib dan menangis saat terbayang wajah ibunya yang sudah tua.

Detik-detik hukuman mati akhirnya tiba. Namun setelah lewat lima menit dari pukul 06.00, lonceng belum berdentang. Suasana pun mulai berisik. Petugaslonceng pun kebingungan karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada! Saat mereka semua sedang bingung, tibatiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Seluruh hadirin berdebar-debar menanti, apa gerangan yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua. Dia tampak memeluk bandul dan diduga meninggal saat tubuhnya membentur dinding lonceng.

Si ibu mengorbankan diri untuk anaknya. Malam harinya dia bersusah payah memanjat dan mengikatkan dirinya ke bandul di dalam lonceng. Dia berharap lonceng tidak pernah berdentang demi menghindari hukuman untuk anaknya. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak menangis sedih, menyaksikan tubuh ibunya terbujur kaku. Penyesalan selalu datang terlambat!
 
Pembaca yang budiman,

Kasih ibu kepada anaknya sungguh tiada taranya. Lihat kisah ilustrasi di atas. Betapa pun jahat si anak, seorang ibu rela berkorban dan akan tetap mengasihi sepenuh hidupnya. Maka selagi ibu kita masih hidup, kita layak melayani, menghormati, mengasihi, dan mencintainya. Perlu kita sedari pula suatu hari nanti, kita pun akan menjadi orangtua dari anak-anak kita, yang pasti kita pun ingin dihormati, dicintai dan dilayani sebagaimana layaknya sebagai orangtua.

Di antara keluarga ataupun sebagai sesama manusia, jika kita boleh saling menghargai, menyayangi, mencintai, dan melayani, niscaya hidup ini akan terasa lebih indah dan membahagiakan.