04 Julai, 2012

PIAGAM IBU

Suatu hari, di sebuah rumah terlihat kesibukan penghuninya. Mereka bersama-sama mengangkat, menggeser, dan memindah-mindahkan berbagai macam perabot rumah dengan diselingi canda dan sapa akrab di antara mereka. Rupanya seiring dengan bertambahnya usia, anak-anak ingin kamar tidur terpisah, sehingga ada keleluasaan untuk mengatur barang-barang mereka sendiri.

Bersama mereka merencanakan pembagian ruang, perabotan, dan tugas, dan sengaja meluangkan waktu lapang untuk merenovasi sesuai keinginan yang telah disepakati. Dalam keluarga itu, ayah dan anak-anak memiliki kesamaan minat dan aktif di berbagai kegiatan dan organisasi, seperti olahraga, kesenian dan kegiatan sosial lainnya. Itu boleh dilihat dari banyaknya piagam penghargaan dan piala yang berhasil diperolehi dan saat ini tegeletak di berbagai sudut, terbengkalai dan belum tersentuh.

Setelah memikirkan bersama, mereka memastikan piagam dan piala akan ditempatkan di ruang tamu dengan menambahkan rak pajang. Sambil bernostalgia mengingat saat kemenangan, si sulung berkata, "Bu, rasanya tidak lengkap di antara piala dan piagam ini tidak ada nama ibu. Waktu ibu muda sampai sekarang, apa ibu tidak pernah ikut pertandingan?"

"Wah kalau ibu kalian ikut bertanding dan menjadi pemenang juga, kita semakin sibuk mencari tempat untuk menyimpan piala dan piagam ini, hahaha," kata sang ayah. "Eh, Ibu juga punya piagam,  bukan hanya satu, tapi dua! Kalau ingin tahu piagam apa yang ibu punya, sediakan saja dua paku kosong, besok akan ibu gantung piagamnya di sana," sambil tersenyum misterius, ibu melanjutkan kerjanya.

Ayah dan anak saling bertanya lewat tatapan mata. Bersamaan mengangkat bahu tanda masing-masing tidak mempunyai jawaban atas pernyataan piagam rahsia milik ibu.
Dengan perasaan ingin tahu, keesokan harinya mereka segera melihat di ruang tamu. Ah... pakunya masih kosong! Saat selesai makan malam, ibu pun mengumumkan layaknya seorang pembawa acara.

"Hadirin, sesuai janji kelmarin, piagam yang ibu dapatkan sudah tergantung di tempatnya, silakan ke ruang tamu untuk melihatnya!" Mereka pergi  ke ruang tamu ingin segera tahu, kejuaraan apa yang telah dimenangkan oleh ibu atau piagam penghargaan seperti apa yang telah dirahsiakan ibu selama ini? Pasti sangat luar biasa sampai orang serumah tidak pernah ada yang tahu!

Setiba di sana, terpampang di tembok telah dilukis@diukir tarikh kelahiran masing-masing anak. Mereka terkejut dan begitu tersedar, si sulung segera memeluk ibunya, " Bu, ini adalah piagam paling berharga di seluruh dunia. Pertanda Ibu telah memenangkan pertandingan terbesar dan terhebat kerana diperjuangkan dengan taruhan nyawa. Piala dan piagam yang kami dapat, tidak sepadan dengan piagam yang ibu punya. Terima kasih telah mengingatkan dan maafkan kesombongan kami, Bu..." Dengan perasaan terharu, mereka berpelukan.
Pembaca yang Luar Biasa!
 

Seorang ibu, walaupun tanpa piagam dan penghargaan apapun, tetap adalah pahlawan bagi anak-anaknya. Entah semewah atau sesederhana apapun sebuah rumah, sosok ibu adalah tempat terindah untuk anak-anaknya pulang. 
 
Semoga, saat ini masih ada kesempatan buat kita untuk berbakti kepada ibu dan senantiasa mensyukuri bahawa melalui dialah kita ada.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan