07 Julai, 2012

ORANG KAYA YANG MISKIN

 
Dikisahkan, seorang bangsawan mempunyai seorang pembantu setia yang telah bekerja padanya sejak kecil. Pembantu itu adalah anak yatim piatu terlantar yang dipungut oleh ayahnya di suatu tempat. Sedangkan si bangsawan adalah orang yang hidup berkelimpahan harta, gemar berfoya-foya, namun tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya yang miskin dan menderita.

Suatu hari, si majikan memberi tugas kepada pembantu tersebut untuk pergi ke luar kota menagih hutang. Sebelumnya, dengan nada pongah dia berpesan, "Pembantuku, setelah kamu berhasil menagih semua wang itu, pergilah berkeliling kota untuk mencari dan membelikan barang yang belum aku miliki!"

Di dalam hati, si bangsawan tertawa geli. Sebab, dengan pesan ini, ia ingin mempermainkan pembantunya. Dia tahu bahawa tidak ada suatu barang berharga apapun yang belum dimilikinya.

Beberapa hari kemudian, saat pembantunya pulang, si bangsawan menyambutnya dengan antusias. Ia ingin tahu barang apa yang berhasil dibeli oleh pembantunya. Tetapi, alangkah terkejut dan marahnya ia, ketika tahu bahawa wang yang berhasil ditagih, dihabiskan si pembantu dengan memberikan barang-barang kepada orang-orang miskin di sana. Tanpa mahu mendengar lebih lanjut alasannya, si pembantu dihukum dan diperlakukan dengan buruk.

Suatu ketika, terjadi bencana alam yang luar biasa di sana. Seluruh harta si bangsawan musnah dan dia pun jatuh miskin! kerana musibah tersebut, sang bangsawan memutuskan untuk pergi ke kota lain guna mencari kehidupan baru. Sementara, sang pembantu yang sering dicacinya, tetap setia mengikutinya.

Setelah berjalan berhari-hari, keduanya tiba di sebuah kota. Penduduk di sana menyambut mereka dengan baik dan ramah. Bahkan, banyak di antara mereka yang memberi makan dan tumpangan. Mendapat perlakuan yang sangat ramah tersebut, si bangsawan kehairanan. Ia tidak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu. Lantas, ia pun bertanya kepada si pembantu.

Pembantu itupun kemudian memberi penjelasan, "Tuanku, saya pernah kemari beberapa waktu lalu. Tuan pasti ingat, sewaktu tuan memberi tugas kepada saya untuk membelikan barang yang belum Tuan miliki, dengan semua wang hasil tagihan. Wang itu telah saya gunakan untuk menolong orang-orang yang memerlukan bantuan saat itu. Sekarang, giliran merekalah yang menolong kita."

Si pembantu melanjutkan, "Waktu itu, Tuan telah mempunyai semua barang. Hanya satu barang yang tuan belum miliki, iaitu kasih. Maka, waktu itu saya berusaha mendapatkannya, untuk Tuan. Dan kasih itulah yang saat ini memberi kehidupan baru kepada kita. Mudah-mudahan Tuan boleh memahami dan tidak marah lagi atas tindakan saya waktu itu."

Kemudian, dengan mata berkaca-kaca, si bangsawan memeluk pembantu setianya itu. Ia pun berucap, "Sekarang aku baru sedar, aku adalah seorang kaya yang miskin. Miskin kasih, miskin perhatian pada orang lain! Terima kasih sahabat... Maafkan aku kerana telah memperlakukanmu dengan semena-mena. Pada hal, engkau telah ‘membelikan' kasih yang tidak aku miliki. Sekarang, justeru kasih itulah yang menolong kita untuk memulai kehidupan baru."
 
Sahabat!

Kita hidup di dunia ini tidak sendiri, namun saling bergantung satu sama lain. Kita sangat memerlukan orang lain agar hidup kita tidak menjadi kaku dan monoton. Disedari atau tidak, manusia secara alami memiliki keterkaitan satu sama lain. Oleh itu, apa yang kita lakukan pada orang lain dan apa yang kita perbuat saat ini, boleh memberi dampak yang terkadang tidak kita sangka di masa mendatang. Sebagaimana yang diceritakan pada kisah di atas, kita mungkin tidak akan menyangka akibat dari perbuatan baik yang kita lakukan.
 
Mari, asah naluri dan nurani kita agar makin terbiasa membantu orang lain. Dengan begitu, kita telah menanam banyak benih kasih. Kelak, buahnya akan membawa kita pada kebahagiaan yang sesungguhnya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan