Ada seorang anak muda yang baru saja
menyelesaikan kuliahnya di sebuah perguruan tinggi. Tanpa pengalaman, berbekal
ijazah dan impian yang besar, dia mulai menapakkan langkah, mencoba terjun ke
masyarakat dengan mencari pekerjaan. Dia mengirim banyak surat lamaran kerja ke
berbagai perusahaan. Sayang, harapannya tak sesuai kenyataan. Penolakan demi
penolakan justru diterimanya. Tapi, saat diterima pun, ternyata pekerjaan yang
didapat tidak sesuai dengan kemampuan dan kemahuannya.
Saat dia pindah ke perusahaan lain, dan kemudian berpindah lagi, keadaan pun tidak jauh berbeza. Kekecewaannya berulang lagi. Ia merasa kecewa pada perusahaan, kecewa pada diri sendiri, dan kecewa pada penerimaan orang lain terhadap dirinya yang tidak sesuai dengan harapannya. Semua itu menyebabkan dia semakin hari merasa semakin stres, dan akhirnya berniat mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri.
Saat dia pindah ke perusahaan lain, dan kemudian berpindah lagi, keadaan pun tidak jauh berbeza. Kekecewaannya berulang lagi. Ia merasa kecewa pada perusahaan, kecewa pada diri sendiri, dan kecewa pada penerimaan orang lain terhadap dirinya yang tidak sesuai dengan harapannya. Semua itu menyebabkan dia semakin hari merasa semakin stres, dan akhirnya berniat mengakhiri hidupnya dengan jalan bunuh diri.
Untuk mewujudkan niatnya, dia memilih lautan sebagai tempat untuk bunuh diri. Setibanya di tepi laut yang berombak besar, segera niatnya dilaksanakan. Dia pun berlari mengejar ombak dan melemparkan dirinya ke dalam gelombang air pasang yang siap menelan tubuhnya. Tetapi usahanya gagal! Beberapa kali ia mencuba, juga gagal lagi.
Saat itu, ada lelaki setengah umur yang kebetulan melihat ulah si pemuda dan segera menghampirinya. Orang itu lantas bertanya kepadanya, "Hei anak muda, kenapa engkau mahu mengakhiri hidupmu dengan jalan pintas seperti ini?"
Dengan muka sedih dan kepala tertunduk, si pemuda menjawab, "Hidupku sungguh tidak bererti. Aku gagal! Aku kecewa pada perusahaan tempatku bekerja. Aku kecewa pada diriku sendiri. Aku juga kecewa pada masyarakat yang meremehkan dan memandang rendah diriku. Untuk apa lagi aku hidup seperti ini?" "Anak muda, caramu berfikir itu salah! Pantas kamu mengambil jalan pintas seperti ini. Lihatlah ini," bapak itu berkata sambil tangannya mengambil sejumput pasir dan kemudian melemparkan ke depan. Pasir itu pun segera terserak bersama pasir yang lain. Setelah itu, dia berkata, "Pungutlah pasir yang saya lempar tadi." "Ah, mana mungkin pasir itu boleh saya pungut lagi," jawab si pemuda keheranan, tak tahu apa maksud bapak itu menyuruhnya seperti itu.
Melihat pemuda itu tampak tak mengerti maksud perintahnya, bapak itu kemudian ganti mengambil suatu benda dari kantung sakunya dan berkata, "Sekarang, pungutlah mutiara ini." Paman itu lantas melemparkannya mutiara dari kantungnya, sama seperti pasir tadi. Dengan segera dipungutlah mutiara itu oleh si pemuda. Mudah sekali! "Nah anak muda, dirimu saat ini, sama seperti butir pasir di pantai, tidak berbeza dengan pasir-pasir yang lainnya. Kalau kamu ingin diakui keberadaanmu dan memperoleh perhargaan dari orang lain, maka jadilah seperti mutiara ini. Tetapi, untuk boleh menjadi mutiara, perlu waktu dan perjuangan yang tidak ringan. Maka, berhentilah mengeluh dan menyalahkan orang lain. Belajar dan poleslah diri dengan sungguh-sungguh dan jadilah mutiara di kemudian hari."
Si pemuda spontan menjabat erat tangan bapak itu, "Terima kasih Pak, saya memang salah. Sekarang saya sedar dan mengerti. Saya berjanji akan berubah dan memoles diri dengan keras untuk menjadi mutiara sejati." Maka, si pemuda segera bergegas, ingin memulai harinya yang baru dengan semangat untuk jadi mutiara yang berharga.
Rakan yang bijaksana,
Saat kita sedar dan mengerti bahawa meraih kesuksesan itu memerlukan proses dan perjuangan, maka mentaliti kita akan semakin kuat. Dengan keberanian, ketekunan, dan keuletan, kita siap menghadapi setiap rintangan yang muncul, untuk meraih kesuksesan dan kehidupan yang jauh lebih bernilai.
Mutiara yang indah lahir dari proses alam yang cukup lama. Demikian juga diri kita. Untuk menjadi orang yang dihargai, disegani, dan dihormati, juga perlu pengorbanan dan proses yang berliku dan memakan waktu lama. Tapi, dengan satu tujuan yang pasti, kerja keras, tekad baja, kita akan benar-benar menjadi mutiara yang berharga bagi diri sendiri dan orang lain.
Tidak ada sukses tanpa perjuangan. Tidak ada keberhasilan tanpa diiringi peluh keringat dan kerja keras. Maju terus dan poles diri dengan semangat pantang menyerah! Raih kesuksesan dengan langkah pasti!