23 Jun, 2012

BATA YANG MENONJOL

Bata Yang Menonjol
Semasa cuti panjang sekolah, seorang mahasiswa pulang ke kampung halamannya. Di sana, tengah dimulai pembangunan tempat ibadah, dan tentunya, sangat diperlukan tenaga sukarela untuk membantu.

Pemuda itu pun dengan senang hati ikut ambil bahagian kegiatan tersebut. Pemuda itu bersemangat, ia mulai belajar mengaduk simen, meletakkan bata, melapisi dengan simen, kemudian meletakkan bata, menyimen lagi, demikianlah seterusnya. Semangat kuat, akhirnya, setengah tembok berhasil diselesaikan. Lalu dengan perasaan puas, walaupun sedikit penat, dia berdiri mengkagumi tembok hasil kerja pertamanya.

Tiba-tiba, dia melihat sesuatu yang janggal. Ada empat batu bata pertama yang tersusun tidak rapi! Keempat batu bata itu kelihatan lebih menonjol dan senget di antara batu bata lainnya yang tersusun rapi. Timbul perasaan keciwa dan tidak puas atas hasil kerjanya.Tanpa membuang masa, ditemuinya jurutera untuk membincangkan masalah yang mengganggu fikirannya.

"Lihat tuan, batu bata pertama yang saya pasang kurang rapi sehingga mengganggu kecantikan seluruh tembok di atasnya. Tolong tuan, beri kesempatan kepada saya untuk memperbaikinya dengan merobohkan dan memasang semula batu-batu bata itu. Saya berjanji pasti akan melakukan sebaik-baiknya sampai selesai." Namun, cadangannya itu ditolak. "Tidak ada yang perlu diperbaiki, tembok sudah naik setengah, tidak perlu dirobohkan hanya kerana empat bata yang kurang rapi.Teruskan saja pekerjaanmu hingga selesai," kata jurutera itu.

Akhirnya, walau pun merasa keciwa dan tidak puas, si pemuda mampu menyelesaikan keseluruhan tembok tersebut. Namun, setiap kali melalui batu bata yang kurang sempurna itu, selalu timbul rasa tidak puas dan bersalah dalam dirinya. Ia secepatnya berlalu, berpura-pura tidak melihat, bahkan sengaja berjalan keliling untuk mengelak pemandangan bata menonjol dan senget itu, sebab setiap kali melaluinya, ia merasa diingatkan pada kesalahan yang telah diperbuatnya. Ia menganggap, kesalahan itu akan dilihat ramai orang yang lalu di sana.

Sampai suatu hari, ada kunjungan seorang pemimpin dari bandar. Si anak muda mendapat tugas memandu arah mereka berkeliling di tempat itu. Tiba-tiba pemimpin menghentikan langkah menatap tembok di sana dan berkata, "Wah, dinding ini cantik sekali."

Pemuda itu terkejut, lalu bertanya, "Apa yang indah, tuan? Apakah tuan tidak melihat empat batu bata yang menonjol dan senget telah mengganggu kesempurnaan seluruh tembok ini?"

"Oh ya, saya melihat empat batu bata itu, tetapi saya juga melihat ratusan batu bata lainnya yang tersusun rapi! Karena ketidaksempurnaan seperti katamu itu anak muda, membuat dinding ini justeru kelihatan indah untuk dinikmati, bukan sekadar dinding kosong yang rata."

Sejenak anak muda itu terdiam. Untuk pertama kalinya, sejak tembok itu berdiri, pemuda itu melihat tembok yang sama, tetapi dengan kesedaran yang berbeza. Sebelumnya, matanya selalu memperhatikan kesalahan yang telah dilakukan hingga ia selalu ingin menghancurkan seluruh dinding. Dia tidak menyedari susunan batu bata yang baik dan sempurna yang jauh lebih banyak jumlahnya. Kebaikan yang banyak dari hasil kerjanya itu, seolah-olah tertutup oleh kesalahan kecil yang ia lakukan sebelumnya.

Sahabat yang luar biasa,

Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Kita semua hidup dengan aneka keterbatasan. Setiap manusia, Anda dan saya, tentu memiliki "bata" yang buruk dan "bata" yang baik dalam kehidupan. Ini mengingatkan saya pada sebuah pepatah, tak ada gading yang tak retak.Dalam sebuah keindahan, pasti terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan.

Kadang kala, tanpa sedar kita melakukan kesalahan, tetapi dari sana kita justeru boleh belajar tentang sebuah kebenaran. Tidak kurang daripada kita mengalami kegagalan, agar boleh merasakan nikmatnya sebuah kejayaan. Oleh itu, tidak perlu malu dengan kesalahan di masa lalu. Jangan pula patah semangat ketika mengalami kegagalan, kerana di sebalik semua itu, kita boleh belajar sesuatu.

Kesedaran akan keterbatasan sebaiknya dapat menjadi pembakar semangat kita untuk terus melakukan kebaikan dalam segenap aspek kehidupan. Bukan masanya lagi kita fokuskan kelemahan, tetapi justeru dengan keterbatasan itu, kita boleh terus belajar untuk memaksimumkan kelebihan yang sudah ada guna membangun masa depan.

Jadi, jangan hancurkan dinding yang bagus, hanya kerana  4 bata yang menonjol dan senget, kerana di sebalik setiap proses kehidupan, pasti ada proses pembelajaran. Tujuannya satu: untuk menguatkan dan menyempurnakan, sehingga hidup lebih bermakna.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan