24 Jun, 2012

MEJA KAYU

Suatu ketika ada seorang tua yang tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu dan anak merek berusia 6 tahun. Tangan orang tua itu begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya juga kabur. Keluarga itu biasa makan bersama di ruang tamu. Namun, orang itu sering mengacau benda-benda di sekitarnya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun,membuatnya susah untuk makan. Sudu dan garpu sering jatuh ke lantai. Ketika orang tua itu mengambil gelas, pasti air akan tumpah membasahi lantai.

Anak dan menantunya pun menjadi risau. Mereka merasa disibukkan dengan semua itu. "Kita harus lakukan sesuatu, " kata suami. "Saya sudah bosan membetulkan semuanya untuk orang tua ini." Lalu, kedua suami isteri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Di sana, orang tua itu akan duduk untuk makan sendirian. Ketika semuanya sedang makan kerana sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk untuk orang tua itu.

Ketika keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada air mata yang kelihatan mengalir dari wajah orang tua itu. Namun, kata yang keluar dari suami isteri ini selalu kata negatif agar ia tak menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang berusia 6 tahun melihat semua dalam diam. Suatu malam, sebelum tidur, ayahnya memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyanya anak itu. "Kamu sedang membuat apa?" Anaknya menjawab, "Saya sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan ketikaku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat datuk biasa makan." Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.

Jawaban itu membuat kedua ibu bapanya begitu sedih dan terharu dengan kata-kata anaknya tadi. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmata pun mulai keluar dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua ibu bapa  ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki. Malam itu, mereka memimpin tangan orang tua itu untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi kata yang keluar ketika ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau lantai yang kotor. Kini, mereka boleh makan  bersama lagi di meja utama. Ini adalah prinsip seharusnya perlu dipelajari untuk kita semua yang bergelar ibu dan bapa. 

-    Jika anak hidup dalam kritik, ia belajar mengutuk.
-    Jika anak hidup dalam kekerasan, ia belajar berkelahi.
-    Jika anak hidup dalam kebodohan, ia belajar jadi pemalu.
-   Jika anak hidup dalam rasa dipermalukan, ia belajar terus merasa bersalah.
-    Jika anak hidup dalam toleransi, ia belajar menjadi sabar.
-    Jika anak hidup dalam dorongan, ia belajar menjadi percaya diri.
-    Jika anak hidup dalam penghargaan, ia belajar berterima kasih.
-    Jika anak hidup dalam rasa adil, ia belajar keadilan.
-    Jika anak hidup dalam rasa aman, ia belajar yakin.
-    Jika anak hidup dalam persetujuan, ia belajar menghargai  diri sendiri.
-    Jika anak hidup dalam rasa diterima dan persahabatan, ia belajar mencari 
     cinta di seluruh dunia.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan