22 Jun, 2012

MASAKAN LIDAH


Masakan Lidah
Suatu ketika, ada seorang raja yang akan memilih perdana menteri untuk kerajaannya. Beberapa calon telah diuji, hingga tinggallah satu calon yang dianggapnya paling sesuai karena memiliki kecerdasan dan sifat bijak. Namun, sebelum raja berketetapan menjadikannya sebagai perdana menteri, raja masih ingin memastikan bahawa pemuda pilihannya tidak salah kerana itu, raja pun memanggil pemuda calon perdana menteri tersebut. "Wahai pemuda, tahukah kamu masakan yang paling baik di dunia? Tolong masakkan aku makanan terbaik di dunia ini," titah sang raja. Mendengar perintah tersebut, pemuda segera pergi ke pasar. Ia berjalan-jalan keliling pasar sambil berfikir apa yang terbaik untuk dimasak bagi sang raja. Setelah lama berfikir, akhirnya dia memilih untuk membeli lidah sapi. Sebaik sampai di rumah, dia segera memasak lidah sapi itu menjadi lima jenis sayuran dan segera dihantarnya ke istana.

Raja segera menyantap hidangan yang diberikan oleh pemuda calon perdana menteri. Sambil merasa, ia pun bertanya, "Masakan ini enak sekali, dibuat dari apakah sayuran ini?"  Pemuda pun menjawab, "Paduka yang mulia, sayur ini semuanya saya buat dari lidah sapi." Raja pun bertanya, bagaimana pemuda memutuskan memilih lidah sapi sebagai masakan yang terbaik untuk sang raja. "Dari sekian banyak daging yang mahal, mengapa kamu justeru memilih lidah sapi untuk dimasak?" Pemuda itu menjawab, "Di dunia ini, lidah adalah salah satu komponen terpenting dan paling membawa manfaat Baginda. Raja boleh mengucapkan titah dengan lidah. Selain itu, lidah juga boleh mengkhabarkan hal yang baik dan positif. Hebatnya lagi, dengan lidah, kita juga boleh menyedarkan orang yang putus asa, boleh membuat yang kesepian jadi bahagia dan gembira." Raja pun sangat puas dan senang dengan penjelasan pemuda calon perdana menteri.

Ungkapan bijak yang diceritakan dengan jelas membuat raja merasa pilihannya tidak salah. Namun, sebagai raja yang mempunyai pengalaman sangat luas, raja pun ingin mengujinya lebih lanjut. Maka, raja pun berkata lagi kepada calon perdana menteri, "Sungguh, aku kagum dengan pemikiranmu. Namun, aku masih ingin tahu, kali ini cubalah buatkan aku makanan yang paling buruk di dunia." Pemuda kelihatan berfikir seketika, lalu tersenyum, seperti menemukan jawapan dari titah tersebut. Maka, keesokan harinya, ia pun pergi ke pasar untuk mencari bahan makanan untuk membuat masakan paling buruk di dunia. Setibanya  di rumah, segera dimasaknya bahan tersebut menjadi lima masakan untuk raja.

Makanan itu pun segera diberikan pada baginda. Namun, ketika melihat masakan tersebut, raja segera bertanya. "Apa yang kamu lakukan. Mengapa kamu kembali memasak lidah sapi untuk kau berikan padaku? Bukankah aku meminta kamu memasak makanan paling buruk di dunia? Sedangkan tempoh hari, aku minta masakan terbaik, kamu juga memasak lidah. Tapi, sebaliknya, kini kamu juga masak lidah sebagai masakan terburuk?"

Pemuda calon perdana menteri pun segera menjelaskan maksudnya, "Baginda yang mulia, di dunia ini lidah sangat berguna dan membawa banyak kebaikan. Namun, dari segi yang lain, lidah juga boleh membawa keburukan. Lidah boleh membuat kata-kata yang salah, membuat fitnah untuk melaga-lagakan antara manusia. Lidah yang salah akan melahirkan masalah. Lidah yang dipenuhi hal negatif akan membawa pengaruh yang boleh membuat keluarga bahkan negara tak lagi aman dan damai, sebab itu, lidah boleh membawa kebaikan dan sekaligus keburukan. Jika ditujukan untuk kebenaran, akan menghasilkan kebahagiaan. Jika salah digunakan, boleh mendatangkan kemusnahaan." Raja pun semakin kagum dengan pemuda pilihannya itu. Maka, raja pun menobatkannya menjadi perdana menteri kerajaan dan pemuda pun terbukti mampu menjalankan amanah sebagai pemimpin dengan penuh kebijaksanaan.

Sahabat  yang luar biasa,
Lidah memang tidak setajam pisau. Namun, dengan lidah, kita boleh membunuh dan melukai. Melalui perkataan yang diucap, dengan untaian kata yang terangkai, jika tidak berhati-hati dan dilandasi kebijaksanaan, lidah dapat menjadi "pisau" tajam yang menusuk  hingga ke relung hati. Teman boleh jadi musuh, relasi boleh jadi tidak lagi ambil tahu, persaudaraan pun boleh terpecah belah.

Justeru itu, gunakan lidah dengan berhati-hati. Biasakan lidah mengucap kata-kata penuh makna. Jadikan lidah penyambung tali saudara. Untai kalimat positif di setiap saat sebab, hanya dengan ucapan yang penuh tanggung jawab, kita akan jadi manusia berguna. Tentunya, bukan sekadar ucapan di hujung lidah belaka. Namun, harus pula disertai tindakan yang membawa manfaat nyata. Mari, hiasi lidah dengan kebaikan, maka hidup akan menghasilkan kebahagiaan.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan