Sungai Dan Empangan |
Alkisah,
di antara rimbunan pokok di tepian hutan, kelihatan sebuah empang yang
berair tenang, tanpa kegiatan apa pun di situ, dengan santai si empang
mengajak sungai di sisinya berbual, "Hai sungai, kuperhatikan setiap
hari kamu tidak henti-hentinya mengalir. Apakah engkau tidak merasa
penat dan bosan? Sering kali aku melihatmu menarik kapal yang berat,
kadang mendorong perahu yang sedang berlayar atau mengangkut perahu
bambu para nelayan yang tidak terkira jumlahnya. Kehidupan yang
memenatkan dan membosankan seperti itu sampai bila baru berhenti? Terus
terang saja, kalau aku harus melakukan semua itu, aku pasti kepenatan
dan bosan sampai mati.
Dibandingkan
dengan dirimu, alangkah beruntungnya nasibku ini. Memang aku tidak huru
hara seperti dirimu dan tidak tercetak di gambar peta. Tidak ada orang
yang menyanjungku dan membuat lagu untukku. Tapi untukku semua itu tidak
ada ertinya. Lihatlah, aku selalu berbaring di atas tanah lembab yang
empuk, layaknya seorang puteri sedang tidur di atas tilam bulu angsa.
Aku boleh menikmati kedamaian dan keindahan alam setiap waktu, tidak
perlu terganggu oleh kapal dan perahu yang berat, kotor, dan berisik
itu.
Memang
kadang kala ada sedikit musibah mengganggu ketenanganku, itupun hanya
karena sehelai daun yang terjatuh di permukaan airku. Bahkan tiupan
angin dari empat arah pun tidak pernah mengganggu kedamaian hidupku.
Alangkah nikmatnya hidup ini dan aku tidak mahu menukar dengan apapun
untuk beralih menjadi seperti dirimu."
Mendengar
perkataan panjang dari si empang, dengan sabar si sungai menjawab,
"Sahabat empang, namaku adalah sungai, oleh karena aku wajib
meninggalkan kehidupan yang santai, aku harus mengikuti hukum alam,
setiap hari mengalir tidak berhenti. Oleh itu, dengan bantuan angin dan
tanah, arus airku ini melayani berbagai-bagai keperluan manusia. Aku
memberikan seluruh tenagaku kepada alam. Dari situlah aku mendapat
penghormatan dan sanjungan. Seumur hidupku aku akan mengalir dan terus
mengalir dan aku pasti akan selalu diingat manusia sepanjang masa. Dan
waktu itu, kamu entah di mana, orang-orang pun pasti akan melupakanmu!
Benar seperti yang dikatakan si sungai, dia terus mengalir sepanjang
masa dan si empang semakin lama makin mengering dan akhirnya dilupakan
orang.
Sahabat yang luar biasa,
Dalam
cerita di atas, empang berkias sebagai insan yang puas hanya berdiam
diri dengan keberadaannya tanpa berbuat apa-apa. Sombong dan hanya
memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Sedangkan sungai menunjukkan
peribadi yang tahu menghargai jati diri, siap melayani, dan membantu
orang lain sehingga dapat menikmati kehidupannya dengan selalu bersahaja
dan berbahagia.
Insan yang manakah kita?
Tiada ulasan:
Catat Ulasan