20 Jun, 2012

GEMA KEHIDUPAN

Alkisah, waktu cuti sekolah, seorang ayah untuk pertama kalinya mengajak anaknya yang berumur sepuluh tahun pergi bercuti ke daerah pegunungan. Tempat yang dituju itu ternyata sangat indah, berhawa sejuk, dan membawa suasana yang hening dan tenteram. Banyak pohon menjulang tinggi di antara bukit-bukit dan pegunungan. Ayah dan anak itu berjalan-jalan menikmati eloknya pemandangan. Sesekali anak kecil itu melompat-lompat dan berlari-lari kecil ke sana kemari.

Suatu ketika, kerana kurang hati-hati semasa berlari-lari, anak itu tergelincir jatuh. "Aduuuuuh...!" teriaknya kesakitan. Sesaat hampir bersamaan, jelas terdengar suara, "Aduuuuh...!" berulang-ulang di sisi pegunungan. Anak itu hairan dan ingin tahu dari mana asal teriakan yang meniru suaranya tadi, si anak berteriak lagi dengan suara lebih keras. "Hai... siapa kamuuuu...?!" Sesaat kemudian, ia menerima jawaban yang hampir sama kuatnya, "Hai....siapa kamuuuu...?!"

Setelah itu, suasana kembali hening dan hanya desau angin yang terdengar. Anak kecil itu makin gusar kerana hanya mendengar suaranya ditiru, tetapi tidak melihat orang yang menirukan suaranya. Lalu dengan marah sekali ia berteriak sekuat-kuatnya, "Pengecut kamu...!"

Dan, sesaat kemudian ia pun langsung menerima jawaban yang sama nadanya, "Pengecut kamu...!"
 
Pandangan yang menghairankan bercampur kesal, anak itu menatap ayahnya. "Ayah, siapa orang yang iseng meniru teriakan-teriakanku tadi? Kenapa semua ucapanku dia tiru?" tanya anak itu. Ayahnya tersenyum bijak dan berkata, "Anakku, perhatikan baik-baik!" Kemudian, ayahnya berteriak dengan kuat sekali ke arah pegunungan, "Kamu hebat...!"

Terdengar jawaban bunyi yang sama kuatnya dan berulang, "Kamu hebat...!"

Melihat roman muka anaknya yang masih kehairanan, lelaki itu kembali berteriak kuat-kuat. "Kamu luar biasa...!" Dan sama seperti teriakan-teriakan sebelumnya yang diikuti dengan suara yang sama. "Kamu luar biasa...!"

Anak itu tetap kehairanan sambil terus memandang ayahnya. Kelihatan ia tak sabar menunggu penjelasan ayahnya. Sang ayah pun berkata, "Wajar kamu hairan, anakku. Ini pengalaman pertamamu berada di tempat yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung. Orang menyebut suara yang memantul balik tadi sebagai gema. Itulah pantulan suara."

Sang ayah melanjutkan penjelasannya, "Sama dengan gema tadi, anakku. Kehidupan ini juga akan selalu memantulkan kembali apa pun yang kita berikan kepadanya. Maksudnya, apa pun yang kamu fikirkan, katakan, dan lakukan, maka akan seperti itu pula hasil yang kamu dapat. Jika setiap saat kamu berfikir positif, mengucapkan kata-kata bijak, selalu berbuat kebaikan, rajin belajar dan disiplin, maka hidup akan menggemakan begitu banyak kebaikan ke dalam hidupmu.

Kamu akan mendapat penghormatan kerana kecekapanmu berfikir, mendapat penghargaan kerana kepandaianmu berbicara, juga mendapat kasih dan pertolongan dari sesama kerana kebaikanmu, dengan demikian kamu akan mendapatkan kehidupan yang sukses."

  Sahabat yang Luar Biasa!

Dari cerita tadi, dapat kita simpulkan bahawa hidup kita adalah cerminan dari apa yang kita fikirkan, kita ucapkan, dan kita lakukan. Ini sudah menjadi semacam hukum alam. Jika kita selalu berfikir negatif, penuh kekhuatiran dan kecurigaan, maka kehidupan akan memberi reaksi yang sama negatifnya kepada kita. Jika kita ingin hidup dipenuhi dengan cinta kasih, maka ciptakanlah lebih banyak cinta kasih dalam hati kita.

Jika kita ingin lebih berhasil dalam kehidupan ini, maka kita pun harus berani memberikan yang terbaik dari yang kita miliki. Kesuksesan hari ini tidak tercipta secara kebetulan. Setiap keberhasilan pasti terwujud kerana akumulasi dari usaha-usaha yang kita lakukan kelmarin. Apa yang jelas, makna dari "gema kehidupan" adalah apa yang kita beri, itulah yang kita dapatkan. Siaplah memberi yang terbaik kepada kehidupan ini agar kehidupan memberi yang terbaik pula kepada kita!

Tiada ulasan:

Catat Ulasan