Menentukan Pilihan |
Suatu
hari, terjadilah bencana banjir di sebuah kota. Hujan besar disertai
angin kencang yang datangnya tiba-tiba itu telah memporakporandakan
banyak harta benda penduduk dan membawa korban nyawa yang tidak sedikit
jumlahnya.
Di
antara korban bencana di sana, terdapat seorang pemuda yang berhasil
menyelamatkan isterinya tetapi sayangnya setelah usahanya menyelamatkan
isterinya berhasil, anaknya yang masih balita tidak sempat tertolong,
terseret arus, dan akhirnya ditemukan telah meninggal dunia.
Atas kejadian itu, terjadi silang pendapat di antara penduduk yang selamat. Satu pihak menyatakan perbuatan suami yang menyelamatkan isterinya terlebih dahulu adalah hebat dan benar. Menurut mereka, lebih penting menyelamatkan isteri. Mengenai anak, menurut mereka, nanti pasangan itu boleh dikaruniai putra atau putri lagi. Pokoknya, mereka mendukung pilihan ayah muda itu.
Di
pihak yang berseberangan, mereka menyalahkan keputusan si pemuda yang
membiarkan anaknya terseret arus dan akhirnya meninggal dunia. Bagi
mereka, anak adalah karunia Tuhan yang diamanahkan kepada kita, yang
tidak boleh disia-siakan dan harus kita pelihara dengan sebaik-baiknya.
Jika isteri yang meninggal, kan boleh cari isteri lagi?
Akhirnya
mereka beramai-ramai ingin mendengar langsung dari si pemuda, apa
alasan dia memutuskan menolong isterinya dan bukan anaknya terlebih
dahulu?
Dengan
raut muka menyimpan duka dan mata yang berkaca-kaca, si pemuda dengan
suara bergetar menjawab, "Saat air datang dengan tiba-tiba, saya
terlempar dan terbawa arus yang deras. Situasi yang seperti itu, tolong
dijawab, apakah ada kesempatan bagi saya untuk menentukan pilihan antara
menolong isteri atau anakku terlebih dahulu? Yang ada di dekat saya
waktu itu adalah isteriku, maka serta merta saya pun menangkap tangannya
dan membawanya pergi dari situ. Saat saya menoleh kembali ke tempat
anakku, dia sudah terseret arus dan saya tidak mampu menjangkaunya.
Kalau
saya diberi waktu untuk menimbang dalam menentukan pilihan, mungkin
saat ini saya telah kehilangan kedua orang yang sama-sama saya cintai.
Tolong jangan hakimi saya. Biarlah saya sendiri yang menanggung
kesedihan dan perasaan yang bersalah. Kerana saya tidak mampu melindungi
keluarga dari bencana yang membuat kami kehilangan putra kesayangan
kami."
Sahabat yang bijaksana!
Pada
saat situasi darurat, kadang manusia tidak mempunyai kesempatan untuk
berfikir dan memilih yang terbaik bagi dirinya. Tetapi, banyak pula
manusia yang terlalu banyak berfikir, menimbang, dan selalu ragu dalam
menentukan pilihan sehingga mereka kehilangan kesempatan yang datang di
hadapannya.
Maka
pada saat kesempatan datang menghampiri, tangkap dan jangan lewatkan
kerana mungkin dia tidak akan datang kembali. Entah bila kesempatan
datang. Yang utama adalah sikap mental kita dalam menyiapkannya.
Jangan
terlalu memilih-milih pekerjaan apa yang ingin Anda kerjakan, tetapi
pastikan Anda mengerjakan setiap pekerjaan dengan sebaik-baiknya, penuh
semangat, dan keyakinan
Tiada ulasan:
Catat Ulasan