21 Jun, 2012

MENENTUKAN PILIHAN

Menentukan Pilihan
Suatu hari, terjadilah bencana banjir di sebuah kota. Hujan besar disertai angin kencang yang datangnya tiba-tiba itu telah memporakporandakan banyak harta benda penduduk dan membawa korban nyawa yang tidak sedikit jumlahnya.

Di antara korban bencana di sana, terdapat seorang pemuda yang berhasil menyelamatkan isterinya tetapi sayangnya setelah usahanya menyelamatkan isterinya berhasil, anaknya yang masih balita tidak sempat tertolong, terseret arus, dan akhirnya ditemukan telah meninggal dunia. 


Atas kejadian itu, terjadi silang pendapat di antara penduduk yang selamat. Satu pihak menyatakan perbuatan suami yang menyelamatkan isterinya terlebih dahulu adalah hebat dan benar. Menurut mereka, lebih penting menyelamatkan isteri. Mengenai anak, menurut mereka, nanti pasangan itu boleh dikaruniai putra atau putri lagi. Pokoknya, mereka mendukung pilihan ayah muda itu.

Di pihak yang berseberangan, mereka menyalahkan keputusan si pemuda yang membiarkan anaknya terseret arus dan akhirnya meninggal dunia. Bagi mereka, anak adalah karunia Tuhan yang diamanahkan kepada kita, yang tidak boleh disia-siakan dan harus kita pelihara dengan sebaik-baiknya. Jika isteri yang meninggal, kan boleh cari isteri lagi?

Akhirnya mereka beramai-ramai ingin mendengar langsung dari si pemuda, apa alasan dia memutuskan menolong isterinya dan bukan anaknya terlebih dahulu?

Dengan raut muka menyimpan duka dan mata yang berkaca-kaca, si pemuda dengan suara bergetar menjawab, "Saat air datang dengan tiba-tiba, saya terlempar dan terbawa arus yang deras. Situasi yang seperti itu, tolong dijawab, apakah ada kesempatan bagi saya untuk menentukan pilihan antara menolong isteri atau anakku terlebih dahulu? Yang ada di dekat saya waktu itu adalah isteriku, maka serta merta saya pun menangkap tangannya dan membawanya pergi dari situ. Saat saya menoleh kembali ke tempat anakku, dia sudah terseret arus dan saya tidak mampu menjangkaunya.

Kalau saya diberi waktu untuk menimbang dalam menentukan pilihan, mungkin saat ini saya telah kehilangan kedua orang yang sama-sama saya cintai. Tolong jangan hakimi saya. Biarlah saya sendiri yang menanggung kesedihan dan perasaan yang bersalah. Kerana saya tidak mampu melindungi keluarga dari bencana yang membuat kami kehilangan putra kesayangan kami."

Sahabat yang bijaksana!

Pada saat situasi darurat, kadang manusia tidak mempunyai kesempatan untuk berfikir dan memilih yang terbaik bagi dirinya. Tetapi, banyak pula manusia yang terlalu banyak berfikir, menimbang, dan selalu ragu dalam menentukan pilihan sehingga mereka kehilangan kesempatan yang datang di hadapannya.

Maka pada saat kesempatan datang menghampiri, tangkap dan jangan lewatkan kerana mungkin dia tidak akan datang kembali. Entah bila kesempatan datang. Yang utama adalah sikap mental kita dalam menyiapkannya.

Jangan terlalu memilih-milih pekerjaan apa yang ingin Anda kerjakan, tetapi pastikan Anda mengerjakan setiap pekerjaan dengan sebaik-baiknya, penuh semangat, dan keyakinan

Tiada ulasan:

Catat Ulasan