Sesibuk apa pun jangan lupa mengasah kapak anda! |
Alkisah,
seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang kaya untuk menebang
pohon di hutannya, kerana gaji yang dijanjikan dan situasi kerja yang
bakal diterima sangat baik, maka calon penebang pohon itu pun bertekad
untuk bekerja sebaik mungkin. Ketika akan mulai bekerja, si majikan
memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus
diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si
penebang pohon.
Hari pertama bekerja, ia berhasil merobohkan lapan batang pohon. Petangnya, mendengar hasil kerja si penebang, majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus. "Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu selama ini. Teruskan bekerja seperti itu."
Motivasi dan pujian oleh majikannya, menyebabkan keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi. Dia hanya berhasil merobohkan tujuh batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tapi hasilnya tetap tidak memuaskan, bahkan mengecewakan. Semakin bertambah hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. "Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku. Bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?" fikir penebang pohon, merasa malu dan putus asa. Kepalanya tertunduk dia menghadap kepada majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.
Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, "Bila terakhir kamu mengasah kapak?" "Mengasah kapak? Saya tidak mempunyai waktu untuk itu! Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga petang dengan sekuat tenaga," kata si penebang. "Nah, di sinilah masalahnya.
Ingat hari pertama kamu kerja? Dengan kapak
baru dan terasah, maka kamu boleh menebang pohon dengan hasil maksimum.
Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang
sama, tetapi tidak diasah. Kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun.
Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah
kapakmu, agar setiap hari boleh bekerja dengan tenaga yang sama dan
hasil yang maksimum. Sekarang, mulailah mengasah kapakmu dan segera
kembali bekerja!" perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukkan
kepala dan mengucap terima kasih, si penebang berlalu dari hadapan
majikannya untuk mulai mengasah kapak.
Anda dan saya,
Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutin dan kebiasaan. Sibuk, dan sibuk terus, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, iaitu istirahat sejenak, "mengasah" dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan spiritual.
Seperti pepatah yang mengatakan "istirahat bukan bermakna berhenti, tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi," tentunya istirahat kita seharusnya menjadi istirahat yang berkualiti dan bukan berfoya-foya. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan dinamik.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan